Sementara, air yang dialirkan ke toilet akan dimanfaatkan saat buang air kecil dan air besar.
Limbah yang dihasilkan kemudian ditampung di bak penampungan sebelum diolah di bio filter berkapasitas 5.000 liter.
Setelah diolah, air tersebut dialirkan ke kolam sanita yang berisi tanaman air.
Tanaman tersebut bertugas untuk menetralisir sisa limbah, sehingga air yang keluar dari kolam sanita sudah memenuhi standar air baku.
“Biasanya taman sanita ini ada tipe vertikal dan horizontal. Karena di sini konturnya bergunung-gunung, kita mengikuti dengan empat layer,” terangnya.
Kepala Balai Litbang Penerapan Teknologi Pemukiman Kementerian PUPR Ahyat Dwiatno menjelaskan, anggaran Rp3,3 miliar digunakan untuk perencanaan dan data Rp289 juta, pengolahan air limbah Rp210 juta serta pengolahan air bersih dan penyambungan sistem (Rp560 juta).
Di dalam sistem pengolahan air bersih terdapat teknologi menara aerasi senilai Rp452 juta dan RO senilai Rp46 juta.
Adapun untuk pembangunan fisik bangunan menghabiskan anggaran Rp1,95 miliar.
(Baca juga: Kisah Kerajaan Kuno di Pulau Samosir yang Tak Segan Menyantap Musuh, Bikin Gentar Orang Jahat!)
Pembangunan fisik itu meliputi pembangunan toilet pria dan wanita, toilet difabel, mushola, ruang laktasi, pantry, dan mushola di lantai satu.
Sementara di lantai dua, terdapat ruang transparan yang dapat dimanfaatkan sebagai area serba guna berkapasitas 40 orang, area terbuka, dan selasar pemantauan.
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com, berita selengkapnya di sini)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR