Advertorial

Siapa Sangka, Ayah Nadiem Pernah Dikirimi Bedak dan Gincu oleh Soe Hok Gie karena Dianggap Jadi Pengkhianat Setelah Diberi Jabatan Ini dari Pemerintahan Orba Soeharto

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.
Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.

Intisari-Online.com - Siapa yang tak pernah mendengar nama Soe Hok Gie?

Sosoknya terutama dikagumi oleh para pecinta gunung dan mahasiswa yang mewarisi semangat-semangatnya.

Saat SMA Gie tertarik dengan ilmu sejarah yang menjadi cikal-bakal kesadaran berpolitiknya, serta kritis dan tajam dalam menulis tulisan-tulisan catatan perjalanan.

Usai tamat SMA, Gie melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia (UI), Fakultas Sastra, dan mengambil jurusan Sejarah.

Baca Juga: Kapal Selam Nuklir Pembawa Rudal Balistik China 'Mengintip' dalam Insiden Laut China Selatan, Sebuah Ancaman Serius?

Mulai dari sinilah, Gie aktif menjadi aktivis kemahasiswaan.

Soe Hok Gie, seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.

Saat remaja Gie sudah diuji pemahamannya tentang sejarah, politik, ekonomi Indonesia kala itu.

Di saat Indonesia berada dalam masa paling mencekam sepanjang sejarah negara ini didirikan, Gie memenuhi panggilannya sebagai seorang intelektual muda dengan menulis kritik keras terhadap pemerintahan dan membangun bibit-bibit kesadaran demokrasi.

Baca Juga: Sudah Keluarkan Uang Rp1,4 Miliar demi Nikahi Gadis Muda, 9 Bulan Kemudian Kakek Ini Menyesal dan Memilih Menceraikannya Karena Hal Ini

Gie dikenal sebagai seorang aktivis yang paling vokal mengkritik kinerja pemerintahan Orde Lama, era pemerintahan Presiden Soekarno.

Bahkan, Gie menjadi salah satu arsitek aksi long-march dan demonstrasi besar mahasiswa tahun 1966 yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional.

Kritis dan tajam, membuatnya pernah mendapatkan surat kaleng lantaran tulisannya di mingguan Mahasiswa Indonesia.

Baca Juga: Banjir Tak Surut-surut, Jakarta Diprediksi Tenggelam pada 2050, Ini Solusi yang Diberikan Ilmuwan PBB Untuk Selamatkan Jakarta

Gie dikirimi surat kaleng oleh seseorang yang mengaku pecinta Soekarno yang berisi umpatan berbau rasial.

Bersama Angkatan 66, dia "menggempur" kekuasaan Orde Lama.

Setelah menumbangkan Orde Lama, Gie sempat menolak saat ditawari duduk dalam kursi DPR, namun dia kecewa terhadap kawan-kawan sesama aktivis.

Bagaimana tidak, 13 aktivis mahasiswa seperjuangannya, termasuk Nono Anwar Makarim memilih menjadi anggota DPR setelah Orde Baru berkuasa.

Mengirim Bedak, Gincu, dan Cermin

Kekecewaan Gie terhadap kawan-kawannya itu diekspresikannya dengan mengirim bedak, gincu, serta cermin.

Gie berharap agar mereka bisa berdandan 'cantik' di hadapan penguasa.

Gie menganggap teman-temanyna sudah melupakan rakyat dan mementingkan kedudukan serta keuntungan pribadi.

Baca Juga: Warga Gempar Temukan 7 Kantong Plastik Beserta Pesan Mengerikan yang Ditinggalkan oleh Geng Narkoba Meksiko, Ini Isi Suratnya

Dalam surat pengantar kiriman, 12 Desember 1969, Gie menulis, "Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmati kursi Anda, tidurlah nyenyak."

Nono Anwar Makarim sendiri merupakan ayah dari Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Kabinet Indonesia Maju).

Pria kelahiran Pekalongan berdarah Arab itu kemudian duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

Baca Juga: Masih Ingat Kasus Kopi Sianida? Hampir 4 Tahun Pasca Kematian Mirna Salihin, Seorang Ahli Bongkar Fakta Ini

Dia dikenal sebagai sosok praktisi hukum ternama sekaligus penulis dan kolumnis di banyak media massa.

Bersama Gie dan aktivis angkatan '66 lainnya, dulu Nono ikut berunjuk rasa menggulingkan Orde Lama.

Dia dikenal sebagai aktivis di Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA).

Selain itu, Nono Anwar Makarim juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi harian KAMI (1966-1973), hingga menjadi anggota DPR dari kalangan mahasiswa dari 1967-1971.

Baca Juga: Angkatan Laut Temukan Kapal Selam Seharga Rp8 Miliar di Tengah Hutan, Tak Disangka Kapal Itu Digunakan Untuk Hal Mengejutkan

Artikel Terkait