Advertorial
Intisari-Online.com -Urusan cinta, nampaknya memang sepele. Tapi, harap diingat, tak jarang orang bisa bertindak sadis dan kejam karena persoalan ini.
LS alias So Lian (27), termasuk salah seorang di antaranya.
Tak sabar karena pasangan 'kumpul kebo'-nya, Suhendro (40), melulu hanya berjanji hendak menikahinya, wanita ini kalap dan memilih melakukan hal keji pada laki-laki tersebut.
Peristiwanya, seperti didakwakan Jaksa Kusnadi Muchlis SH di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, terjadi Kamis malam, 14 Januari (Jum'at subuh 15 Januari, red.) lalu, sekitar pukul 04. 30 WIB di Jalan Kesejahteraan No. 28, Kelurahan Keagungan, Jakarta Barat.
'Hanya' menganiaya
LS membantah habis-habisan kalau ia dengan sengaja merencanakan hendak membunuh Suhendro.
"Nggak ada niat saya untuk membunuh Suhendro. Saya hanya ingin memberi pelajaran padanya. Dia hanya janji melulu mau menikahi saya dengan resmi. Kenyataannya mana? Padahal, kita sudah hidup bersama hampir tiga tahun ini," tangkis LS.
Dengan sengit, ia malah mengatakan, sangat cinta pada Suhendro.
"Jadi mana mungkin saya ingin membunuhnya. Memang benar saya menyuruh orang lain. Tapi sekadar dianiya saja," tambahnya.
Ya, yang melaksanakan aksi keji tersebut memang bukan LS.Dia menggunakan tangan Si, bersama dua orang lainnya, An dan Aw sebagai 'senajtanya'.
Tapi LS dianggap sebagai otak semua itu.
Di pengadilan, didampingi penasehat hukumnya di kamar tahanan, LS menyebutkan, "Waktu itu saya hanya menyuruh Si memasang susuk pada Hendro. Eh tahunya malah ngerampok."
Karena itu pula, dalam eksepsi penasehat hukumnya, J. Mochtar SH pada persidangan kedua perkara ini di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (2/5) pekan lalu, menolak semua dakwaan jaksa terhadap LS.
"Polisi memaksa LS mengakui perbuatannya sebagaimana tersebut dalam BAP," tangkis Mochtar.
Sedangkan menurut LS, malam ketika peristiwa itu terjadi, ia memang tidur di lantai di bawah tempat tidur Suhendro.
Lantas ada orang menggedor pintu, bahkan hendak membukanya dengan paksa.
Mendengar itu, LS terbangun dan membuka pintu ingin tahu siapa yang menggedor.
"Ternyata Si dan kawan-kawan. Saat itu langsung perhiasan saya dipereteli dan disuruh diam sambil tengkurap, sementara mereka menganiaya Hendro," jelas LS.
Merampok tapi...
Pada mulanya, peristiwa itu memang diduga keras sebagai perampokan biasa.
Dan ini memang masuk akal, mengingat Suhendro adalah pedagang tekstil, pemilik kios "Sahabat Jaya" di pasar Tanah Abang.
Tapi pihak berwajib rupanya curiga. Karena, ketika peristiwa itu terjadi, LS sama sekali tidak menjerit.
"Waktu saya tanya, dia bilang takut," kata Ketua RT di daerah Suhendro kos.
Seorang kerabat Suhendro juga tak percaya kalau peristiwa itu sematamataperampokan.
"Bukan perampokan. Memang ada barang yang hilang, tapi harganya tidak seberapa," kata kerabat Suhendro itu.
Menurut orang ini, ketiga orang itu memang mau membunuh Suhendro atas suruhan LS. Malah, tambahnya lagi, LS pernah mengancam Suhendro.
"Kalau Suhendro tak mau menikahi LS, jarinya akan dipotong!" Suhendro sendiri, adalah laki-laki beranak tiga. Istri dan anak-anaknya tinggal di Bandung.
Suhendro memang sudah lama berpisah dengan istrinya. Tapi, "Kami belum bercerai," tukas Suhendro, sambil menyatakan keinginan untuk berkumpul kembali dengan anak dan istrinya.
Perihal hubungannya dengan LS, menurut Suhendro sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun. Dan, meski tak membantah soal hubungan intimnya dengan wanita itu, Suhendro mengaku, tak mengenal Leni secara mendalam.
"Saya hanya tahu ia berasal dari Bogor. Dengan keluarganya pun saya belum pernah jumpa," katanya.
Sedang perihal janjinya hendak menikahi LS, laki-laki ini tak mau berkomentar apa-apa. Yang jelas, katanya, LS memang pernah mengecewakan dirinya.
"Dia pernah terlibat pencurian Juni tahun lalu," kata Suhendro perihal kekecewaan itu. Pencurian tersebut, menurut tetangga, berlangsung di kios Suhendro di Pasar Tanah Abang.
"Waktu itu saya sudah memaafkan, karena LS sudah minta ampun tak akan mengulangi perbuatan buruknya. Tapi sekarang tak ada ampun lagi," Suhendro menambahkan.
Kesal
Seperti pengakuan LS sebelumnya, semuanya bermula dan kekesalan LS terhadap Suhendro yang tak juga menepati janjinya, menikahi LS secara resmi, setelah keduanya cukup lama hidup bersama.
Untuk itu, 27 Desember 1987, LS pun mendatangi Ny. An. Sanibil menceritakan maksudnya, LS menyatakan ingin ketemu Si.
Tapi yang terakhir ini rupanya berada di Mauk, Tangerang. Maka, hari itu juga, keduanya berangkat ke Tangerang. Rupanya yang hendak ditemui tak ada di tempat.
Baru ketika mereka datang untuk keduanya, 30 Desember 1987, dapat bertemu Si.
Setelah saling mengenal, LS lantas mengutarakan niatnya. Dan sebelum pulang, LS memberikan uang Rp 30 ribu.
"Untuk uang rokok," kata LS. Tanggal 4 Januari, LS datang lagi bersama Ny. An.
Kali ini, LS menjanjikan akan memberi uang Rp 1 juta jika Si telah berhasil menjalankan tugas. Si menyetujui, dan menyebutkan pelaksanaan rencana hari Minggu tanggal 10 Januari 1988.
LS lalu memberikan uang Rp 350 ribu sebagai panjar. Tapi ternyata Si tak melaksanakan janjinya tanggal 10 Januari itu.
Ditemani Ny. An, LS datang lagi menemui Si, sambil marah-marah dan menuduh Si pembohong.
Si menangkis tuduhan LS, dengan alasan tak punya uang untuk ongkos.
Ketika itu, kembali LS memberi uang. Kali ini sebanyak Rp 150 ribu.
Si pun menyebutkan rencana akan dilaksanakan tanggal 14 Januari. Tanggal 13 Januari, Si berangkat dari Mauk menuju Angke, bertemu dengan An dan Aw. Ketiganya lalu menyiapkan peralatan untuk melaksanakan rencana.
Kemudian, sekitar pukul 04.00 WIB subuh (14 Januari 1988), dengan menumpang bajaj ketiganya menuju Jalan Kesejahteraan No. 28 di Jakarta Barat, tempat LS dan Suhendro kos.
Mengetahui Si dan kawan-kawan telah datang, LS terlebih dulu menemui, lalu berpesan agar setelah melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Suhendro, Si dan kawankawan mengambil barang milik LS sendiri, sehingga menimbulkan kesan telah terjadi perampokan.
Si setuju. LS kembali masuk ke dalam kamar Suhendro, lantas tidur di lantai. Suhendro sendiri, ketika itu sudah tidur pulas.
Selamat
Si dan kawan-kawan pun masuk. Tanpa menunggu lebih lama lagi, operasi dilaksanakan.
Suhendro sempat terbangun saat bacokan pertama mengenai tubuhnya. Tapi ia tak berdaya,' karena pada kesempatan benkutnya, bacokan datang bertubitubi.
Kurang lebih empat puluh bacokan bersarang di tubuh Suhendro, sebelum Si dan kawan kabur seraya membawa barang-barang milik LS.
Melihat Suhendro belum juga mati, LS kembali mendatangi ketiga orang itu, yang sudah siap kabur lagi dengan baja) dan mengatakan bahwa Suhendro belum mati.
Tapi Si dan kawan-kawan malah mengatakan, "biar saja, nanti juga mati sendiri," lantas pergi.
Ternyata memang benar Suhendro tidak mati. Ia hanya pingsan. Kurang lebih satu jam kemudian, laki-laki ini sadar, lalu minta pertolongan pada teman sekosnya.
Suhendro dibawa ke RS Husada. Nyawa Suhendro berhasil diselamatkan. Dua minggu ia berada di rumah sakit itu.
Tapi, akibat bacokan Si dan kawan-kawan, jari manis tangan kanannya putus. Demikian juga dengan kelingking di tangan kirinya. Sementara matanya rusak.
Mana yang benar?
Mana di antara keterangan LS yang benar, yang diberikan ketika perkara ini telah disidangkan atau keterangan sebelumnya, memang tak bisa dipastikan sekarang.
Namun yang jelas, LS menyatakan, betapa ia sangat menyesal atas kejadian itu.
"Tolong sampaikan pada Suhendro, saya menyesal sekali. Kalau diberi kesempatan, saya ingin balik padanya. Saya masih mencintai Suhendro. Sungguh!" tuturnya.
Tapi Suhendro menyatakan tak lagi menyukai wanita itu.
"Kalau saya kembali padanya, sama dengan bunuh diri," tukasnya.
Sayangnya, sampai artikel ini diturunakn, belum ditemukan berita lebih lanjut mengenai kasus ini.
Artikel ini sudah tayang di Tabloid Nova edisi 15 Mei 1988 dengan judul Ingin Kembali Setelah Menganiaya.