Bob Marley bisa dibilang yang paling berpengaruh dalam sejarah Rasta. Dia tidak pernah mengaku sebagai nabi, meskipun nyanyiannya memiliki karakter kenabian; dan dia tidak pernah menjadi pemimpin, meskipun banyak pengikutnya memperlakukananya sebagai pemimpin.
Kempali ke Haile, ia akhirnya kembali ke Afrika pada tahun 1973 kondisi Etiopia kala itu semakin memburuk, kelaparan yang mengerikan menewaskan sekitar 200 ribu orang Etiopia, kebanyakan di provinsi Wollo.
Hanya berselang setahun kemudian, Derg, sekelompok perwira tentara dengan agenda Marxis, menggulingkan Haile Selassie dalam kudeta militer. Sakit dan dipenjara, ia meninggal pada tanggal 27 Agustus 1975 pada usia 83 tahun.
Kematian Haile Selassie telah memicu kemarahan Rastafari, dan menggagap hal ini kebohongan, pada waktu itu muncul istilah 'Lies of Babylon' alias "Kebohongan Babel" atau "Kebohongan Bangsa Kulit Putih" untuk mengakhiri Rastafari.
Banyak Rasta percaya bahwa struktur yang didominasi kulit putih yang mereka sebut Babel telah menyebarkan kepalsuan dalam upaya untuk melemahkan gerakan Rastafarian yang tumbuh cepat.
Namun, mereka beranggapan Jah (nama Rasta untuk Tuhan) telah menduduki tubuh duniawi Haile Selassie.
Kepergian tubuh Haile Selassie hanyalah tanda bahwa Jah bukan hanya manusia tetapi juga roh dan ia tetap hidup meski tanpa raga manusia. (Intisari Online/Afif Khoirul M)
Source | : | national geographic indonesia,the guardian,blackhistory.com |
Penulis | : | Editorial Grid |
Editor | : | Editorial Grid |
KOMENTAR