Advertorial

Pantas Palestina Menolak Mentah-Mentah Usulan 'Perdamaian' Untuk Israel dan Palestina yang Diajukan Donald Trump, Rupanya Isi Kesepakatannya Membuat Geram Seluruh Warga!

May N

Editor

Donald Trump usulkan kesepakatan perdamaian untuk menengahi Israel dan Palestina, tidak membawa damai justru merugikan Palestina
Donald Trump usulkan kesepakatan perdamaian untuk menengahi Israel dan Palestina, tidak membawa damai justru merugikan Palestina

Intisari-online.com -Presiden Donald Trump telah ajukan rencana untuk Timur Tengah pada Selasa (28/1/2020).

Ia mengklaim rencananya merupakan solusi dua arah yang solutif, tetapi sepertinya pihak Palestina tidak menganggapnya demikian.

Usulan tersebut berupa dasar bagi Israel untuk segera mencaplok semua pemukiman warganya di Tepi Barat dengan Amerika sebagai pihak yang mendukung mereka.

Selain itu, Trump ramalkan pembentukan negara Palestina dengan kedaulatan terbatas setelah periode transisi.

Baca Juga: Obesitas Dianggap Berisiko Kesehatan, Mungkinkah Bila Kelebihan Berat Badan Namun Tetap Sehat? Ini Jawabannya!

Usulan tersebut dirasa merugikan Palestina dan terlalu mendukung Israel, sehingga dengan segera Palestina menolak usul tersebut.

Palestina sendiri telah lama tidak melakukan kontak dengan Trump langsung selama 2 tahun, dengan negosiator Palestina belum berbincang lagi dengan Trump selama itu.

Dilansir dari CNN dan Mirror, Trump ajukan usulan tersebut dengan Jerusalem "tetap menjadi ibukota Israel yang tidak terbagi". tetapi Palestina tetap memiliki "ibukota di timur Jerusalem."

Trump tidak menjembatani pertanyaan para pengungsi Palestina dan apakah mereka tetap punya hak untuk kembali ke rumah lama mereka.

Baca Juga: Pengalaman Bule yang Mengunjungi Pasar di Indonesia, Mirip Pasar Ektrem di Wuhan di Mana Virus Corona Mulai Disebarkan

Ia juga katakan tidak ada warga Palestina dan Israel yang diusir dari rumah mereka dalam rencana tersebut.

Rencananya, ibukota Palestina di sisi timur Jerusalem yang dipisahkan dari wilayah sisanya.

Nantinya, ibukota Palestina di lingkungan Arab di Jerusalem di sisi timur penghalang, termasuk Kafr Aqab, Abu Dis dan Shuafat.

Rencana tersebut membolehkan warga Palestina memanggil ibukota mereka dengan "al-Quds", bahasa Arab untuk Jerusalem.

Baca Juga: Mirip Lucinta Luna yang Selalu 'Ngamuk' Saat 'Disentil', Video Ini Tunjukkan Ngerinya Wanita Transgender Saat Marah, Sampai Seorang Pria Babak Belur 'Hormati Aku!'

Namun, termasuk yang disebut sebagai ibukota adalah wilayah kecil yang tidak signifikan dan tidak akan diterima Palestina jika mereka hanya diberi tanah sekecil itu.

Selain mengusulkan hal tersebut, rencana Trump juga memberi Israel 'lampu hijau' untuk pihak Israel mencaplok kesepakatan tersebut, tidak peduli apakah Palestina mendukung rencana tersebut.

Namun mandat Israel membekukan kesepakatan ekspansi lainnya selama 4 tahun penuh, dengan imbalannya adalah pengakuan Amerika terhadap kedaulatan Israel terhadap kesepakatan tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia akan melakukan langkah pertama menindaklanjuti pencaplokan kesepakatan Jalur Barat pada Minggu.

