Advertorial
Intisari-online.com - Hingga saat ini kelelawar diduga adalah salah satu penyebab mewabahnya virus corona, karena hewan itu diduga membawa virus yang mirip dengan SARS.
Akibatnya, penjual makanan ekstrem seperti kelelawr di Wuhan di paksa menghentikan aktivitasnya di tengah ketakutan penyakit tersebut makin mewabah.
Hingga kini korban yang meninggal sudah menyentuh angka 1.000 lebih hingga pagi ini Kamis (13/2/2020).
Namun, di Indonesia, belum ditemukan satupun kasus virus corona, hal itu menyebabkan WHO mempertanyakan keakuratan pengujian medis Indonesia.
Padahal menurut sebuah data yang dikutip dari Daily Star pada Kamis (13/2/2020), sebuah sumber menyebutkan ada sebuah wilayah di Indonesia yang gemar makan kelelawar.
Menariknya, pasca wabah virus corona dan peringatan untuk tidak makan makanan ekstrem, kuliner dari kelelawar di Indonesia ini malah semakin laris dan banyak diburu.
Kelelawar tersebut secara tradisional dimakan oleh masyarakat Minahasa dari Sulawesi Utara dalam bentuk hidangan seperti kari yang disebut Paniki.
Kelelawar utuh digunakan di Paniki termasuk kepada dan sayapnya.
Baca Juga: Kenali Gejala HIV pada Anak, Termasuk Diare Berulang Hingga Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Pedagang di pasar Tomohon bernama Stenly Timbuleng mengatakan, sehari dia bisa menjual 60 kelelawar.
Sedangkan selama hari tertentu misalnya ada perayaan adat, dia bisa menjual hingga 600 ekor.
Timbuleng mengatakan, "meski ada kasus virus corona, Faktanya penjualannya terus berlanjut dan selalu habis terjual."
Biasanya orang Minahasa memakan kelelawar dengan membuang bagian kelenjar dari ketiak dan leher kelelawar, untuk menghilangkan bau tak sedap.
Kemudian, dia bisa dipanggang atau dibakar untuk menghilangkan bulunya baru kemudian dipotong dan dimasak dengan santan dan rempah-rempah.
Pakar kuliner Indonesia William Wings mengatakan, "Kelelawar adalah protein asli favorit terutama di Sulawesi Utara."
Baca Juga: Hati-Hatilah Jika Ada Plak di Nadi Anda, Sebabkan Masalah Kritis
"Bagian paling favorit untuk dimakan adalah sayap," terangnya.
Sejauh ini para ilmuwan telah mengaitkan kelelawar dengan coronavirus, menunjukkan bahwa penyakit pembunuh itu mungkin berasal dari mamalia itu sebelum akhirnya menular ke manusia.
Virus yang berpindah dari hewan ke manusia sangat berbahaya karena tubuh kita tidak memiliki antibodi untuk melawan.
Kelelawar telah dikaitkan sejak awal wabah ketika gambar muncul dari mereka yang dijual di pasar di Cina.
Meskipun virus menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 45.000 orang, pedagang pasar di Indonesia mengatakan penjualan kelelawar dan kari kelelawar terus berlanjut.
Penggemar kelelawar Indonesia, Jufry Mantak menjelaskan, meskipun ada ancaman dia masih suka dengan makanan favoritnya tersebut.
Dia mengatakan, "kami belum menemukan kasus virus corona di Manado."
"Sampai sekarang, masih banyak orang yang makan kelelawar, karena kelelawar makanan yang lezat saat dimasak dengan santan," katanya.
Meski virus corona telah menyerang setidaknya 25 negara di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Sejauh ini Indonesia masuh aman, namun beberapa restoran khas Manado di Jakarta telah meniadakan menu kelelawar di restorannya sebagai respon wabah tersebut.