Ramuan dedaunan dan bebatangan itu menuai hasil enam bulan kemudian. Namun hasil itu tanpa derita. Lies merasakan lambungnya sakit, urat-urat biru muncul di sekujur tubuh.
(Baca juga: Kisah Singa Penakluk dari Yehuda, Manusia yang Dituhankan Kaum Rastafari)
Hari berganti dan bulan berbilang, Lies masih saja merasakan efek dari pengobatan itu. Ia sudah tidak bisa beraktivitas.
Beruntung, pihak universitas tidak sampai memecatnya. Ia diperbolehkan bekerja semampunya.
Cobaan bukannya berkurang. Malah semakin memburuk sebab lambung selalu memuntahkan apa yang masuk. Tak heran kalau berat badan Lies turun drastis. "Hingga tinggal tulang belulang saja," tuturnya.
Bahkan kandungan Hb-nya sampai turun ke angka 4 g/dl. Padahal, hemoglobin yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dalam darah ini untuk wanita dewasa berkisar pada angka 12 - 16 g/dl darah.
Karena sudah "mirip tengkorak", keseharian Lies hanyalah berbaring tanpa bisa berbuat apa-apa. Dunia mengajar sudah tidak tersentuhnya.
Dunia nyata sudah seperti menjauh darinya. Orang-orang tersayangnya seperti sudah jauh dari penglihatannya. Padahal, mereka dengan setia menunggunya di sisi pembaringan.
Ketika berbicara, lamat suara yang masuk ke telinganya.
"Saat itu saya sudah pasrah. Hidup saya sudah seperti di awang-awang saja," ujar Lies.
(Baca juga: Dari Kacang Sampai Kunyit, Inilah 8 Makanan yang Ampuh Melawan Penyakit Kanker)
Teringat akan bayinya yang masih butuh kehadirannya, Lies pun mencoba mengingat-ingat jejamuan yang pernah dikenalnya di kala kecil.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR