Intisari-Online.com – Nama granat asap menjadi trending topic pasca ledakan di kompleks Monas, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019) pagi.
Dilaporkan telah terjadi ledakan di Monas dan menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono, ledakan tersebut dikarenakan granat asap.
"Hasil temuan tim di lapangan ini adalah granat asap yang meledak," kata Eddy seperti dilansir dari kompas.com pada Selasa (3/12/2019) dalam jumpa pers.
Granat asap tersebut meledak saat dipegang anggota TNI Serka Fajar. Ia terluka parah di bagian tangan kiri.
Baca Juga: Foto Anak Kecil Tutup Perlintasan Kereta Api dengan Tali Rafia Jadi Viral, Ini Penjelasan PT KAI
Sementara itu, satu anggota TNI lain juga terluka di bagian paha, yakni Praka Gunawan.
Sejarah granat asap
Tak jelas siapa orang yang pertama kali menciptakan granat asap. Namun, produksi granat asap dalam jumlah yang cukup banyak dapat dilacak pada era Perang Dunia.
Leo Brophy, Wyndham Miles, dan Rexmond Cochrane dalam buku The Chemical Warfare Service: From Laboratory to Field (Dinas Peperangan Kimia ( Amerika Serikat): dari Laboratorium ke Medan Perang) yang terbit tahun 2010 di Washington mencatat, asap menjadi inovasi penting di medan perang.
Brophy dan kolega menyebut, tentara AS bahkan mulai memakai asap sebagai kode komunikasi antarpesawat tempur.
Teknologi penghasil asap kemudian dipakai banyak negara lain.
Memasuki era Perang Dunia II, tepatnya pada 1944, Jerman dan Italia mulai banyak memakai generator yang mampu mengepulkan asap yang dapat bertahan belasan menit hingga 1 jam.
Mereka menggunakannya sebagai strategi pertahanan, yakni buat menutupi area-area vital mereka dari pengamatan udara tentara sekutu.
Di sisi lain, AS sebagai negara sekutu tak ketinggalan berinovasi dalam soal teknologi asap.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR