Advertorial
Intisari-Online.com – Kalau ada wanita yang paling bahagia saat-saat ini, Stela Thia lah orangnya. Bebasnya sang suami, Johny Indo, membuatnya terbang ke langit ke tujuh.
Meski mulanya ia ragu, "Mimpikah saya? Benarkah Johny bebas 100 persen?"
Sembilan tahun Johny dipenjara. Selama itu pula Stela banting tulang: jadi bar tender, dagang baju juga tukang gunting rambut.
Di samping bolak-balik ke Menkeh Ismail Saleh, menanyakan status suami tercinta.
Baca Juga: Kedai Kopi Johny Ini Jadi Langganan Hotman Paris Hingga Ketua MPR. Apa Istimewanya?
Kisah bebasnya Johny Indo yang disambut bahagia oleh keluarga ini pernah dimuat di Tabloid NOVA dengan judul tulisan asli Setelah Johny Bebas Rasanya Seperti Mimpi, yang dimuat di edisi Maret 1988.
Ibarat murid sekolah, kalau rapornya "kebakaran", berarti tak naik kelas. Tapi kalau merahnya satu dua, pasti bisa pindah ke kelas berikutnya.
Itulah Johny Indo (39) yang akhir Februari 1988 bebas bersyarat setelah 8 tahun 11 bulan mendekam di LP Nusakambangan, ditambah sebulan di LP Tangerang.
Baca Juga: Kisah Pohon Asam, Tempat Johny 'Berlatih' Memanjat yang Dulu Jadi 'Penyelamat' Warga yang Kelaparan
"Rasahya seperti mimpi. Ya, mimpi," kata Stela dengan mata berbinar.
Rasa bahagia terpancar jelas di wajah wanita bertubuh kecil yang telah mendampingi Johny selama 23 tahun.
Kegembiraan ibu lima anak dan nenek dua cucu ini memang tak bisa disembunyikan, meski ia berusaha tampil setenang mungkin.
Dan hari-hari setelah Johny bebas, jadi hari-hari manis mereka berdua.
"Saya selalu menemani ke mana pun Bang Johny mau pergi. Ke Pasar Senen, Pasar Baru, pokoknya saya ikuti saja kehendaknya. Tapi ada kalanya ia ingin pergi sendiri, tak mengajak saya. Biarlah, mungkin sesekali ia ingin jalan sendirian," lanjutnya.
Hamil
Stela memang amat mewakili gambaran wanita bijak, istri penuh pengertian dan tetap tabah mendampingi suami dalam suka dan duka.
Sembilan tahun ia ditinggal sendiri, harus berperan ganda sebagai ibu sekaligus kepala keluarga.
Menghidupi lima anaknya yang kala itu masih amat bergantung padanya.
Bahkan ketika Johny harus masuk tahanan divonis 14 tahun penjara karena terlibat peristiwa perampokan toko emas tahun 1979, Stella tengah hamil besar 8 bulan.
"Di rumah bersalin pun ditunggui petugas keamanan. Bang Johny tak bisa hadir waktu Daniel (anak bungsu mereka, red) lahir. Baru setelah Daniel berusia 40 hari, saya membawa Daniel menemui Johny di tahanan di Polda," kisah Stella.
Dan mulailah hari-hari suram wanita tamatan SMP ini. Ia pun melakukan apa saja demi kelangsungan hidup ia dan anak-anaknya.
"Saya pernah bekerja membantu mengepelkan rumah tetangga. Juga sebagai bar tender di pub, restoran atau bar. Semua itu saya lakukan karena terpaksa. Soalnya kalau saya tak kerja, mau makan apa?" katanya.
Menjualkan baju dan memotongkan rambut orang juga dikerjakan Stella.
Bantuan keuangan memang pernah diterimanya dari gereja, yayasan, tetangga, teman sampai bintang film.
“Tapi saya kan nggak bisa terusterusan menunggu uluran tangan pihak luar."
Bekerja sebagai bar tender memang tak luput dari berbagai godaan. Pernah ketika ia kerja di sebuah bar, Stella yang sangat ahli meramu macam-macam minuman ini pernah dijanjikan dibelikan mobil dan rumah mewah oleh seorang tamu.
Baca Juga: Penting! Jangan Sampai Pajak STNK Mati, Siap-siap Dipenjara atau Denda Setengah Juta Rupiah!
"Syaratnya, saya harus meninggalkan suami," tutur Stella. Tentu saja Stella menolak.
"Meski gaji saya kecil, tapi halal. Yang penting, saya bisa selalu kumpul dengan anak-anak, meski harus kerja keras sekali."
Dari kerja kerasnya, ia bisa memperoleh Rp 50-Rp 150 ribu per bulan. Dengan uang itu Stella membiayai makan dan sekolah lima anaknya.
“Tapi sekecil apa pun uang yang saya dapat, selalu saya sisihkan untuk ongkos menengok Bang Johny," kenangnya.
Pekerjaan bar tender telah ditinggalkannya 9 bulan lalu, "Anak-anak yang menyuruh. Mereka bilang, saya sudah tua," katanya.
Figuran
"Saya salut sekali pada Stella. Dia istri yang amat tabah. Selama saya ditahan, dialah tulang punggung keluarga. Dan meskipun kerja sebagai bar tender, tak pernah saya dengar gunjingan tentang Stella," kata Johny.
Johny, lengkapnya Yohanes Hubertus Eijkenboom, dan Stella sudah saling mengenal sejak kecil.
Mereka bertetangga juga duduk di sekolah yang sama, SD Darma Bhakti di Mangga Dua, Jakarta Barat.
"Kami pacaran sejak kelas VI SD. Lalu lulus SMP menikah," kisah Stella.
Nama Johny Indo diperolehnya ketika ia menginjak usia remaja.
Waktu itu ia tinggal di daerah yang banyak orang indonya. Untuk membedakan Johny yang satu dengan lainnya, maka anak tunggal pasangan alm Matheo Lonardos Eijkenboom dan Sofia Jana (62) ini diberi embel-embel Indo.
Usai menamatkan SMA, Johny pernah kursus modelling. Hingga pernah menjadi bintang iklan dan foto model.
Bersama rekan-rekannya ia pernah mengusahakan bioskop layar tancap. Tapi ditutup karena tak punya izin.
Lalu jadi petani bawang merah di Brebes (Jateng). Juga gagal.
Tahun 1972-1977, ia bekerja di salah satu penerbangan domestik di bagian catering.
Setelah menganggur, Johny mulai terjun ke layar perak. Sembilan judul film pernah dibintanginya (sebagai figuran). Antara lain, Pahitnya Cinta, Manisnya Dosa.
Ia pernah main sebagai pemeran utama dalam Kisah Nyata Seorang Narapidana (1987), produksi Tobali Film.
Film itu mengisahkan dirinya sendiri, yaitu ketika Johny melarikan diri dari LP Nusakambangan tahun 1982.
"Waktu itu saya emosi. Saya merasa tak puas dengan hukuman selama 14 tahun. Tapi sudahlah. Yang penting sekarang saya sudah berkumpul lagi dengan keluarga," ujarnya sambil menahan tetesan air mata.
Cerah
Sembilan tahun di penjara memang banyak merubah Johny. Selama itu pula ia amat merasakan kehilangan kehangatan keluarganya. Termasuk istrinya.
Mula-mula menghuni penjara, godaan bilogis sering muncul, "Tapi setelah memperdalam ajaran agama, saya bisa mengatasi hal itu," tutur Johny.
Baca Juga: Di Dalam Penjara Suriah, Ketika Ribuan Tahanan Pejuang ISIS Merasa Tak Bersalah dan Layak Diadili
Kini Johny, Stella, anak dan cucunya memasuki kehidupan baru. Memulai segala sesuatunya dari mula lagi.
Ketika dibebaskan beberapa hari lalu, pihak Tobali Film memberinya Rp 2,5 juta. Uang itu, menurut Stella, belum jelas akan digunakan untuk apa.
"Saat ini kami banyak kebutuhan. Meski telah bebas, Johny harus mengurus surat-surat," kata Stella.
"Mungkin mau dipakai untuk menambah modal usaha patungan bersama adik Stella di daerah Tanjung Priok," kata Johny.
Gunawan Prihatna, dari Tobali Film, sudah mengontrak Johny untuk main dalam Brama Manggala Satria Mandra Guna.
"Karena Johny sudah bebas, saya ingin memberinya kesibukan. Memang bukan peran utama," kata direktur perusahaan film ini.
Tawaran kerja langsung berdatangan. Lima produser film sudah siap menerkamnya. Juga Musica Studio telah menawari rekaman lagu-lagu rohani dengan aransemen musik karya Minggus Tahitu.
Yang pasti, Johny siap berangkat ke Yogyakarta untuk pengambilan film Brama Manggala Satria Mandra Guna.
Dunia cerah kini terbentang. (Yan Louhenapessy)