Advertorial
Intisari-Online.com – Tagar #JakartaBanjir pun menjadi trending topic di media sosial Twitter sejak kemarin (1/1/2020).
Hal ini dikarenakan ibukota negara Indonesia, Jakarta, mengalami banjir besar di awal tahun 2020.
Hujan yang terjadi terus-menerus membuat air dengan cepat naik.
Akibatnya, ribuan rumah terendam banjir dan ribuan orang lainnya mengungsi.
Banjirnya Jakarta pun menjadi perhatian dunia.
Bahlan dalam jurnal Nature Communications edisi 29 Oktober 2019, Jakarta disebut berpotensi tenggelam pada 2050 nanti.
Apa penyebabnya?
Selain Jakarta, ada tujuh negara di Asia yang terancam tenggelam, yakni China, India, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Jepang.
Para ilmuwan memprediksi, sekitar 300 juta orang Asia akan merasakan banjir tahunan beberapa dekade ke depan.
Proses naiknya permukaan air laut ada dua, yakni karena pencairan es di Antartika dan pemuaian air itu sendiri.
Namun lebih jauh lagi, peneliti iklim dan laut dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Intan Suci Nurhati mengatakan, potensi tenggelamnya Jakarta juga disebabkan oleh perilaku masyarakat lokal.
Intan berkata, penyedotan air tanah juga membuat permukaan tanah di Jakarta turun.
"Aktivitas masyarakat lokal termasuk pengambilan air tanah," kata Intan dihubungi Kompas.com pada Kamis (7/11/2019).
"Kalau untuk Jakarta sendiri, ibaratnya (dampaknya) karena perubahan iklim sampai Jakarta Utara, tapi karena ada pengambilan air tanah (dampaknya) sampai Monas.
Misalnya seperti itu, ini perbandingan saja," terang Intan yang juga termasuk anggota panel ilmuwan IPCC PBB.
Ini artinya, risiko yang diakibatkan pola perilaku masyarakat lebih berdampak buruk dibanding perubahan iklim.
Oleh sebab itu Intan mengatakan, penting untuk mempelajari dampak perubahan iklim yang membuat naiknya muka air laut, tapi kita juga harus memperhatikan bagaimana aktivitas masyarakat lokal.
Pasalnya, hal ini akan berpengaruh pada solusi yang akan diambil ke depan.
"Kalau kita bicara kota seperti Jakarta, jika kita mau menyelamatkan kota ini dari kenaikan permukaan laut dan kita tidak hati-hati melihat mana sih faktor yang lebih dominan, takutnya fokus kita enggak benar," ungkap Intan.
"Misalnya kalau di Jakarta menekan penggunaan air tanah, itu efeknya akan sangat membantu (mengurangi dampak kenaikan air laut yang lebih besar).”
“Nah itu salah satu cara yang bisa kita lakukan secara lokal," imbuh dia.
Menurut Intan, dengan mengetahui penyebab utama suatu masalah dan bisa dilakukan secara lokal, hal ini akan jauh lebih efektif.
Laporan ilmuwan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB juga menunjukkan, perubahan iklim menyebabkan laut semakin panas, semakin asam, dan kekurangan kadar oksigen.
Pengasaman atau penurunan pH air laut bisa disebabkan karena pengasaman laut (ocean acidification) dan pengasaman pesisir (coastal acidification).
Pengasaman laut adalah penurunan tingkat keasaman air laut akibat reaksi antara gas rumah kaca CO2 dan air laut.
Dan di kawasan perairan Indonesia juga terjadi pengasaman pesisir oleh aktivitas lokal manusia.
Pengasaman pesisir termasuk pembuangan limbah yang membuat laju pengasaman air laut lebih tinggi dibanding secara global.
Meski sulit, ada beberapa hal yang menurut Intan bisa dilakukan untuk merespons keadaan ini.
Salah satunya dengan pembuatan tanggul, penganggulangan limbah yang efektif, dan restorasi ekosistem lamun yang dapat memengaruhi pH air laut secara lokal.
"Yang pasti kita harus melakukan aksi-aksi adaptasi, enggak bisa kita cuma diem saja.”
“Di laporan PBB ada banyak cara untuk menanggulangi ini. Kita bisa bikin tanggul, bisa dimundurin kotanya istilahnya, dan lain-lain," ungkap Intan.
"Intinya adalah, kalau kita melakukan adaptasi, dampak untuk melindungi masyarakat cukup signifikan di kota-kota besar, karena kan populasinya lebih tinggi," sambungnya.
Namun menurutnya, untuk di kota-kota besar memang harus membangun semacam tanggul.
Intan mengingatkan, selain Jakarta, kota-kota besar yang landai seperti Semarang dan pulau-pulau kecil di Indonesia sebenarnya juga terancam tenggelam hingga 2100. (Gloria Setyvani Putri)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Jakarta Diprediksi Tenggelam pada 2050, Begini Solusinya Menurut Ahli")
Baca Juga: Kasus Ayah Nikahi Anak Kandungnya Sendiri: Begini Efek Samping Perkawinan Sedarah Secara Sains