Intisari-Online.com - Jika Anda adalah penggemar Hollywood apalagi pecinta genre horor maupun thriller, pasti tak asing dengan beberapa tokoh jahat dalam film-film tersebut.
Beberapa tokoh jahat dalam film-film berwujud badut.
Misalnya saja Pennywise, si badut yang muncul dalam 'It Chapter Two' hingga Joker yang jadi musuh Batman.
Tapi, bagaimana sebuah tokoh yang sering tampil dalam acara ulang tahun anak-anak bisa menjadi simbol sesuatu yang demikian jahat?
Melansir nationalgeographic.grid.id, psikolog Frank T. McAndrew menyoroti fenomena ini dan menuliskan temuannya dalam The Conversation.
Sebuah penelitian di Inggris bahkan menunjukkan bahwa sedikit sekali anak-anak yang suka badut.
Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa menaruh gambar badut di bangsal anak di rumah sakit justru tidak membawa hasil baik.
Tidak heran, banyak orang yang benci Ronald McDonald.
Namun, sebagai psikolog, saya tidak ingin sekadar bilang badut itu menakutkan, tapi saya juga tertarik pada alasan di balik itu.
Pada 2006, saya menerbitkan penelitian berjudul “Sifat-sifat Kengerian” dengan salah satu mahasiswa saya, Sara Koehnke, di jurnal New Ideas in Psychology.
Penelitian ini tidak secara spesifik meneliti sifat menakutkan dari badut, tapi temuan kami dapat membantu menjelaskan penyebabnya.
Barisan badut
Tokoh serupa badut sudah hadir selama ribuan tahun.
Dalam sejarah, tokoh pelawak dan badut menjadi wahana menyampaikan satir dan memperolok orang-orang yang berkuasa.
Tokoh-tokoh ini menjadi saluran yang aman untuk melampiaskan emosi rakyat dan memiliki kebebasan berekspresi yang unik—selama unsur hiburannya lebih besar dari pada kritikan pada penguasa, posisi mereka pun aman.
Pelawak dan tokoh lain untuk mempermalukan orang sudah ada sejak era Mesir kuno.
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR