Advertorial
Intisari-Online.com - Penyanyi Ashanty Siddik baru-baru ini mengungkapkan dirinya mengidap penyakit autoimun di media sosial.
Di akun Instagram, Ashanty menulis, “Diagnosa awal kaget banget, aku kena ‘auto immune', sesuatu yg ngga pernah saya bayangkan, denger nya aja serem.. googling aja tadi ngeri2 banget..”
Namun Ashanty menuturkan, dokter yang menanganinya menjelaskan bahwa dirinya bisa sembuh dengan terapi.
Penyakit autoimun sendiri merupakan kondisi ketika sistem imun gagal menjalankan fungsi normalnya.
Baca Juga: Kemarin Raditya Dika, Kini Ashanty, Mengapa Pasien Autoimun Semakin Banyak? Ini Jawaban Dokter
Dr. Sandra Sinthya Langow SpPD-KR dari Siloam Hospital Lippo Karawaci menuturkan, penyakit autoimun juga dapat dihalau dengan vitamin D jika dideteksi sejak dini.
Ia menjelaskan, vitamin D punya peran penting dalam sistem imun kita.
Vitamin D merupakan vitamin yang dapat diproduksi dalam tubuh manusia.
Cukup dengan bantuan sinar matahari, hati, dan ginjal, kulit manusia secara biokimiawi memproduksi vitamin D yang aktif.
Vitamin D terikat pada reseptor vitamin D (VDR) untuk siap untuk menjalankan fungsinya. Reseptor vitamin D juga hadir pada sel-sel imun kita.
Keberadaan vitamin D membantu sistem imun innate seperti kelenjar air mata, dan kelenjar air ludah pada reaksi awal untuk melawan infeksi virus, bakteri, dan protozoa.
Baca Juga: Kadar Vitamin D Dalam Tubuh Wajib Ditinggikan, Alasannya Bisa Usir Kanker
Vitamin D juga bekerja pada sistem imun adaptif atau spesifik, misalnya sel B dan sel T yang mampu melawan sel kanker.
“Kita tahu, autoimun adalah kondisi saat sistem imun mengalami kegagalan menjalankan fungsi normalnya, sehingga menyerang tubuh manusia normal dan menimbulkan penyakit."
"Keberadaan vitamin D pada pasien autoimun dapat menghambat aktivitas dan proliferasi sel Th1 dan Th17, penyebab inflamasi dan penyakit autoimun,” terang dr. Sandra.
Vitamin D dalam tubuh juga menurunkan produksi sitokin yang menyebabkan inflamasi.
Di samping itu, vitamin D meningkatkan produksi imunoglobulin atau antibodi untuk melawan bakteri dan virus.
Karena itu, kekurangan vitamin D diduga mengganggu sistem imun kita.
Akan tetapi kondisi ini berlangsung dua arah.
Contoh, pada pasien lupus, penyakit autoimun yang ditandai dengan bercak merah di wajah.
Lupus bisa menyebabkan kadar vitamin D rendah.
Karena kulit pasien lupus sensitif, ia diminta untuk mengurangi paparan sinar matahari.
Paparan matahari juga bisa mencetuskan flare (kumat), padahal sinar matahari sumber vitamin D yang sangat baik.
Baca Juga: Waspadalah! 5 Tanda Ini Menunjukkan Tubuh Kekurangan Vitamin D, Salah Satunya Keringat Berlebihan
Sementara itu, vitamin D yang rendah diduga mengganggu sistem imun sehingga dapat mencetuskan Lupus.
Namun, proses mana yang terjadi lebih dahulu belum dapat dibuktikan secara ilmiah.
Obat tertentu yang biasa digunakan pasien lupus juga dapat mengganggu metabolisme vitamin D, sehingga terjadi kekurangan.
Obat tersebut misalnya golongan steroid, anti kejang, anti malaria, dan golongan penghambat calsineurin.
Akan tetapi dr. Sandra menuturkan, rheumatolog tetap akan memberikan obat tersebut untuk menjaga kestabilan lupus pasien.
“Solusinya adalah tetap melakukan pemantauan kadar vitamin D secara teratur dan pemberian suplementasi vitamin D,” jelasnya.
Dr. Sandra menambahkan, secara umum kekurangan vitamin D bisa saja tidak bergejala.
Beberapa mengeluh nyeri pada otot dan sendi. Ada juga yang mengeluh ototnya lemah sehingga cepat capek.
“Para ahli saat ini menyepakati kadar vitamin D diatas 30 ng/ml (80nmol/L) dapat mempertahankan kesehatan tulang dan berfungsi baik untuk sistem imun kita,” jelasnya.
Untuk mengetahui kadar vitamin D tubuh, lakukan tes vitamin D per tiga bulan danberikan suplementasi vitamin D untuk mencapai kadar vitamin D yang normal.
(Artikel ini telah tayang di Majalah Intisari dengan judul "Hubungan Vitamin D dan Autoimun")
Baca Juga: Catat, Kekurangan Vitamin D Dapat Sebabkan 4 Penyakit Berbahaya Ini!