Advertorial

Kasus Siswi yang Dibully dan Dipukul 3 Siswa di Purworejo: Ini Efek Jangka Panjang dari Bully bagi Korban dan Pelaku

Mentari DP

Editor

Ada tiga siswa SMP yang menganiaya seorang siswi di dalam ruang kelas. Penganiayaan itu terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo.
Ada tiga siswa SMP yang menganiaya seorang siswi di dalam ruang kelas. Penganiayaan itu terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo.

Intisari-Online.com - Kasusbullying atau perundungan kembali terjadi di sebuah sekolah di Indonesia.

Kali ini tak hanya perundungan, namun juga bisa menjadi kasus penganiayaan.

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (13/2/2020), kasus ini berawal dari sebuah video yang viral di media sosial.

Terlihat dari video ada tiga siswa SMP yangmenganiaya seorang siswi di dalam ruang kelas.

Baca Juga: Masker Garam dan Lemon, Cara Ampuh Hilangkan Jerawat di Wajah, Begini Cara Membuatnya!

Ketiga siswa SMP itu memukul kepala, menendang lengan, hingga memukul menggunakan gagang sapu.

Dari informasi, penganiayaan itu terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah.

Hingga saat ini kepolisian Purworejo masih melakukan penyelidikan.

Ini bukanlah kali pertama kasus bullying terjadi. Sudah ada banyak kasus dan juga korban.

Dan tahukah Anda bahwa dampakpsikologis dari korban bully ini bisa jangka panjang?

Baca Juga: Buat Video Tutorial Sebarkan Virus Corona, Pria Ini Lakukan Hal Menjijikkan di Supermarket: Begini Penyebaran Virus Corona Menurut Para Ilmuwan

Ya, dalam sebuah risetbaru menemukan pelaku bully dan korban-korbannya jadi lebih terobsesi dengan berat badan dibanding orang lain.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, riset yang dipimpin Dieter Wolke dan rekan-rekannya mensurvei hampir 3.000 anak usia 11-16 tahun di sekolah-sekolah Inggris mengenai keterlibatan mereka pada perisakan.

Pemikiran dan perilaku makan serta olahraga para remaja, kadar harga diri, citra tubuh dan kesehatan emosi dinilai lewat sejumlah kuesioner.

Lebih dari separuh korban perisakan (55 persen) terobsesi dengan penurunan berat badan, bersama dengan 42 persen pelaku perisakan juga.

Sebagai perbandingan, hanya 35 persen mereka yang tak terlibat dari segala perisakan terobsesi penurunan berat badan.

Populasi yang paling berisiko adalah "para korban dan pelaku", mereka yang berada di dua sisi bully karena periset menemukan 57 persen mengalami perasaan obsesi soal berat badan.

Baca Juga: Kisah Fela, Wanita Asal Indonesia yang Jual Keperawanan dan Laku Rp19 Miliar: Begini Kisah di Balik Tren Menjual Keperawanan

Di atas itu, kelompok ini juga paling berisiko mengalami gangguan pola makan.

Wolke dan rekan-rekannya percaya bully didorong oleh keinginan untuk menjadi yang paling menarik dan kuat, sementara korban-korban perisakan memiliki fungsi psikologis berkurang.

Secara alami, menjadi target bully berdampak jangka panjang seperti berat badan, merasa diri rendah dan gangguan pola makan.

Tetapi korban dan pelaku bully (jika Anda pernah digoda tetapi pernah juga menggoda orang lain) terpengaruh di dua sisi.

Tidak hanya mereka punya dorongan untuk diinginkan, populer dan kuat, tetapi mereka juga dapat menderita dampak psikologi dan kadar harga diri rendah yang diderita orang di-bully.

Pelajaran yang diambil dari kesimpulan penelitian ini, bullying itu beracun.

Hasil riset ini membuktikan bahwa perilaku negatif dapat membahayakan kesehatan juga.

(Dhorothea)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Efek Jangka Panjang "Bullying" pada Pelaku dan Korban")

Baca Juga: Positif Narkoba, Lucinta Luna Ditangkap Polisi, Ternyata Ini Alasan Banyak Artis yang Terjerat Kasus Narkoba

Artikel Terkait