Advertorial
Intisari-online.com -Kehilangan seorang ibu memang meninggalkan luka yang berat dan tidak akan pernah sembuh.
Kedua remaja ini masih belum selesai berduka setelah kematian ibu yang mereka sangat sayangi.
Ibu mereka, Tracey, telah meninggal di umur 46 tahun setelah didiagnosa kanker 12 hari sebelum kematiannya.
Megan Ryan (15) dan adiknya Tasha (14) telah mengalami masa sulit ketika mengetahui ibu mereka hanya memiliki waktu 12 hari menjelang kematiannya.
Tracey meninggal di tahun 2015 karena kanker di hati, perut dan ginjalnya.
Semenjak itu dua remaja hidup dengan ayah mereka Ken (43) dan adik mereka, Liam (12).
Empat tahun semenjak kematian istrinya, Ken berusaha membangun kembali hidupnya dan membesarkan ketiga anaknya sendirian.
Beruntung, dia mendapat bantuan dari lembaga sosial Liverpool An Hour For Others.
Lembaga itu mengumpulkan sumbangan dana dan mendorong individu dan pebisnis untuk membagi waktunya dengan meningkatkan kemampuan agar hidup mereka berkembang.
Lembaga tersebut ditanyai perusahaan kontruksi Amspec yang ada di Wigan, bagaimana mereka dapat membantu untuk lembaga tersebut.
Lembaga itu memilih Megan dan Tasha pantas mendapatkan bantuan.
Bantuan yang mereka dapatkan adalah kamar tidur baru untuk mereka masing-masing.
Pasalnya, semenjak kehilangan ibu mereka, kedua remaja perempuan ini merasa kesulitan tidak memiliki tempat mereka sendiri.
Tentu, jika ibu mereka masih ada, pasti mereka akan dibuatkan tempat sendiri agar hormon remaja mereka tidak terlepas dengan mudah.
Namun karena hanya ada ayah mereka, mereka kesulitan mengatur emosi mereka sendiri.
Dilansir dari mirror.co.uk, ayah mereka menjelaskan, "Gadis-gadis itu, sejak kehilangan ibu mereka, telah menjadi sangat stress dan memiliki banyak amarah terpendam."
Megan dan Tasha sama-sama tidur di satu kamar yang sempit untuk keduanya.
"Berbagi kamar pasti sangatlah sulit untuk mereka berdua, bahkan untuk berduka sendirian.
"Mereka tidak memiliki tempat sendiri untuk hanya mereka sendiri. Hormon pun menumpuk dan terkadang sulit untuk mengontrol emosi."
Amspec dan An Hour For Others mengejutkan kedua gadis dengan mengubah kamar tidur yang mereka pakai menjadi tempat baru.
Caranya, dengan meruntuhkan bangunan lama dan membangun lagi dengan desain cerdas yang mampu memaksimalkan penggunaan kamar berukuran kecil.
Mereka membangun ranjang susun yang dimodifikasi dan lemari setinggi atap kamar sehingga ruang penyimpanan mereka lebih besar.
Reaksi mereka saat melihat kondisi kamar mereka adalah trenyuh, sampai mereka tidak mampu berkata-kata.
Bahkan mereka pun kemudian menangis, yang mana menunjukkan betapa sulit hidup yang mereka harus jalani tanpa ibu mereka.