Advertorial
Intisari-Online.com -Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR baru saja menyelesaikan toilet canggih di kawasan Wisata Tele, Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Kabarnya, toilet ini dilengkapi dengan teknologi Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang diciptakan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).
Lalu, seperti apa kecanggihan teknologi yang dimiliki toilet yang kabarnya menelan biaya pembuatan hingga Rp 3,3 miliar itu?
Peneliti Muda Puslitbang Kementerian PUPR Dimas Hastama Nugraha menjelaskan, teknologi IPA yang dibenamkan mencakup menara aerasi dan Reverse Osmosis (RO).
(Baca juga:Inilah Neorest NX, Toilet Pintar yang Harganya Sama Dengan 18 Motor Beat, Mau Beli?)
Menara aerasi memiliki tinggi 13 meter dengan lima tingkatan.
“Menara itu bertugas mengelola air baku menjadi air bersih dengan Multiple Tray Aerator. Airnya berasal dari embung yang (berada di atas), dialirkan ke bawah menggunakan pipa naik ke atas. Dengan adanya selisih tekanan tinggi 25 meter, sehingga tidak membutuhkan pompa untuk naik ke atas,” terang Dimas kepada Kompas.com, di lokasi, Jumat (23/3/2018).
Air yang diolah dinetralisasi kadar besi (Fe) dan mangan-nya (Mn).
Pasalnya, kadar kedua mineral tersebut cukup tinggi yaitu 0,9 ppm untuk besi dan 1,2 ppm untuk mangan. Dari hasil uji laboratorium, tingkat besi dan mangan yang diproses turun menjadi 0,3 ppm untuk besi dan 0,5 ppm untuk mangan.
Air yang sudah dinetralisir kemudian dialirkan ke dalam filtrasi, untuk dipisahkan ke dalam dua bagian yaitu toilet dan sistem RO.
Sistem RO ini memiliki kapasitas 400 liter per hari dan dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
“RO ini adalah air siap minum, dia mengelola air siap untuk diminum,” kata dia.
(Baca juga:Fantastis, Mantan Pekerja Sanitasi Ini Menghasilkan Rp3,8 Miliar Setahun dari Pensiun, kok Bisa?)
Sementara, air yang dialirkan ke toilet akan dimanfaatkan saat buang air kecil dan air besar.
Limbah yang dihasilkan kemudian ditampung di bak penampungan sebelum diolah di bio filter berkapasitas 5.000 liter.
Setelah diolah, air tersebut dialirkan ke kolam sanita yang berisi tanaman air.
Tanaman tersebut bertugas untuk menetralisir sisa limbah, sehingga air yang keluar dari kolam sanita sudah memenuhi standar air baku.
“Biasanya taman sanita ini ada tipe vertikal dan horizontal. Karena di sini konturnya bergunung-gunung, kita mengikuti dengan empat layer,” terangnya.
Kepala Balai Litbang Penerapan Teknologi Pemukiman Kementerian PUPR Ahyat Dwiatno menjelaskan, anggaran Rp3,3 miliar digunakan untuk perencanaan dan data Rp289 juta, pengolahan air limbah Rp210 juta serta pengolahan air bersih dan penyambungan sistem (Rp560 juta).
Di dalam sistem pengolahan air bersih terdapat teknologi menara aerasi senilai Rp452 juta dan RO senilai Rp46 juta.
Adapun untuk pembangunan fisik bangunan menghabiskan anggaran Rp1,95 miliar.
(Baca juga:Kisah Kerajaan Kuno di Pulau Samosir yang Tak Segan Menyantap Musuh, Bikin Gentar Orang Jahat!)
Pembangunan fisik itu meliputi pembangunan toilet pria dan wanita, toilet difabel, mushola, ruang laktasi, pantry, dan mushola di lantai satu.
Sementara di lantai dua, terdapat ruang transparan yang dapat dimanfaatkan sebagai area serba guna berkapasitas 40 orang, area terbuka, dan selasar pemantauan.
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com, berita selengkapnya di sini)