"Ini enggak akan efektif, kalau mau bikin ruang terbuka hijau lebih banyak, bikin lapangan bola, lapangan bermain, pasti nanti anak anak bisa main sama anak-anak lain. Intinya anak harus sosialisasi dan bermain di luar. Jangan sampai anak pulang sekolah main gadget di kamar," kata Yowel saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (22/10/2019).
Selain itu, Yowel mempertanyakan anak ayam yang akan dibagikan kepada siswa SD tersebut nantinya akan dibesarkan sebagai hewan peliharaan atau sebagai komoditi. Sebab, dalam pernyataannya, Oded mengatakan bahwa Pemkot Bandung akan membeli kembali ayam-ayam tersebut setelah cukup usia untuk dijual.
"Jadi pertanyaannya, anak ayam ini mau jadi hewan ternak atau jadi peliharaan. Kita akan jadikan ini bahan pembahasan di komisi D, apakah jadi solusi tepat atau tidak," tuturnya.
Jika memang niatnya untuk mengalihkan kecanduan gawai, Yowel mengatakan hal yang lebih penting adalah membuat sebuah gerakan yang bisa memberikan pembelajaran kepada orangtua agar anak tidak terlalu mudah diberikan gawai serta membuat anak lebih memanfaatkan gadget untuk memudahkan kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Ini Dia Manfaat Gula Merah dan Asam Jawa untuk Kesehatan, Salah Satunya Atasi Nyeri Haid
"Solusi yang tepat adalah mengarahkan orangtua. Yang dieperbaiki adalah masalah parenting. Bagaimana orangtua bisa menjaga anak-anaknya agar tidak bertemu dengan gadget sebelum waktunya dan bisa ngobrol dengan anaknya," ucapnya.
Rencana bagi-bagi anak ayam untuk siswa SD yang disuarakan Oded juga mendapat kritik keras dari komunitas Gerakan Anti Kekerasan Hewan Domestik Indonesia (GAKHDI).
Salah satu anggota GAKHDI, Vivi Silvia mengatakan, pihaknya justru khawatir anak-anak ayam yang dibagikan malah ditelantarkan atau bahkan mendapat penyiksaan akibat belum matangnya anak-anak dalam memelihara hewan, khususnya ayam.
"Apakah anak kecil sudah sanggup mengurus anak ayam dengan benar dan mereka bisa dipastikan tidak menganggapnya seperti boneka. Apakah orangtua juga akan care pada ayam tersebut. Kalau memelihara sebagai 'pet' harus komitmen seumur hidup. Dirawat ketika sakit, makannya rutin dan lain lain," ucapnya.
Vivi menambahkan, meski sebelumnya sudah diberikan pengetahuan awal kepada anak-anak, Vivi mengatakan orangtua juga perlu diberikan pengetahuan memeliharan anak ayam.
"Pelatihan jangan hanya anak, tapi orangtua juga. Orangtua mau enggak ngurusin ayam itu kalau anaknya malas. Jangan sampai ujung-ujungnya karena malas ngurus malah dibuang," bebernya.
Jika memang ayam yang dipelihara anak-anak nantinya akan dibeli kembali oleh Pemkot Bandung, Vivi mengatakan hal tersebut seharusnya diberikan kepada golongan yang tepat.
"Ide itu bagus, jika diberikan pada yang mampu memelihara ayam. Kenyataannya kita memang kekurangan petani dan peternak ayam. Tapi kan tidak semua orang telaten dan rajin memelihara ayam," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cegah Anak Kecanduan Gawai, Wali Kota Bandung Siapkan Program Bagi-bagi Ayam , Dikritik, Wacana Oded Cegah Candu Gawai pada Anak dengan Pelihara Ayam
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Nieko Octavi Septiana |
KOMENTAR