Advertorial
Intisari-online.com - Penyebaran virus Corona yang menjalar dari kota Wuhan di China ke sejumlah kota lain di negara itu dan kini meluas ke sejumlah negara di dunia terus menjadi sorotan.
Ini karena virus ini amat mematikan dan sudah membunuh puluhan korbannya secara tiba-tiba setelah terinfeksi.
Hingga kini, vaksin maupun obat untuk virus yang menyebabkan peradangan paru-paru itu pun belum tersedia.
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Omni Pulomas Dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD menjelaskan, saat ini ada dua negara yang diketahui langsung mengembangkan vaksin untuk penyakit virus Corona.
Mereka adalah Amerika Serikat dan China.
Namun sayang, Vaksinolog lulusan Universitas of Siena, Italia ini menyatakan, paling cepat untuk pembuatan vaksin tersebut selama satu tahun.
"Sudah ada upaya dari beberapa peneliti di China dan Amerika untuk mengembangkan vaksin yang baru ini. Tapi secepat-cepatnya tersedia itu paling cepat 1 tahun. Karena buat vaksin itu susah," kata Dr Dirga kepada Tribunnews.com, Minggu (26/1/2020).
Untuk pengobatan pasien yang telah terjangkit virus Corona, dia menyatakan, juga bisa belum tersedia.
Dr Dirga mengatakan, saat ini tindakan medis untuk pasien yang telah terjangkit virus tersebut ialah hanya bersifat supportif.
"Sampai sekarang pengobatan yang spesifik (antivirus) yang bisa langsung membunuh Wuhan Corona Virus ini belum ada," ungkapnya.
"Jadi kalau ada pasien yang positif itu pengobatannya supportif, kasih infus, diatasi demamnya. Pakai alat bantu nafas, tetapi belum ada pengobatan yang spesifik," ujar dia.
Persebaran virus Corona kini telah mencapai negara seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang, Prancis, Malaysia hingga Amerika Serikat. Negara-negara tersebut dikabarkan telah menerima pasien terjangkit virus tersebut.
Dari informasi terakhir, setidaknya virus itu telah membunuh 56 orang di negara tirai bambu tersebut.
Diduga Kuat Kelelawar dan Ular Jadi Tersangka Penular Virus Corona ke Manusia di Wuhan China
Dr Dirga menyampaikan, penyebaran virus Corona di Wuhan, China pertama kali disebarkan di pasar penjual hewan (animal market). Di sana, pasar-pasar tersebut menjual daging segala jenis hewan baik yang hidup ataupun yang sudah mati.
Dari informasinya, hewan kelelawar dan ular jadi dua di antara banyak hewan yang diduga kuat menjadi penyebar virus Corona. Tetapi, hal itu belum bisa dipastikan kebenarannya.
"Nah sampai sekarang belum diketahui hewan tersangkanya apa. Karena memang dari penelusuran awal itu sekarang ini mengarah entah itu kelelawar atau ada yang bilang ini sumbernya ular. Tapi itu masih dugaan daripada peneliti. Belum bisa dikonfirmasi," tutur dia.
Terbiasa Konsumsi Hewan Liar
Ia menyatakan, kebiasaan mengonsumsi hewan-hewan liar yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat China jadi salah satu alasan penyebaran virus Corona tersebut merambah dengan cepat.
"Jadi, memang kebiasaan mengkonsumsi hewan-hewan liar yang tidak lazim dikonsumsi itu juga kan bisa membawa dampak seperti ini," jelasnya.
Gejala, Pola Penyebaran dan Kelompok Rentan Tertular Virus Corona
Dr Dirga juga menjelaskan, pola penyebaran virus Corona tersebut bisa melalui tiga saluran. Pertama, hewan yang diketahui mengalami sakit menularkan virus tersebut melalui udara kepada manusia.
Kedua, virus Corona juga bisa disebarkan melalui kotoran (feses) atau air kencing. Terakhir, bisa juga melalui konsumsi hewan-hewan yang diduga sebagai hewan penular virus Corona.
"Karena memang kalau kita lihat pasar hewan di China termasuk di Wuhan ini kan tidak steril, tidak bersih."
Seharusnya kan diatur interaksi antara manusia dan hewan di pasar hewan itu yang ideal itu diatur. Nggak boleh berdekatan dan segala macam."
"Nah ini di China itu sudah campur dan memudahkan penyebaran virus itu lebih cepat," ungkap dia.
Dia mengungkapkan, orang yang tertular virus Corona nantinya mempunyai gejala yang tidak jauh beda dengan penyakit influenza atau flu.
Nantinya, orang yang diduga terkena virus Corona akan mengalami demam yang tinggi atau sedang, batuk pilek dan meler.
"Dan itu tidak bisa dibedakan (Dengan Influenza, Red) pada tahap awal. Makanya pada tahap awal kalau kita liat prosesnya di bandara itu ada penumpang dari daerah yang berisiko tinggi itu kan di deteksi dengan thermal scanner."
"Jadi semua penumpang yang demam dari daerah yang berisiko tinggi itu pasti akan dipisahkan dulu dan akan dievaluasi lebih lanjut," tuturnya.
Kelompok yang rentan tertular virus ini ialah semua kelompok usia. Namun Dr Dirga bilang, kerentanan juga berbanding lurus dengan daya tahan tubuh masing-masing orang.
Dia menyebutkan, beberapa catatan kasus meninggalnya karena virus Corona memang paling banyak didominasi oleh kelompok orang tua.
"Dari semua yang kena virus Corona yang sudah positif, itu kita tahu yang meninggal yang fatal itu hanya mereka yang berusia lebih dari 60 tahun."
"Artinya orang tua, atau sebelumnya pasien ini sudah punya kronis yang lain. Misalkan sakit diabetes, sakit jantung. Jadi hanya ada satu korban yang usianya relatif muda."
"Artinya bahwa semua orang bisa tertular, tapi sampai dengan fatal meninggal itu usia kelompok tertentu," tukas dia.
Langkah Pencegahan
Dia menyebutkan, ada 5 langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat agar tidak tertular virus Corona tersebut.
Yang paling pertama, tetap menjaga tubuh dengan menerapkan pola hidup sehat secara umum.
"Tujuannya supaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh, makan, istirahat semuanya harus cukup," ungkapnya.
Langkah pencegahan kedua ialah cuci tangan dengan sabun minimal 20 detik.
Hal tersebut bertujuan agar tidak mempermudah masuknya kuman dalam bentuk apapun melalui hidung ataupun mulut secara tidak sadar.
Ketiga dan keempat ialah hindari orang yang sakit dan selalu gunakan masker di tempat-tempat keramaian
"Terakhir, jangan bepergian dulu ke tempat yang berisiko tinggi. Tapi perlu dicatat, Corona Virus ini kan belum terbukti ada di Indonesia kan, jadi kita tidak terlalu panik," pungkasnya.
Hingga kini, Virus Corona memang diketahui belum memliki antivirus ataupun obat kepada pasiennya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Belum Ada Obat Penyembuhnya, Pembuatan Vaksin untuk Virus Corona Paling Cepat 1 Tahun