Advertorial
Intisari-Online.com - Menjelang berakhirnya perang, ketika pasukan Nazi terus terdesak mundur, dan Tentara Merah mendekati Berlin, kekejaman SS pun juga tertuju terhadap bangsanya sendiri.
Mereka menangkapi prajurit Jerman yang dianggap melarikan diri, dan langsung mengeksekusinya dengan menggantung mereka sebagai ‘pengeut’ atau ‘penghianat’.
Padahal tak jarang para prajurit yang naas itu memang terpisah dari induk pasukannya karena situasi medan perang.
Kefanatikan Waffen-SS membuatnya merasa hanya merekalah yang sesungguhnya dapat menjadi juru selamat Jerman pada saat-saat genting itu.
(Baca juga: 4 Manfaat Paling Luar Biasa dari Daun Jambu Biji, Obat dari Banyak Penyakit Mematikan)
Ketika itu Tentara Merah pimpinan Marsekal Zhukov dan Koniev sudah menjelang pintu gerbang masuk Berlin.
Sedangkan di Barat tentara Jenderal Patton dan Montgomery pun sudah berhasil menyeberangi Sungai Rhine.
Hitler di sarangnya yang berupa bunker bawah tanah, semakin mundur fisik maupun mentalnya.
Ia tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya lagi. Namun ia tetap mampu menguasai kesetiaan banyak pengikutnya, walau tidak lagi seluruhnya seperti dulu.
Misalnya para tokoh seperti laksamana Karl Doenitz, Heinrich Himmler, dan Dr Albert Speer berniat menuju utara, sementara Hermann Goering dan Ribbentrop mau ke selatan menjauhi Berlin, dan juga Hitler.
Mereka berpamitan dengan Hitler dan masing-masing mencari jalan sendiri sekeluarnya dari bunker yang dijaga ketat oleh SS-Leibstandarte.
Hitler tetap menunjukkan kehangatan kepada para sobat dan rekan seperjuangannya, seolah-oleh tak peduli bahwa mereka akan meninggalkannya.
Pemimpin Nazi tadi merasa masih memiliki formula ajaib yang akan membalikkan situasi peperangan. Formula itu bernama Steiner.
(Baca juga: Jenglot, Semakin ‘Amburadul’ Semakin Mahal Harganya, Hingga Ratusan Juta Rupiah)
SS-Obergruppenfuhrer (Jenderal) Felix Steiner adalah seorang prajurit penuh pengalaman.
Panglima III SS Germanische Korps. Hitler menuruh harapan besar pada pasukan Steiner yang dianggapnya mampu menjadi penyelamat terakhir.
Padahal koprs tersebut tinggal namanya saja, sebab kenyataannya kekuatan Steiner tinggal tiga batalion ditambah sejumlah tank.
Hitler tak mau mengerti, dan menganggap kekuatan korps ini masih utuh, bahkan ia mengimpikan berbagai pasukan lainnya masih dapat digabungkan ke dalam pasukan Steiner.
Tatkala Jenderal SS ini menerima instruksi via telepon langsung dari Hitler pada tanggal 21 April 1945, ia hanya terdiam tak bisa berkata-kata.
Dia memberitahu atasanya, Jenderal Hans Krebs mengenai kondisi sebenarnya.
Tetapi semua sudah terlambat, Krebs tak berkutik. Steiner tetap harus melancarkan serangan balasan terhadap Tentara Merah, dengan ancaman eksekusi apabila tidak menaati perintah.
Keesokan harinya Hitler menuntut laporan “kemajuan” Steiner, bahkan minta pesawat terbang untuk menyaksikan gerakan pasukan Steiner.
Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, pasukan Soviet berhasil menerobos garis pertahanan Jerman di utara Berlin.
Hitler pun murka besar, dan berteriak-teriak bahwa SS seperti halnya Wehrmacht, telah menghianatinya.
Untuk pertama kalinya pula hitler keceplosan bahwa Jerman telah kalah perang. Formula ajaib Steiner yang diciptakan Hitler pun menguap dan dilupakan.
Reichsfuhrer SS Himmler yang telah meninggalkan bunker dengan sepengetahuan Hitler, ternyata diam-diam berusaha menghubungi Count Folke Bernadotte dari Palang Merah Swedia yang netral.
Himmler meminta jasanya untuk menghubungi negara-negara sekutu Barat, guna menawarkan penyerahan seluruh kekuatan Jerman di Front Barat kepada Panglima Sekutu Jenderal Eisenhower.
Apa yang dilakukan Himmler ini disiarkan oleh BBC dan dilaporkan kepada Hitler.
Ia hampir tak percaya, bahwa Himmler pun mengkhianatinya, sehingga Hitler makin yakin bahwa pengkhianatan oleh SS dan Weffen-SS memang direncanakan, termasuk keengganan Steiner menjalankan perintah.
Dalam suasana penuh kekecewaan dan kemarahan itu, Hitler menikahi Eva Braun pada 29 April 1945.
Lalu memerintahkan penangkapan Himmler dan Goering, yang juga dinyatakan berkhianat karena lancang menyatakan diri sebagai pengganti Hitler, sementara pemimpin Nazi itu sendiri masih hidup di bunkernya.
Setelah itu esok harinya, 30 April, Hitler dan Eva Braun bunuh diri.
Aksi bunuh diri itu bersamaan dengan serbuan Soviet untuk menduduki pusat pemerintahan Nazi, Reich Chancellery dan Reichstag, untuk mengejar momentum hari peringatan 1 Mei.
Himmler pada 5 Mei bersama sekitar 150 pengikutnya masih luntang-lantung.
Namun masih sempat mengadakan rapat dengan wakil SS, Gestapo, dan SD, mengenai rencananya mendirikan pemerintahan SS di Schleswig-Holstein, yang akan melakukan negosiasi dengan Sekutu.
Tetapi kegilaan Himmler ini terhenti, ketika esok harinya 6 Mei, menerima pemberitahuan dari Doenitz, yang telah diangkat oleh Hitler sebagai penggantinya.
Isinya ucapan terima kasih atas semua yang telah dikerjakan Himmler.
Namun “mengingat situasi terakhir, maka posisinya sebagai Mendagri, Panglima Tentara Cadangan, dan Kepala Kepolisian, tidak diperlukan lagi, dan seluruh instansi tersebut dihapuskan.”
Selanjutnya disusul perintah larangan bagi SS untuk meneruskan perlawanan, dan SS dalam segala bentuknya dibubarkan.
Dengan demikian eksistensi Waffen-SS pun dihapus. Esoknya 7 Mei 1945, Jerman takluk tanpa syarat.
Himmler sendiri pada 10 Mei tertangkap oleh pasukan Inggris, yang semula tidak tahu siapa yang terkena razia tersebut.
Namun ia tidak sempat mempertanggungjawabkan segala tindak kejahatannya.
Pasalnya pemimpin tertinggi SS itu ternyata takut dan lebih memilih menelan kapsul racun Zynkali yang telah disiapkannya ke dalam mulutnya.
Caranya yang pengecut dan menghindari tanggung jawab itu pun dinilai sebagai pengkhianatan terhadap Waffen-SS.
Pasukan yang selama perang banyak dari mereka yang telah menunjukkan kemampuan dan pengorbanan demi Reich Ketiga.
(Baca juga: Mengharukan, Ibu Ini Tetap Melahirkan Bayinya Meski Tahu Bayinya Telah Meninggal)