Advertorial
Intisari-online.com - Dalam epos Mahabharata, Yudistira saat menuju surga didampingi seekor anjing hitam yang merupakan penjelmaan Dewa Dharma.
Sedangkan Anak Agung Dewi Laina Pertiwi disembuhkan oleh seekor anjing hitam.
Kisah tentang kesembuhan itulah yang menjadi awal keakraban Gung Dewi (sapaan akrab Agung Dewi Laina Pertiwi) dengan anjing.
Lima tahun lalu saat ia masih duduk di akhir semester menuju kelas IV SD, Gung Dewi memakan roti beracun di sekolahnya
Ia lalu dirawat di IGD RSUD Kabupaten Gianyar dan koma hingga tiga hari.
BACA JUGA:Beginilah ketika 154 Orang yang Pernah Mati Suri Menceritakan Pengalaman 'Kematiannya'
Dokter pun telah mengatakan pada orangtuanya bahwa saat Gung Dewi sadar, ia tidak akan nyambung saat diajak berkomunikasi karena racun sudah menyebar ke tubuh bagian atas.
Selain itu, dokter berencana menyedot racun tersebut lewat mulut Gung Dewi. Akan tetapi takdir berkata lain karena pertolongan seekor anjing hitam.
Kini Gung Dewi menjadi pecinta anjing, dan merawat sebanyak 39 ekor anjing.
BACA JUGA:Keajaiban Turun ke Bumi, Bayi Ini Pernah Mengalami Dua Kali Proses Kelahiran Dalam Hidupnya
Siang itu, hujan lebat mengguyur Kota Gianyar. Sang ayah, Agung Oka Yasna berniat untuk mengurus JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) untuk anaknya.
Tiba di daerah Bitera, ia melihat seekor anak anjing berwarna hitam kehujanan di pinggir jalan. Awalnya tak ada niat Oka Yasa untuk memungutnya.
Setelah lewat sekitar 1 kilometer, tiba-tiba ia ingin sekali berbalik arah dan memungut anak anjing tersebut. Setelah dipungut, ia tak meneruskan perjalanannya mengurus JKBM, melainkan berbalik arah ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, ia meminta izin kepada satpam untuk membawa anjing tersebut masuk ke dalam ruang perawatan dengan alasan anaknya suka anjing.
Satpam mengizinkan, dan anjing tersebut diletakkan di tangan kanan anaknya, karena tangan kirinya berisi infus.
BACA JUGA:Menggemaskan! 8 Foto Bayi dan Hewan Peliharannya Ini Akan Menghangatkan Hati Anda !
Anjing yang kini diberi nama Hitam tersebut naik ke muka Gung Dewi, lalu menjilat-jilat pipi dan mulutnya.
Tiba-tiba Gung Dewi bangun lalu muntah-muntah. Bahkan sang ayah sampai menggunakan delapan handuk untuk membersihkan muntahan tersebut.
Habis muntah-muntah, Gung Dewi mencabut infus di tangannya dan duduk di sebuah bangku sambil bermain dengan anjing tersebut. Tak berselang lama, Gung Dewi berkata, "Yuk kita pulang, ngapain kita di sini?" Dengan heran sang ayah menghampiri,"kan Dewi masih sakit."
Dewi pun meyakinkan bahwa dirinya tidak kenapa-kenapa. Akhirnya mereka akhirnya bisa pulang.
Kejadian tersebut membuat dokter yang merawatnya heran dan mengatakan itu adalah sebuah mukjizat.
Untuk memastikan kesehatannya, dokter berkunjung setiap hari hingga 2 bulan ke rumah Gung Dewi. Sejak kejadian itu, Gung Dewi pun memungut anjing yang dibuang orang di jalan dan dibawanya ke rumah.
Satu persatu hingga berjumlah 17 ekor dan sempat mencapa 60 ekor, dan kini tersisa lagi 39 ekor karena ada orang yang telah mengadopsi sejumlah anjing itu.
