Advertorial

Kim Jong Un Berhasil Membangun Kota Mewah di Sebuah Gunung Sakral di Korea Utara, Tetapi di Baliknya Ada Fakta Mengerikan Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Kota yang baru saja dibangun itu mampu menampung 4.000 keluarga dan memiliki 380 blok bangunan umum.
Kota yang baru saja dibangun itu mampu menampung 4.000 keluarga dan memiliki 380 blok bangunan umum.

Intisari-online.com - Pemimpin Korea Utra Kim Jong-Un secara resmi membuka utopis sosialis.

Apartemen baru, hotel, dan resor ski yang konon sangat mewah.

Menariknya, bangunan itu dibuat didekat Gunung Paektu, yang sangat sakral digambarkan sebagai lambang peradaban modern.

Saat dibuka perayaan besar digelar di kota itu.

Baca Juga: PNS Bisa Kerja di Rumah dan Hari Jumat Libur, Jangan Langsung Iri Sebelum Lihat Syaratnya Ini

Melibatkan kembang api, dan semua tampak begitu mewah dan ramai.

Kotayang baru saja dibangun itu mampu menampung 4.000 keluarga dan memiliki 380 blok bangunan umum.

Namun ada beberapa pembangunan yang ditunda karena kekurangan bahan bangunan dan tenaga kerja.

Hal itu, sebagai akibat dari sanksi yang dikenakan oleh program nuklir Pyongyang.

Baca Juga: Di Tiongkok, Populasi Pria Lebih Banyak Daripada Wanita , Diam-diam Mereka Mengekspor Wanita dari Pakistan juga Indonesia Untuk Dijadikan Istri Maharnya Menggiurkan Tapi Ilegal

Penundaaan ini mendorong Pyongyang memobilisasi brigade pekerja muda yang dianggap pembelot untuk melakukan kerja paksa.

Menurut catatan aktivis, itu adalah sisi kelam di balik bangunan mewah yang dibangun oleh rezim Kim Jong-Un.

Anak muda tidak mendapatkan bayaran, karena mereka miskin.

Orang-orang itu dipaksa bekerja lebih dari 12 jam sehari selama 10 tahun dengan imbalan masuk universitas dan bergabung dengan partai pekerja.

Kota bernama Samjiyon dipertimbangkan sebagai utopis sosialis atas situasi ini.

Media pemerintah juga melaporkan selama setahun terakhir tentang pabrik, keluarga dan individu yang mengirim jaket musim dingin, peralatan, sepatu, selimut, dan biskuit ke Samjiyon.

Defectors mengatakan adalah bagian dari kampanye rezim yang kekurangan uang untuk mendapatkan pasokan dari masyarakat.

Baca Juga: Makhluk Seberat 101 Kg Ini Tebar Teror dengan Menyerang Rumah dan Tutupi Jenazah Korbannya dengan Selimut untuk Kembali Melanjutkan 'Pesta' Nantinya

Proyek ini dianggap selesai, namun dengan predikat yang sangat buruk.

Colin Zwirko, koresponden di situs spesialis NK News, mengatakan kota itu adalah "model".

Berbicara kepada BBC, dia mengatakan, "Seperti yang terlihat sekarang, bagus dan bersih, bangunan berdesain unik yang tidak akan benar-benar menyerupai kota lain di Korea Utara," katanya kepada BBC.

Seseorang yang berkeliaran di sekitar Samjiyon sebagai turis tidak akan mengetahui kenyataan kelam tentang Korea Utara.

Mereka hanya akan sedikit mengetahui ada daerah kurang tewat di Pyongyang dan kota lain.

Dia menambahkan, bahwa kota itu cukup kecil untuk dilewati.

Hanya memiliki ukuran 2-3 kilometer saja dari kedua arah.

Baca Juga: Resmi: Erick Tohir Pecat Dirut Garuda Terkait Kasus Penyelundupan Harley dan Sepeda Brompton dalam Pesawata Garuda Baru

Kota ini dipandang sebagai salah satu inisiatif ekonomi terbesar yang diluncurkan oleh Korea Utara.

Hal itu sebagai bagian dari upaya ekonomi mandiri.

Pembukaan Samjiyon terjadi ketika pemerintah Korea Utara menyerukan agar AS mencabut sanksi ekonomi dan pembicaraan denuklirisasi.

Artikel Terkait