Sebelumnya, pemusik Indonesia dan Prancis pernah berkolaborasi memanfaatkan musik krumpyung untuk penyusunan komposisi musik kontemporer.
Itu berarti musik krumpyung sedikit banyak sudah dikenal di mancanegara. Sejumlah orang yang antara lain datang dari Australia dan negara-negara di Eropa pun pernah belajar musik krumpyung pada Sumitro.
Beberapa setel perangkat musik ini juga pernah dibuat Sumitro untuk memenuhi permintaan pesanan dari luar negeri.
Selain yang berbasis tangga nada pentatonik, Sumitro juga bisa membuat alat musik dari bambu bertangga nada diatonik, yang dapat digunakan untuk mengiringi atau memainkan lagu-lagu kontemporer.
Yang bertangga nada diatonik itu antara lain angklung, calung, atau gambang.
Kesanggupan Sumitro tidak hanya berhenti di situ. la juga melahirkan kreasi-kreasi lain, umpamanya saja "musik taman".
Dinamai begitu karena instrumen musik ini biasanya ditaruh di suatu taman.
Musik ini dihasilkan oleh instrumen yang digerakkan dengan air.
Bahkan si pemesan dapat meminta dibuatkan alat musik yang memainkan lagu tertentu sesuai seleranya. Pesanan "musik taman" semacam ini pemah datang dari Belanda.
Selain yang digerakkan dengan air, Sumitro juga membuat alat musik taman yang digerakkan oleh tiupan angin.
Kini sudah ada dua perusahaan ekspor, berkedudukan di Yogyakarta dan Bali, yang menampung produk-produk sanggar bambu milik Sumitro untuk dipasarkan ke luar negeri.
(Baca juga: Momen Kembalinya Sang Legenda Koes Plus ke Panggung Musik Indonesia Pasca Meninggalnya Tonny)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR