Advertorial

Kisah Tragis Para Petani Pribumi, Setiap 72 Jam Sekali Dibantai oleh Geng Narkoba Meksiko demi Kendalikan Pasar Narkoba

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Mulai dari pembantaian penduduk dan perampasan tanah, hingga aksi brutal pembunuhan aparat polisi karena berani menangkap putra raja narkoba.
Mulai dari pembantaian penduduk dan perampasan tanah, hingga aksi brutal pembunuhan aparat polisi karena berani menangkap putra raja narkoba.

Intisari-online.com - Kebrutalan kartel narkoba Meksiko memang tidak diragukan lagi.

Selama 1 tahun ini kabar mengenai kekejian mereka menghiasi berita internasional.

Mulai dari pembantaian penduduk dan perampasan tanah, hingga aksi brutal pembunuhan aparat polisi karena berani menangkap putra raja narkoba.

Kini, yang terbaru adalah Kartel Narkoba Meksiko El Chapo melakukan pemusnahan masal pada petani pribumi setiap 72 jam sekali.

Baca Juga: Ibunya Memasak Sambil Video Call, Balita Ini Terguyur 9 Liter Air Panas hingga Alami Syok Toksik

Menurut Dailystar pada Sabtu (9/11/2019), kartel Narkoba El Chapo telah menjadi pengedar narkoba yang dominan, sedangkan Kolombia adalah produsen kokain terbesar.

Sebelumnya mereka melakukan perjanjian tahun 2016, antara pemerintah Kolombia dan Revolusioner FARC negara itu yang merupakan pemain besar dalam perdagangan narkoba.

Namun, kini kertel Narkoba Meksiko berusaha menguasai pasar dengan melakukan pembantaian pada petani pribumi setiap 72 jam.

Ada 120 kematian penduduk asli dalam 14 bulan terakhir, menurut Organisasi Masyarakat Adat Nasional Komombia (ONIC).

Arsenio Vascues, seorang pemimpin adat dari negara Cauca, telah berbicara tentang peran Kartel Sinaloa El Chapo.

Baca Juga: Bukti Selalu Ada Hikmah di Balik Musibah, Warga yang Terkena Banjir Ini Tiba-tiba Mendadak Kaya

Cauca adalah negara bagian yang menumbuhkan sebagian besar koka di Kolombia bahan baku kokain.

Dia berkata, "Kartel Sinaloa, yang telah mengambil keuntungan dari kekosongan ini yang disebabkan oleh tidak adanya gerilyawan FARC, untuk mengambil kendali di daerah-daerah ini."

"Ini telah membuat mereka mengambil kendali dan mendominasi zona di mana ada produksi ilegal," tambahnya.

Bulan lalu pemimpin adat Kolombia bernama Tobio Canas Velasco terbunuh di rumahnya di Cauca.

Dewan Masyarakat Adat Cauca (CRIC) mengatakan dia berada di rumahnya bersama teman-teman ketika penyerang berkerudung datang dan menembaknya hingga mati.

Itu terjadi setelah CRIC menerima pesan dari Kartel Sinaloa yang mengancam mereka dengan mengatakan bahwa mereka akan memulai pembersihan di Cauca.

Baca Juga: Bukti Selalu Ada Hikmah di Balik Musibah, Warga yang Terkena Banjir Ini Tiba-tiba Mendadak Kaya

Pekan lalu gubernur adat Cristina Bautista terbunuh bersama dengan empat penjaga komunitas sukarelawan.

Mereka terbunuh ketika mereka berusaha menghentikan penculikan.

Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kolombia telah mendesak pemerintah untuk melindungi komunitas adat dari serangan.

Sebuah pernyataan mengatakan, "Alih-alih upaya yang dilakukan oleh daerah, ada lebih banyak serangan terhadap penduduk asli di Cauca."

Meskipun pimpinan El Chapo menjalani hukuman seumur hidup di penjara keamanan AS, justru ketidakhadirannya membuat pertempuran antara kartel di Meksiko lebih kuat dari sebelumnya.

Kartel Sinaloa tetap menjadi salah satu yang paling dominan dan telah berusaha untuk memperkuat kontrolnya di Kolombia.

Negara Amerika Selatan itu telah menderita setengah abad perang gerilya dengan FARC, kelompok paramiliter, agen korup yang terkait dengan pemerintah yang menyebabkan kekerasan dan pengedar narkoba.

Baca Juga: Wahai Para Pria Bila Ingin Terlihat Lebih Tinggi, Perhatikan 5 Cara Pilih Pakaian Ini, Salah Satunya Pilih Baju yang Ramping

Artikel Terkait