Advertorial
Intisari-Online.com - Untuk menyerbu Eben-Emael yang dijaga ketat pasukan Belgia pasukan komando Nazi menggunakan pesawat-pesawat luncur (glider) tanpa mesin.
Sesuai perhitungan waktu, pesawat-pesawat tanpa menimbulkan suara mendarat bersamaan di atas atap benteng yang datar tepat pukul 05.25.
Atau lima menit sebelum induk tentara Jerman memulai serbuannya menyeberangi perbatasan di front barat.
Pimpinan satuan komando ini langsung diambil alih oleh Sersan Mayor Wenzel mengingat komandannya, Letnan Rudolf Witzig, tidak berada di lokasi karena pesawat glidernya gagal terbang.
(Baca juga: 11 Tahun Menikah Tanpa Berhubungan Intim, Pasangan Berberat Badan Ekstrem Ini Akhirnya Lakukan Ini!)
Tanpa membuang waktu satuan khusus ini berlarian meninggalkan pesawat, menuju sasaran yang sudah lama dihafal.
Berat dan lamanya latihan yang mereka harus alami, kini terbayar sudah. Tanpa banyak kesulitan mereka melumpuhkan sasaran tanpa reaksi yang berarti dari pasukan Belgia.
Dalam tempo 10 menit, praktis sasaran-sasaran utama di bagian atas benteng Fort Eben-Emael telah dikuasai satuan komando Jerman.
Semua sarang artileri diledakakn dan laras-laras meriam dihancurkan.
(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)
Namun dua regu yang menyerang ke bagian utara benteng kena tipu.
Pasalnya sasaran mereka ternyata instalasi pertahanan palsu yang seolah-olah diperkuat kawat berduri dan sebagainya.
Kini pasukan Belgia di benteng yang jumlahnya mencapai sekitar 1.000 orang, terkurung dalam ruang-ruang di benteng bagian bawah.
Perlawanan mereka pun menjadi kurang efektif karena semua pintu dikuasai para penyerang.
(Baca juga: Kepribadian Seseorang Bisa Dilihat dari Bentuk Jempolnya, Yuk Dicek!)
Pada pukul 08.30 seluruh bagian atas Eben-Emael sepenuhnya telah direbut komando Jerman. Kecuali beberapa posisi senapan mesin yang menghadap ke kanal.
Hampir bersamaan dengan itu, tiba-tiba dari arah timur tampak sebuah pesawat peluncur mendekat ke benteng dan mendarat di antara tebaran pesawat-pesawat peluncur lainnya.
Dari dalam pesawat muncul Letnan Witzig dengan beberapa anak buahnya.
Rupanya Witzig yang pesawat glidernya telah dipaksa mendarat darurat, segera kembali ke pangkalannya.
(Baca juga: Mengerikan! Inilah 5 Hasil Gagal Operasi Plastik yang Paling Parah di Dunia, Nomor 3 Ternyata Seorang Pria)
Ia meminta sebuah pesawat peluncur untuk menyusul rekan-rekannya yang sedang bertempur di Eben-Emael.
Ketika hari makin siang, perlawanan pihak Belgia makin terasa karena mereka telah mendatangkan bala bantuan dalam jumlah cukup besar.
Pertempuran untuk menghancurkan satuan komando Jerman berlangsung seru. Pihak Jerman pun mulai terusir dari berbagai posisinya.
Namun tekanan Belgia ini menyurut tatkala satuan komando Jerman pada malam harinya berhasil meledakkan bom 100 kg ke dalam lubang keluar utama, mengubur banyak pasukan Belgia di dalamnya.
Sementara di bawah, satuan-satuan perintis Jerman mulai membantu rekan-rekannya yang berada dalam benteng.
Keesokan paginya, 11 Mei, mereka dengan susah payah akhirnya dapat menyeberangi Kanal Albert setelah sisa-sisa kubu pertahanan Belgia di benteng dapat dilumpuhkan oleh komando Witzig.
Siang harinya pasukan penyeberang dapat melakukan kontak dengan satuan komando Witzig.
Bersamaan dengan itu, pasukan Belgia yang jumlahnya jauh lebih besar takluk, menyerahkan Fort Eben-Emael kepada Witzig.
Dengan tiadanya halangan besar, pasukan Jerman dapat lebih leluasa memasuki jantung Belgia.
Dalam pertempuran merebut Eben-Emael, satuan komando Witzig kehilangan enam anggota dan 15 lainnya terluka. Sedangkan di pihak Belgia 23 tewas dan 59 luka-luka.
Dari evaluasi serangan pasukan khusus ini, jelas keberhasilan mereka berkat perencanaan matang, latihan komprehensif dan intensif, serta keprajuritan yang sempurna.
Meskipun jumlahnya kurang dari 100 orang yang harus menghadapi musuh 10 kali lipat, mereka tak pernah memberi kesempatan pada lawan untuk mengambil inisiatif.
Bahkan pasukan Belgia seolah-olah dijadikan tawanan di dalam benteng mereka sendiri.
Witzig yang dinaikkan pangkatnya dan memperoleh penghargaan Salib Ksatria, kemudian bertugas terus di pasukan payung dan bertempur di Pulau Kreta, medan Afrika Utara serta Front Rusia.
Ia ditawan Sekutu pada akhir perang dan dibebaskan pada September 1945.
Tahun 1956 ia dipanggil bertugas kembali oleh Pemerintah Jerman Barat untuk ikut membina pasukan komando di Bundeswehr, Angkatan Darat Jerman. Ia baru pensiun tahun 1974.
(Baca juga: Jika Telinga Anda Berdenging, Maka Itu Merupakan Pertanda dari 5 Hal Ini)