Advertorial
Intisari-Online.com -Artis peran Ria Irawan menghebuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2020).
Ria meninggal dunia setelah lama berjuang melawan kanker kelenjar getah bening yang diidapnya.
Kabar meninggalnya Ria disampaikan oleh sang suami, Makky Wongkar.
"Iya benar. Meninggal jam 4 subuh," kata Mayky.
Nama Ria tidak lepas dari dunia seni peran. Ria adalah anak pasangan aktor Bambang Irawan dan artis Ade Irawan.
Sejumlah penghargaan pernah diraih oleh Ria, misalnya penghargaan Festival Film Indonesia 1986 sebagai Artis Pendukung Terbaik lewat film Bila Saatnya Tiba (1985).
Namun, ada beberapa film yang membuatnya sampai dicap wanita nakal, bahkan 'perek', karena akting 'berani' yang dilakukannya.
Beberapa film tersebut menuntut Ria untuk bermain adegan 'panas'. Seperti dikisahkan berikut ini.
Gayanya yang cuek sering membuat orang berpikiran negatif padanya. Apalagi ia tampil lumayan berani di Adikku Kekasihku. la tahu persis, banyak orang suka ngpmongin.
Bahkan disebut perek. "Boleh saja menyebut saya perek!'Toh Di mata cowoknya pun,"Saya bagus." Di mata Tuhan? "Kayaknya saya tidak terlalu salah!"
Ia bungsu dari lima bersaudara keluarga artis. Nama lengkapnya Chandra Ariati Dewi (20), tapi lebih dikenal dengan panggilan Ria Irawan. Sejak usia 10, sudah ditinggal ayahnya, bintang beken Bambang Irawan. Tak heran kalau ia mengaku, 'Tidak punya banyak kenangan tentang Bapak."
Yang jelas, sejak umur lima, Ria sudah main film. Meski mengaku tidak mau menggantungkan hidup dari dunia itu, "Sejak pertama kali bisa nafas, bisa sekolah, uang saya dapatkan dari dunia film. Dan kayaknya gue akan bekerja di dunia film sampai akhir hayat."
Karenanya, kata Ria, ia berusaha mencoba segala jenis peran. Termasuk peran yang menuntutnya untuk bermain "panas" seperti dalam film Adikku Kekasihku. "Film itu memang suatu revolusi Ria Irawan. Itu saya lakukan untuk membuktikan pada semua orang bahwa Ria bisa bermain peran apa saja. Saya memihki dedikasi tinggi pada dunia kerja.
Tetapi, lanjutnya, bukan berarti ia asal pilih peran. "Pertimbangan tetap ada. Misalnya, mesti tahu lawan mainnya. "Saya tidak mau punya lawan main yang suka mencuri kesempatan saat memainkan adegan 'panas' itu!"
Kalaupun ia oke-oke saja melakukannya bersama Rano Karno dalam Adikku Kekasihku, "Karena saya tahu persis, Rano bukan tipe yang demikian. Juga karena film itu ditangani Wim Umboh. Makanya gue mau."
Ibu Menangis
Keberanian memainkan berjenis peran juga disebabkan rencana jangka panjangnya. Maksudnya? "Ya siapa tahu satu saat nanti anak saya juga main film? Nah, makanya nanti saya bisa menjelaskan padanya, bagaimana caranya agar tidak,berbuat kesalahan".
Kesalahan, memang tak kecil risikonya. Apalagi banyak orang ber'anggapan, apa yang dilakukan seorang bintang di layar perak, sama dengan yang dikerjakannya sehari- hari.
Contohnya, saat Ria kebagian menjadi perek di Kembang Kertas dan melakukan observasi sebelumnya agar bisa lebih menghayati perannya. Akibatnya? " Gue dicap perek beneran!"
Gosip itu, sambung Ria, berkembang amat seru. Lalu apa tanggapan si bungsu ini? "Terserah, apa pun kata orang, gue nggak terpengaruh. Toh saya tidak hidup dari mereka. Dan saya menganggap itu wajarwajar saja. Memang begitu risikonya menjadi public figure," katanya enteng.
Ria boleh tenang-tenang saja membiarkan "anjing menggonggong". Tapi lain dengan reaksi Ade Irawan, ibunya. "Kasihan Mama. Dia menangis mendengar gosip tentang anaknya. Dia tidak suka anaknya diomongin begitu. Setelah saya jelaskan semua, baru deh Mama tenang."
Berdangdut
Dari berbagai pengalaman tidak enak itulah, Ria kemudian mengambil kesimpulan, demikianlah sifat manusia. "Kalau orang lagi jelek, diomongin terus sampai orang itu terpojok dan seolah terinjak-injak. Tetapi jika lagi baik, dibiarkan begitu saja." Dengan gusar ia melanjutkan, "Buktinya waktu saya dapat Piala Citra, mana ada yang ngomongin."
Peraih Citra karena permainannya yang apik dalam Selamat Tinggal Jeanette ini melanjutkan, "Toh pada akhirnya yang mengetahui siapa kita sebenarnya adalah diri sendiri. Di mata cowok saya, ternyata saya bagus. Dan di mata Tuhan tempat saya memasrahkan diri, kayaknya gue nggak terlalu salah."
Seperti dikatakannya tak mau bergantung pada dunia film, kini Ria mulai membuktikan hal itu. Salah satu kegiatannya adalah sebagai Humas perusahaan karoseri mobil. Juga berkecimpung di bidang pembuatan pakaian jadi. "Sekarang saya sudah punya kuota ekspor sendiri," tuturnya bangga.
Kesibukan lain di luar dunia film, adalah tarik suara. Kali ini ia memilih jalur dangdut. "Sebenarnya ada tawaran bernyanyi solo lagu pop, tidak borongan seperti di kaset dangdut itu. Tapi saya masih takut. Takut nggak sukses," katanya jujur.
Masih ada "proyek" Ria yang lain. Yaitu membuat sekolah. "Karena saya ingin semua orang bisa hidup layak, intelektualitasnya dan mentalitasnya baik, juga kreatif. Dan dunia pendidikan bisa menjadi jembatan untuk semua itu," katanya.
40 Juta Perak
Sekolah itu, kata Ria, memang masih menjadi cita-cita. Soalnya, "Harga tanah di Jakarta makin mahal. Paling-paling yang tersisa hanya berukuran 4 X 4m. Cuma cukup buat kuburan!" katanya konyol.
Masih ada lagi keinginan Ria yang suka bicara blak-blakan mi, meski ia tahu persis, kemungkinan untuk mendapatkan kemauannya itu sulit. "Saya dan saudara-saudara kandung yang lain, ingin Mama menikah lagi. Tapi Mama tidak mau."
Padahal, kata Ria, kalau ada temannya mengeluh tidak punya ibu lagi, ia langsung "menyambar", "Udah deh, kenalin bapak kamu sama nyokap (ibu, red) gue. Syaratnya gampang kok."
Apa saja syarat itu, Ri? "Islam, saleh, bisa menjadi imam buat keluarga, punya waktu untuk berkumpul dengan anak-anak. Dan kalau bisa wajahnya tampan dan kaya, supaya bisa ngasih nyokap gue uang 40 juta sebulan," tuturnya sambil terbahak. Tentu saja Ria cuma bercanda. Lalu dengan wajah serius, ia bilang, "Saya sayang banget sama Mama."
Baca Juga: Ria Irawan Alami Metastasis, Dia Adalah Salah Satu Penyintas Kanker yang Anti Menye-menye...