Kebanyakan anjing yang dipelihara adalah anjing Bali asli. "Awalnya ada 60 ekor. Tapi sudah ada yang mengadopsi. Tidak orang Bali saja. Waktu ini ada juga dari China yang mengadopsi," kata Oka Yasna.
Ketika mendung bergelayut di atas langit Banjar Bangkilesan, Desa Mas Ubud, Gianyar, Sabtu (31/3) sore, Tribun Bali datang ke rumah Gung Dewi.
Di depan rumahnya disambut oleh gonggongan puluhan anjing yang jinak. Lalu Oka Yasna menyambut dengan ramah sembari mengajak masuk ke pekarangan rumahnya. "Gung Dewi masih tidur. Capek tadi habis nyuntik 15 anjing di Sukawati," kata Oka Yasna.
Terlihat di atas pintu masuk pekarangan terpampang sebuah baliho kecil berbentuk persegi panjang bertuliskan Pondok Asuwatama. Sementara di sebelah kiri, tepatnya di tembok rumah, terlihat tiga kandang anjing yang lumayan besar.
Setelah dibangunkan sang Ibu, Jero Tirta, Gung Dewi keluar dari kamarnya. Tak berselang lama, beberapa ekor anjing mendekatinya dan bahkan ada yang duduk di pangkuannya. "Dulu saya tinggalnya di puri yang ada di Banjar Kawan, tapi karena di sana banyak, ada tiga KK dan Dewi memelihara banyak anjing, jadinya tidak enak," kata Oka.
Dengan modal awal Rp 260 ribu, Oka Yasna memberanikan diri mengontrak sepetak tanah yang berukuran 3 hektare seharga Rp 35 juta selama 10 tahun.
BACA JUGA:5 Tempat Wisata yang Harus Kita Kunjungi, Salah Satunya Ada Taman Neraka Lo!
"Saya bilang ke pemilik tanah untuk membayar sambil jalan, dan ia mau. Awalnya sebenarnya mau buat rumah kecil untuk anjing saja, tapi Dewi maunya tinggal sama anjingnya. Jadinya kita tinggal di sini," kata Oka sembari mempersilakan meminum kopi yang dihidangkannya.
Dulu sewaktu masih duduk di sekolah dasar, Gung Dewi selalu mengajak Hitam ke sekolah. Pernah saat ujian sekolah, anjingnya tersebut diusir guru dan dia tidak mau sekolah. "Dulu pernah dilarang, tapi dibolehin lagi. Tapi si Hitam cuma nunggu di depan kelas," kata Gung Dewi yang kini kelas VIII SMP Kertha Budaya Mas Ubud.
Walaupun kini anjing tersebut tidak ikut masuk ke dalam sekolah lagi, akan tetapi saat berangkat ke sekolah anjing tersebut selalu mengantarnya hingga gerbang sekolah. Setelah itu si anjing akan pulang lagi.
Siang hari saat Gung Dewi pulang sekolah di atas pukul 12.30 Wita, beberapa anjing yang dikomando si Hitam akan menjemputnya ke sekolah. Saking sayangnya pada anjing-anjing tersebut, sebelum berangkat ke sekolah, ia akan memberi anjingnya makan berupa makanan kering yaitu dog food.
"Satu bulan habis satu kampil yang isinya 20 kg. Harganya enam ratus ribu," kata Gung Dewi.
Sore sekitar pukul 17.00 Wita, anjing tersebut akan diberi makanan berupa nasi dicampur ketela rambat rebus yang dipotong-potong serta tulang ayam. Dalam sehari akan menghabiskan 5 kg beras dan 2 kg ketela rambat untuk pakan anjing tersebut.
BACA JUGA:Inilah yang Akan Terjadi Jika Rutin Makan 6 Siung Bawang Putih Panggang Setiap Hari
Tak jarang, burung peliharaan sang ayah pun dijual untuk membeli makanan anjing, karena mereka hidup hanya mengandalkan gaji dari Jero Tirta yang bekerja sebagai pegawai honor di salah satu sekolah swasta.
Saat tidur, Gung Dewi bahkan ditemani si Hitam, anjing yang telah menyelamatkannya. Sebuah keberuntungan pula, karena Tribun Bali bisa melihat bagaimana semua anjing tersebut berkumpul di halaman rumah memakan makanan yang diberikan tanpa pertengkaran.
Dibantu sang kakak, Anak Agung Wira Kusuma dan sang ayah, semua anjing tersebut bisa memperoleh makanan dengan rata. Hanya terdengar gonggongan beberapa anjing saja saat menunggu makanannya tersebut ditaruh ke dalam wadah.
Menurut Gung Dewi, anjing-anjingnya dimandikan dua minggu sekali. Separuh dimandikan pada minggu pertama, dan sisanya pada minggu berikutnya, begitu seterusnya. Semua anjingnya sudah steril dan mendapatkan vaksin rabies tapi bukan dari pemerintah.
Ada cerita pilu dari usaha pelestarian anjing tersebut. Sewaktu eleminasi anjing liar masih marak dilakukan, ada petugas dari Dinas Peternakan Gianyar yang datang ke rumahnya untuk melakukan eliminasi karena dianggap anjing tersebut penyebar rabies.
Padahal, anjing tersebut sudah divaksin dan vaksinnya ia peroleh berkat donasi dari orang Australia.
Tak pelak, Oka Yasna pun dipanggil hingga dua kali ke Kantor Dinas Peternakan untuk menghadap. Akan tetapi saat ditunjukkan vaksin yang diberikan oleh orang Australia dan Gung Dewi marah, akhirnya petugas Dinas Peternakan tidak pernah datang lagi ke sana hingga sekarang.
Selain memungut anjing yang dibuang di jalan, Gung Dewi juga memungut anjing buangan di kuburan, atau juga diberi orang karena tidak mampu merawat.
"Satu bulan lalu dianterin ayah saya ambil 7 anjing di Karangasem. Empat ekor di antaranya sudah diadopsi orang," imbuhnya. Gung Dewi juga hapal nama semua anjingnya. Ada Hitam, Putih, Macan Opa, Lesi, Nomi, Cili, Aldi, Aldo, Afi, Nyinyi, Dela, Salim, Keli, Sakura, Ayu, dan lain-lain.
Selain mengurus anjing di rumah, ia juga membantu orang lain untuk merawat anjing dengan datang ke rumah-rumah. Bahkan ia sudah bisa menyuntik sendiri anjing yang sakit hingga menjadi segar.
"Belajar nyuntik dari Mbak Tina, seorang perawat hewan asal Jakarta. Dulu dia yang bantu merawat anjing di sini. Karena jarang bisa ke sini lagi, makanya saya diajarin nyuntik anjing," kata gadis manis yang bercita-cita menjadi polisi wanita ini.
Beberapa waktu yang lalu, dibantu sang ayah dan juga pecalang desa ia memasang spanduk larangan membuang anjing sembarangan di beberapa sudut di desanya dan bahkan hingga ke luar desa. Bahkan ia menamakan rumahnya sebagai yayasan Pondok Aswatama.
Kini, ada satu keinginan Gung Dewi yang belum terwujud yaitu membuat pagar kawat di sekeliling rumahnya agar anjingnya tidak berkeliaran ke jalan. Beberapa hari yang lalu seekor anjingnya tertabrak sepeda motor hingga meninggal. Atas kepergian anjingnya itu, ia menangis hingga tiga hari. (Putu Supartika)
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul "Kisah Ajaib Gung Dewi Sembuh dari Koma Tiga Hari karena Jilatan si Hitam, Hingga Pelihara 39 Anjing."