Advertorial
Intisari-Online.com - Erupsi Gunung Merapi kembali terjadi pada Kamis (13/2/2020) pukul 05.16.
Sontak peristiwa tersebut menjadi perbincangan, terutama di media sosial.
Melansir Kompas.com, dalam letusan kali ini kolom erupsi teramati setinggi 2.000 meter.
Hal itu disampaikan oleh petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Lasiman, melalui pesan WhatsApp.
Berdasarkan data BPPTKG Yogyakarta, erupsi Gunung Merapi terekam di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 150 detik. Arah angin ke barat laut.
BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.
Tentu peristiwa meletusnya gunung merapi bukan pertama kali terjadi.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia, bahkan dunia.
Baca Juga: Viral 1 Siswi Dianiaya 3 Siswa di Purworejo: Ini Pasal untuk Menjerat Pelaku Penganiayaan pada Anak
Riwayat Letusan Gunung Merapi Sejak Tahun 1872
Melansir Kompas.com, Letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang tercatat dalam sejarah modern terjadi pada 15-20 April 1872.
Letusan tersebut berlangsung selama 120 jam tanpa jeda.
Saat itu awan panas dan material jatuhan sampai memusnahkan seluruh pemukiman yang berada di ketinggian di atas 1.000 mdpl.
Letusan yang mematikan itu tidak diawali gejala peningkatan aktivitas, sehingga dianggap sangat mendadak.
Berlangsung selama 5 hari, letisan itu menghancurkan kubah lava yang tumbuh dari tahun 1867-1871.
Pada Agustus 1871, kubah lava setinggi 250 meter tumbuh di atas Pasarbubar, kawah Merapi Tua.
Puncak kubah lava itu 2.890 mdpl dan terus tumbuh hingga 2.907 mdpl.
Dicatat oleh Kemmerling (1992) dan Hartmann (1934) yang menjadi rujukan penelitian B Voight dkk (2000) dalam Historical Eruptions of Merapi Volcano, Central Java, Indonesia, 1768-1998, bahwa terdapat lava kental, tekanan gas sedang, dan dapur magma yang dangkal seperti letusan Gunung St Vincent di Kepulauan Antilles Kecil, Karibia.
"Suara letusan seperti suara meriam terdengar sampai Karawang dan Priangan di barat, serta ke timur hingga Madura dan Pulau Bawean," tulis Hartmann.
Letusan dahsyat itu membentuk kawah oval 640 x 480 meter dengan kedalaman mencapai 500 meter.
Merapi terpotong bagian puncaknya hingga ketinggiannya hanya 2.814 mdpl.
Setelah tahun 1872, Gunung Merapi mengalami berkali-kali letusan dalam rentang tahun 1900-an hingga awal 2000-an.
Tercatat setidaknya 19 kali letusan yang memakan korban jiwa maupun korban luka.
Juga menyebabkan daerah di sekitarnya rusak.
Salah satunya yang terjadi pada 17 Desember 1930, yang mana terjadi letusan besar yang memakan 1.369 orang meninggal dunia.
Tipe letusan gunung merapi yang terjadi di tahun tersebut adalah Plinian, yang ditandai dengan semburan gas dan abu vulkanik yang mencapai stratosfer.
Awan panas meluncur 20 kilometer ke arah barat dan menimbun 13 desa.
Letusan besar lainnya terjadi pada 15 April 1972, yang mana menewaskan 200 orang dan menghancurkan 3 desa.
Setelah letusan-letusan yang terjadi dalam rentang waktu 1900-an sampai awal 2000-an, terbaru letusan besar terjadi pada tahun 2010 silam.
Tepatnya pada Oktober-November 2010, yang menewaskan 151 orang.
Selain korban jiwa, peristiwa letusan gunung merapi saat itu sampai membuat sebanyak 320.090 jiwa mengungsi.
Sementara kerusakan terjadi pada 291 rumah dan satu tanggul di Desa Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin.
Setelah letusan besar di tahun 2010, masyarakat dibuat khawatir karena seolah Gunung Merapi tengah tidur dan bersiap untuk menyemburkan letusan dahsyat lainnya.
Disebut Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 Lebih Besar dari 1972
Dikutip dari Kompas.com, Letusan Gunung Merapi pada 2010 lebih besar dibanding letusan pada 1872.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Selasa (9/11/2010).
Menurutnya, dikatakan erupsi tahun 2010 lebih besar dari tahun 1872 yaitu melihat dari indeks letusan.
Menurutnya, salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan besar indeks letusan adalah dari jumlah material vulkanik yang telah dilontarkan.
Pada letusan 1872, jumlah material vulkanik yang dilontarkan oleh Gunung Merapi selama proses erupsi mencapai 100 juta meter kubik.
Sementara itu, hingga November 2010 jumlah material vulkanik yang telah dimuntahkan Gunung Merapi sejak erupsi pada 26 Oktober diperkirakan telah mencapai sekitar 140 juta meter kubik dan aktivitas seismik gunung tersebut belum berhenti.
Meletusnya Gunung Merapi di tahun 2010 juga menyimpan duka lain.
Dalam peristiwa itu satu diantara korban meninggal adalah sang juru kunci Gunung Merapi, yaitu Mbah Majidjan.
Tepatnya tanggal 26 Oktober 2010, Mbah Maridjan meninggal dunia dan hingga kini kematiannya terus dikenang.
Lama tak menunjukkan keganasannya, Gunung Merapi baru menunjukkan aktivitasnya kembali 8 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2018 lalu.
Namun seperti yang terjadi pada Kamis (12/2/2020) ini, letusan Gunung Merapi terbilang tidak besar.
Pada 11 Mei 2018, Merapi meletus dengan tipe freatik pada pukul 07.32, kemudian status dinyatakan level 1 atau normal.
Terkait letusan yang terjadi baru-baru ini, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida menjelaskan erupsi Gunung Merapi pada Kamis (13/2/2020) merupakan erupsi gas dengan skala kecil.
Ia pun meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir.