Advertorial
Intisari-Online.com - Sakit gigi adalah masalah kesehatan terburuk kita.
Tapi tahukah Anda mengenai praktik kedokteran gigi pada awal abad ke-19 yang mengerikan?
Selama tahun 1800-an di Eropa, kedokteran gigi masih merupakan cabang kedokteran yang kasar.
Kebersihan mulut masih jauh lebih sehat daripada saat ini.
Hal itu karena kurangnya jumlah besar gula dan bahan kimia dalam makanan dan minuman.
Tapi jika ada masalah kesehatan pada gigi, akan ada beberapa obat.
Beberapa upaya awal untuk membuat gigi palsu yang efisien menggunakan bahan gading.
'Dokter gigi' akan mensimulasikan tampilan gigi saat mereka mengukirnya dari selembar gading.
Set gigi ini akan dihubungkan dengan kawat pegas, namun hasilnya jauh dari kata berhasil.
Lagi pula, harga gigi ini cukup mahal untuk orang-orang biasa, dan bagi mereka yang mampu membelinya, gigi-gigi ini tetap mimpi buruk.
Tulang dan gading tidak memiliki enamel alami dan akan mudah menjadi busuk.
Hal ini menyebabkan napas berbau busuk dan rasa yang sama-sama tidak menyenangkan di mulut.
Di situlah calon dokter gigi mengambil pendekatan yang berbeda.
Mereka mengambil langkah besar ke sudut-sudut obat yang lebih suram dan lakukan berbagai percobaan.
Ya, akhirnya mereka menggunakan gigi manusia untuk membuat gigi palsu.
Dokter gigi ini mencari ke berbagai tempat di mana sekiranya dapat dia temukan gigi manusia yang sehat.
Karena sangat alami, gigi manusia nyata ini menjadi populer sebagai solusi masalah kesehatan gigi.
Pada awalnya, dokter gigi menawarkan sejumlah uang kepada mereka yang mau menjual gigi mereka.
Orang yang begitu miskin bisa saja menggunakan cara ini, tapi nyatanya sangat jarang adanya 'sukarelawan.'
Sementara permintaan semakin meningkat, di situlah cerita gelap bermula.
Ahli anatomi dan dokter gigi akan menggali mayat-mayat yang baru dikubur untuk dijual.
Sementara mayatnya akan digunakan untuk dibedah oleh ahli anatomi, giginya dijual untuk digunakan dalam kedokteran gigi.
Masa gelap ini memunculkan semacam organisasi terstruktur untuk merampok pemakaman.
Meskipun para pejabat dan hukum sebagian besar mengabaikan perbuatan busuk ini, penduduk setempat sangat mengutuk praktik penjarahan makam ini.
Baca Juga: Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni Selama 18 Tahun, Begini Kondisi Wanita Ini Saat Ditemukan