Tuna netra sejak kecil
Wangku menjelaskan, dari berbagai cerita tetangga, Martinus mengalami tunanetra sejak lahir.
Beberapa tahun silam, Martinus pernah dirawat di salah satu panti di Kupang serta dilatih kepekaan. Ia dilatih untuk bisa meraba uang atau benda lainnya di panti tersebut.
Setelah memiliki keterampilan itu, Martinus pulang ke Kampung Mano Nancang dan menetap di kampung tersebut.
Ia kemudian menikah dengan Paulina.
Dari pernikahannya, Martinus memiliki dua anak. Anak sulungnya, Fransiska dan Berno Edon (14) yang kini duduk di bangku kelas II SMPN 6 Mano.
Berno mendapatkan beasiswa untuk sekolah. Wangku menjelaskan, anaknya yang sakit biasa cari kayu api untuk masak.
Namun, kadang-kadang anak itu hanya membawa beberapa batang kayu. Fransiska sakit parah tahun 2007 lalu.
Dia jalan-jalan sendirian, bicara sendirian, dan tidur larut malam.
Tak banyak yang diminta Martinus. Ia hanya ingin ada orang yang bisa memperbaiki dapurnya agar ia bisa memasak untuk anak dan istrinya.
"Saya minta dapur yang reyot diperbaiki sehingga saya bisa masak di dapur yang baik," ujar Martinus. (Markus Makur)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Suami Tunanetra di Pedalaman Flores Setia Rawat Istri dan Anak yang Derita Gangguan Jiwa")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR