Advertorial
Intisari-Online.com -Fenomena perselingkuhan yang sering terjadi dalam rumah tangga rupanya dapat dijelaskan dalam kajian sains.
Ada beberapa alasan yang membuat seseorang memutuskan menyelingkuhi pasangan.
Mulai dari gangguan kepribadian, trauma masa kecil, pengaruh media sosial, dan kontrol diri yang buruk. Sementara itu, alasan paling umum kenapa pasangan menikah selingkuh ialah frustasi dalam pernikahan dan tidak puas dalam rumah tangganya.
Dilansir Fatherly, (23/6/2019), alasan seseorang selingkuh bukan karena pasangannya. Dalam beberapa kasus, seseorang yang diselingkuhi sangat mencintai pasangannya dan begitu juga dengan orang yang selingkuh.
Alasan rumit perselingkuhan
Menurut penelitian, orang-orang selingkuh karena alasan yang rumit. Berikut adalah beberapa alasan rumit yang dimaksud pakar:
1. Selingkuh bukan berarti tidak bahagia
Biasanya, seseorang yang selingkuh dari pasangannya sering dikaitkan dengan rasa tidak bahagia bersama pasangannya itu.
Namun, ternyata para ahli mengatakan, dari pengalaman klinis menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang berselingkuh sebenarnya sedang mencoba melarikan diri dari sesuatu yang lain (masalah) atau justru sedang memulai perjalanan menemukan jati dirinya yang hilang.
"Untuk mereka yang dalam pencarian ini, perselingkuhan cenderung menjadi gejala dari masalahnya, yang kemudian sangat mungkin menjadi luas dan melibatkan pertumbuhan, eksplorasi, dan tranformasi dari gejala itu," kata psikoterapis Esther Perel di The Atlantic.
Diumpamakan oleh para peneliti, perselingkuhan seperti efek lampu jalan.
Di mana seorang pria mabuk mencari kuncinya yang hilang, tetapi dia mencari bukan di tempat di mana ia menjatuhkan kunci itu, melainkan di tempat yang terkena cahaya (efek lampu hijau) di jalan.
Baca Juga: Raul Lemos 'Curcol' Soal Perselingkuhan: Menurut Psikolog, Ini 5 Alasan Kenapa Orang Berselingkuh
"Masalahnya adalah bahwa tidak seperti orang mabuk yang pencariannya sia-sia, kita selalu dapat menemukan masalah baru dalam pernikahan," jelasnya.
Arti dari perumpamaan ini adalah kunci yang hilang ibarat jati diri, yang di cari di tempat orang lain dengan melakukan perselingkuhan. Bukannya menemukan jati diri, kebanyakan perselingkuhan mendatangkan masalah lain.
2. Perselingkuhan tak ada hubungannya dengan penampilan atau kepribadian
Menurut survei yang dilakukan Victoria Milan, sebuah situs web untuk orang-orang yang ingin selingkuh, ternyata mayoritas pria dan wanita yang berselingkuh melaporkan bahwa pasangannya mereka lebih menarik daripada orang yang mereka ajak selingkuh.
Hal itu disimpulkan setelah menanyakan kepada lebih dari 4.000 pengguna tentang perincian perselingkuhan yang mereka lakukan.
Hasil survei itu juga menunjukkan bahwa banyak pria berpikir pasangan asli mereka juga lebih unggul dalam hal lainnya, hanya 25 persen pria yang mengatakan wanita simpanan mereka juga lebih menarik.
3. Selingkuh itu tentang peluang (kesempatan)
Dalam sebuah survei anonim yang ditugaskan oleh MSNBC mengungkapkan bahwa tidak ada tingkatan atau presentasi yang jelas dari sebuah perselingkuhan terjadi.
Semua bisa terjadi terhadap pasangan yang lebih tua dan lebih muda, pasangan yang sudah menikah dan belum menikah, dan pasangan dengan dan tanpa anak, semuanya memiliki tingkat perselingkuhan yang sebanding.
Namun, dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa sebagian besar perselingkuhan itu terjadi karena, mereka dihadapkan dengan godaan untuk berselingkuh.
Pada penelitian lainnya yang diterbitkan dalam The Journal of Sex Research, yang melibatkan 423 orang, penelitian menemukan bahwa pria dan wanita sering berselingkuh karena alasan oportunistik.
Dengan kondisi pemikiran, satu sisi "orang-orang memukul saya," dan "orang lain benar-benar ada untuk saya".
Hal inilah yang kemudian terjadi dan memicu orang tersebut memilih melewati batas, dan lebih mengambil kesempatan untuk berada di tempat yang baik untuk dirinya.
4. Sifat alamiah sejak anak-anak
Ada bukti bahwa ketika salah satu pasangan dalam suatu hubungan menunjukkan gaya keterikatan yang cemas dan dicirikan oleh rasa takut akan penolakan atau pengabaian, mereka lebih cenderung untuk berselingkuh.
Hal itu sesuai dalam konteks Teori Lampiran (Attachment Theory), dan beberapa penelitian lainnya juga telah mengkonfirmasi bahwa gaya keterikatan individu yang terbentuk pada masa bayi dan anak usia dini dapat memiliki dampak yang bertahan lama pada hubungan romantis.
Seperti yang dikatakan oleh seorang peneliti tentang perselingkuhan ini, bahwa hal itu merupakan proses yang sebagian besar terjadi secara spontan dan tanpa usaha, dan mereka mungkin telah dibentuk oleh faktor biologis atau pengalaman anak usia dini.
Bisakah perselingkuhan dicegah?
Tidak banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah pasangan Anda selingkuh, menurut ahli.
Strategi seperti membatasi perilaku kasar atau mengendalikan perilaku pasangan, mengisolasi dia dari orang lain, memata-matai, menguntit, mengancam perselingkuhan, manipulasi emosional, merendahkan pasangan dan mengancam, tidak akan membuat rumah tangga utuh.
Sebuah rumah tangga akan berhasil bila menekankan cinta dan kepedulian terhadap pasangan, menjadi pasangan yang baik, menjaga penampilan fisik dan juga perilaku yang dapat membuat pasangan bahagia dan sehat, terlepas dari ancaman perselingkuhan itu.
Hal yang sederhana namun itulah cara terbaik untuk mencegah perselingkuhan. Adalah dengan melakukan apa yang akan dilakukan pasangan sehat lainnya
(Ellyvon Pranita)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orang Selingkuh Bukan karena Pasangannya, Begini Penjelasan Sains"