Baca Juga: Jumlah Kasus Baru Penderita Virus Corona Lampaui Penderita SARS, Pertanda Virus Corona Bisa Menyebar Secara Global, Tiga Perusahaan Besar Global Sampai Lakukan Hal Ini

Pengklaiman Israel secara penuh di wilayah tersebut akan membuat langkah ke depan pemerintah Israel membuat kesepakatan dengan Palestina dengan damai semakin sulit tercapai, lebih-lebih jika usulan Trump diabaikan.

Kondisi Palestina semakin tersudutkan ketika Amerika mengatakan mereka siap menerima sikap skeptis Palestina awalnya tetapi berharap jika seiring berjalannya waktu mereka mau untuk bernegosiasi.

Pemimpin Palestina telah menolak rencana tersebut di tengah kekhawatiran jika mereka tidak akan mengakui klaim Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur selama 52 tahun.

Menindak lanjuti pengumuman resmi usulan tersebut, Hamas menganggapnya sebagai "omong kosong agresif."

Baca Juga: 'Aku Mencintaimu!' Tangis Pria Ini Pecah Lepas Kepergian Istrinya yang Naik Bus ke Wuhan, Pergi Jadi Relawan untuk 'Perangi' Virus Corona

Donald Trump umumkan usulannya bersama Netanyahu di Gedung Putih.

"Hari ini, Israel telah mengambil langkah besar menuju perdamaian.

"Kemarin, Perdana Menteri Netanyahu menginformasikan aku jika dia bersedia mengesahkan visi sebagai dasar negosiasi langsung.

"Aku juga akan mengatakan, (Benny Gantz) juga telah sangat setuju dengan langkah bersejarah bagi Palestina ini."

Baca Juga: Antarkan Jenazah Pengemis, Polisi Malah Kaget Temukan Berkarung-karung Uang Koin Hasil Mengemisnya Ternyata Selama Ini Disimpan, Setelah Dihitung Jumlahnya Fantastis

Benny Gantz adalah kandidat saingan Netanyahu dalam pemilihan umum yang sudah di depan mata.

Usulan tersebut dituliskan dalam 80 halaman: 50 rencana politis yang diumumkan pada Selasa dan 30 rencana ekonomi diumumkan Juli kemarin.

Rencana ekonomi tersebut meliputi rencana revitalisasi Palestina, Jordania dan Mesir dengan anggaran 50 juta dolar Amerika.

Trump juga telah mengesahkan usulan map menggambarkan dua negara.

Baca Juga: 42 Kerangka Tua Misterius Ditemukan di Lahan yang Akan Dibangun, Tubuh Mereka Terikat di Belakang

Palestina akan berukuran dua kali ukuran Palestina saat ini dan akan dihubungkan dengan jalan, jembatan dan terowongan.

Pengumuman ini disebut-sebut sebagai cara Trump dan Netanyahu untuk memajukan dan mempromosikan diri mereka.

Trump sedang 'disidang' oleh senator Amerika untuk dipecat dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat.

Sementara itu Netanyahu diindikasikan telah melakukan penipuan, penggelapan dana dan penyuapan di November, dengan tiga kasus terpisah.

Baca Juga: Hanya Celana Dalam Bekas dan Kusut, Harganya Bisa Tembus Rp105 Juta, Sejarah Celana Itu Ternyata Tidak Sembarangan, Logo Ini Membuktikannya Bernilai Mahal

Parlemen Israel, Knesset sedang mendiskusikan pada Selasa apakah perlu diberikan komite untuk membahas permohonan imunitas Netanyahu terkait tuduhan padanya.

Mahmoud Abbas pada Senin katakan ia tidak akan setuju dengan perjanjian apapun yang tidak memberikan solusi 2 arah.

Bagi Abbas, rencana ini bagaikan "tamparan abad ini."

"Kami katakan lagi, tidak, tidak, tidak untuk kesepakatan abad ini," tambahnya.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap! Beginilah Nasib Wanita yang Viral Akibat Makan Sup Kelelawar di Tengah Mewabahnya Virus Corona di Wuhan

Palestina juga telah menolak perjanjian dengan pihak administrasi Trump sebagai protes kebijakan pro-Israel yang dilakukan dengan memindahkan Kedutaan Besar Amerika di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem.

Artikel Terkait