Advertorial
Intisari-Online.com – Telah terjadi beberapa aksi bom di Indonesia. Termasuk kejadian bom bunuh diri di dalam markas Polrestabes Medan pada Rabu (13/11/2019) pagi ini.
Dilaporkan satu orang terduga pelaku ditemukan tewas dalam tubuh hancur.
Kini, Polrestabes Medan sedang mengusut kasus ini.
Di tengah banyak kasus bom di Indonesia, nyatanya masyarakat internasional memuji cara Indonesia memperlakukan narapidana teroris dan upaya pencegahan radikalisasi di lembaga pemasyarakatan.
“Pengalaman Indonesia dalam deradikalisasi narapidana teroris (napi) menjadi kontribusi positif bagi upaya penanggulangan terorisme global,” kata Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani.
Ia menyampaikan pernyataan itu saat memimpin pertemuan Arria-Formula Dewan Keamanan PBB (DK PBB) di Markas Besar PBB, New York pada Selasa (12/11/2019).
Pertemuan bertema Challenges to Radicalization in Prisons yang diikuti 15 negara anggota DK dan lebih dari 12 negara anggota PBB lainnya tersebut merupakan kerja sama Indonesia, Belgia serta United Nations Office on Drugs and Crimes (UNODC).
Para peserta pertemuan menyampaikan pandangan dan pengalaman dalam upaya menangani napi teroris, deradikalisasi di lembaga pemasyarakatan, serta rehabilitasi dan reintegrasi napi dalam masyarakat.
Dian menjelaskan, pertemuan Arria-Formula DK PBB kali ini bertujuan membahas pengelolaan risiko terhadap napi teroris.
Cara Indonesia kelola napi teroris
Pada pertemuan ini Direktur Jenderal Pemasyarakatan (PAS), Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI, Sri Puguh Budi Utami menjadi pembicara utama.
“Indonesia menerapkan berbagai pendekatan dalam pengelolaan napi teroris di lembaga pemasyarakatan melalui kerja sama dengan berbagai pihak,” ujar Utami.
Ia melanjutkan, semua pihak, mulai dari pemuka agama, penyintas serangan bom, bahkan mantan napi teroris juga dilibatkan dalam proses deradikalisasi.
“Ada pula program pelatihan life management dan kewirausahaan bagi napi teroris.”
“Tujuannya untuk menggali potensi mereka sehingga dapat berintegrasi kembali di masyarakat suatu saat nanti,” imbuh Dirjen PAS.
Menurut dia, Indonesia berkomitmen terus memperbaiki pengelolaan napi terorisme, baik melalui infrastruktur gedung, hingga sarana pengamanan, serta dukungan teknologi dan informasi.
“Hubungan positif antara para petugas, pamong, dan napi juga sangat penting guna memastikan proses rehabilitasi dan reintegrasi napi yang efektif,” imbuh Utami.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)Nusakambangan
Seperti yang Anda tahu, semua pelaku terorisme yang terjadi di Indonesia ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ini merupakan lapas khusus bagi terpidana hukuman berat, termasuk pelaku terorisme.
Contohnya para narapidana teroris dari Rumah Tahanan Negara (Rutan)Mako BrimobDepok atau pelaku bom Bali.
Selain itu, lapas diNusakambangan dinilai paling cocok untuk menampung paranapi teroris. Sebab lingkungannya sangat ketat.
Sama seperti Alcatraz atau pun Guantanamo,Nusakambangansecara tidak langsung dikhususkan bagi napi dengan kejahatan berat.
Baca Juga: Dianggap Punya 1 Ferarri dan 2 Mercedes Benz, KJP dan BPJS Anak Penjual Sepatu Keliling Ini Ditolak
Maka tak heran kalau beberapa sel dilengkapi dengan keamanan super maksimal.
Ada yang dijaga oleh pasukan bersenjata lengkap, sampai sel isolasi untuk napi yang sering berulah.
Tidak ada sinyal seluler. Sebab, Nusakambangan dibuat zero sinyal dan blank spot.
Meskipun begitu, masih ada fasilitas telepon umum bagi napi berkelakuan baik. Mereka bisa menelepon keluarga, namun dengan pengawasan ketat.
Seluruh Nusakambangan juga merupakan daerah steril. Di mana tidak sembarang orang bebas keluar masuk pulau itu.
Mungkinkah ada napi yang bisa kabur lewat laut?
Coba saja. Tapi ingat, pada tahun 2000 lalu, dua kontainer berisi ular kobra dibuang disekitar area Nusakambangan.
Selain dikelilingi laut, hewan buas juga tersebar di pulau ini.
Terakhir, di sini ada sebuah tempat bernama Lembah Nirbaya yang mungkin menjadi momok para napi.
Bagaimana tidak, lembah tersebut menjadi tempat dilangsungkannya eksekusi mati.
Lembah Nirbaya menjadi tempat terakhir bagi terpidana mati dan tidak mungkin ada kesempatan bagi mereka untuk meloloskan diri. (Anggara Wikan Prasetya)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Dunia Internasional Puji Cara Indonesia Perlakukan Napi Teroris")