Advertorial
Intisari-Online.com – Pada 28 Desember 2019, Medina Zein diciduk kepolisian di salah satu rumah sakit di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Dari hasil pemeriksaan, Medina Zein positif menggunakan narkoba berjenis amfetamin dengan melalui tes urine.
Oleh karenanya, terhadap Medina ditetapkan sebagai tersangka dan dilakukan upaya penahanan.
Pasca penangkapan anaknya, ibunda Medina Zein, Hj. Tien Wartini berharap agar anaknya diizinkan pulang.
Hal tersebut dikarenakan Medina Zein masih memiliki bayi yang berusia tiga bulan.
“Minta doanya, biar anak saya (Medina Zein) bisa segera berkumpul dengan putranya,” kata Hj. Tien Wartini saat ditemui di Ditresnarkoba, Polda Metro Jaya seperti dilansir dari kompas.com pada Kamis (2/1/2020).
“Terutama, yang bayinya baru tiga bulan, terpisah dari ibunya.”
“Mungkin semua juga akan merasakan seperti apa bayinya dulu dengan ibunya,” katanya menambahkan.
Diketahui, Medina Zein memang memiliki bayi berjenis kelamin laki-laki yang berusia tiga bulan.
Dan sudah sangat jelas bahwa bayi usia tersebut masih menerima ASI dari ibunya.
Lalu adakah dampak pada bayi yang menyusui pada ibu yang positif memakai narkoba?
American Addiction Centers pernah mengutip sebuah penelitian dari International Organization Research Group.
Dalam penelitian tersebut para konselor ASI di dunia sepakat mengenai protokol menyusui.
Di mana, seorang ibu harus dalam kondisi sehat saat menyusui.
Jika ada seorang ibu memakai narkoba, maka dia lebih baik tidak menyusui bayinya.
Sebab, hal tersebut akan menimbulkan dampak bagi tumbuh kembang bayi.
Tak hanya itu, sama seperti orang dewasa yang mengonsumsi narkoba, bayi yang menyusui dari ibu yang memakai narkoba bisa ketagihan zat adiktif yang didapat dari ASI ibunya.
Jika kondisi semakin parah, maka bayi bisa mengalami sakau dengan gejala sama seperti orang dewasa (tubuh gemetar dan gelisah).
Gejala tersebut akan semakin parah jika ibunya sudah memakai narkoba saat sedang mengandung.
Selain itu, bayi memiliki risiko mengalami kerusakan kognitif yang lebih tinggi.
Kerusakan kognitif tersebut dikombinasikan dengan perasaan euforia telah terbukti merupakan kombinasi mematikan bagi banyak orang.
Efek sampingnya lebih berbahaya dan berdampak jangka panjang bagi kesehatan bayi.
Contoh kasus
Pada tahun 2017, Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalteng dan Kota Palangka Raya menemukan kasus di mana seorang bayi berusia lima bulan dinyatakan potitif terdampak narkoba jenis sabu-sabu.
Bayi tersebut positif narkoba setelah mengonsumsi air susu ibu (ASI) atau menyusu pada ibunya berinisial RI yang menggunakan sabu-sabu.
Ada juga kasus pada tahun 2018 di Bucks County, Pennsylvania, Amerika Serikat di mana seorangibudiduga membunuh bayinya sendiri setelah memberikan ASI.
Dilaporkan Samantha Jones (30), membunuhbayi laki-lakinya yang berusia 11 minggu, RJ, dengan cara menyusui saat menggunakan narkoba.