Advertorial
Intisari-Online.com - Sebuah video viral di media sosial.
Kali ini, video tersebut mengisahkan seorang istri yang mengantar suaminya untuk menikah lagi.
Bahkan tak hanya mengantarkan suami untuk menikah lagi, tapi istri pertama ini tetap melayani sang suami sebagaimana mestinya tugas seorang istri.
Terlihat istri pertama memberikan pelukan hingga membantu memakaikan jas pada sang suami.
Nah, beberapa waktu lalu,terungkap identitas pasangan suami-istri tersebut.
Dilansir dari Nakita.grid.id pada Minggu (9/2/2020), sosok wanita tersebut adalah Nengmas Putriyanti.
Sedangkan suami dari Nengmas bernama Hafi Muhammad Kafi Firdaus atau dikenal Abah Cijeungjing.
Lantas, apa yang membuat Nengmas rela sang suami melakukan poligami?
Dikatakan oleh kerabat dekat Hafi yang bernama Fikri, Nengmas justru yang meminta suaminya untuk menikah lagi.
Ketika berbicara mengenai poligami, isu yang berkembang bukan semata tentang hati yang terbagi.
Lebih kompleks dari itu, apa yang disebut keadilan meliputi sangat banyak sisi.
Sebuah studi yang dilakukan Dr. Rana Raddawi, professor di Departemen Bahasa Inggris American University of Sharjah tentang perasaan wanita yang dipoligami, mengungkap bahwawanita yang dipoligami sering menderita emosi negatif.
Perasaan tersebut memang sudah bisa diprediksi.
Dan, perasaan wanita-wanita itulah yang seharusnya menjadi pijakan awal saat pria berencana menikah lagi.
Lebih lanjut, perasaan ini memancing emosi-emosi negatif berkembang dalam diri wanita tersebut.
“Mengapa saya melakukan penelitian tentang poligami?”
“Karena saya punya banyak kenalan dan anggota keluarga yang terlibat dalam poligami. Dan, banyak dari mereka menderita,” ungkapnya.
Ia pun mengaku, selama ini ia menyaksikan konsekuensi yang menyedihkan.
“Seorang wanita tak punya tempat tinggal dan tak punya dukungan keuangan karena poligami.”
Maka, ia memfokuskan penelitiannya pada emosi-emosi negatif yang dialami wanita-wanita dalam pernikahan poligami.
Ia mengungkap, saat pria yang poligami memiliki kewajiban untuk memperlakukan setiap istri dengan keadilan, kewajaran, dan kesetaraan, buktinya banyak responden yang mengaku bahwa kondisi itu tak terjadi pada dirinya.
Baca Juga: Kena Air Panas? Jangan Oleskan Pasta Gigi ke Luka Bakar! Ini Alasannya
Hak-hak itu banyak yang tak dilakukan.
Dr Raddawi mencatat, sejumlah responden mengaku sering ditinggalkan dan jarang melihat suami mereka.
Banyak pula yang mengatakan bahwa suami tidak memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa dukungan moral maupun finansial.
"Padahal sebelum memutuskan poligami, pria harus memastikan bahwa pria harus adil pada istri dan anak-anaknya dalam hal keuangan, dukungan moral, cinta, perhatian, perawatan, dan pendidikan."
Dr Heba Sharkas, konselor di Al Amal, Pusat Masalah Keluarga di Abu Dhabi, mengatakan seorang pria harus menikahi istri kedua hanya jika ia memiliki kemampuan untuk memberikan perawatan dan perhatian yang sama untuk masing-masing istri dan anak-anaknya.
“Saat seorang pria berkehendak memiliki beberapa istri, ia harus menjamin dirinya aman secara finansial dan emosional.”
“Tanggung jawab adalah faktor yang paling penting.”
Dr Sharkas mengutarakan, ia sangat mengerti emosi wanita ketika mengetahui suaminya hendak memperistri wanita lain.
"Dalam beberapa kasus, wanita yang dipoligami merasakan depresi, amukan amarah, histeris, bahkan ada pula yang berlanjut pada penyakit.”
“Hal ini tergantung pada toleransi istri. Lingkungan di mana wanita itu tumbuh juga mempengaruhi faktor penerimaannya atas poligami.”
Ia menegaskan, setiap pria harus mempertimbangkan hal ini saat ia berencana menikah lagi.
Suami juga harus menjelaskan apa tujuannya menikah lagi pada sang istri pertama. (The Nationalviatabloidnova.com)