Advertorial
Intisari-Online.com – Muhammad Basurrah yang merupakan suami dari Dhawiya, anak Elvy Sukaesih, kembali ditangkap polisi.
Menantu Elvy Sukaesih tersebut ditangkap polisi dengan barang bukti bukti narkoba jenis sabu di kawasan Cawang, Cililitan, Jakarta Timur, Sabtu (5/10/2019) pukul 00.30.
Dilansir dari kompas.com, polisi menemukan barang bukti sabu sebanyak tiga plastik klip berisi narkotika yang disimpan di selipan jam tangan sebelah kiri seberat 0,33 gram dan 0,33 gram bruto.
Ini bukanlah kali pertama Basurrah tertangkap polisi karena narkoba.
Baca Juga: Ramai Nonton Film Joker, Ahli Ungkap Film Ini Berbahaya untuk Anak-anak, Ini Alasannya
Sebelumnya, Muhammad Basurrah sudah pernah terjerat kasus narkoba jenis sabut juga.
Saat itu, dia ditangkap bersama istrinya, Dhawiya, kakak lelaki Dhawiya, Syehan, dan iparnya Chauri Gita di rumahnya di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Jumat (16/2/2018) dini hari.
Bagaimana sebenarnya efek sabu pada tubuh?
Dokter Adiksi dariInstitute of Mental Health Addiction and Neuroscience(IMAN) Jakarta, Hari Nugroho, pengguna merasa dapat mengatasi berbagai permasalahan mereka dengan lebih baik jika mengonsumsi sabu.
Pasalnya, sabu atau metafetamin yang berbentuk kristal memang bisa memengaruhi kinerja otak.
Zat ini merangsang pengeluaran dopamine dan memblokir transporter re-uptake antar sel saraf.
Hasilnya, dopamin yang beredar dalam tubuh meningkat hingga ribuan kali di atas batas normal.
Untuk diketahui, dopamin atau hormon bahagia merupakan hormon yang dikeluarkan tubuh saat melakukan hobi, aktivitas seksual, makan dan hal-hal yang menyenangkan lainnya.
Hormon ini juga terlibat dalam sistem penghargaan, motivasi, memori dan atensi.
Pada jangka pendek, sabu membuat penggunanya merasa lebih segar karena sifat stimulan yang dikandungnya.
Aktifitas fisik, tekanan darah, denyut jantung, suhu badan dan kecepatan napasnya meningkat; sedangkan nafsu makannya berkurang.
Namun, pada jangka panjang, sabu bisa menyebabkan dampak serius pada fisik dan mental pemakainya.
Padahal, sabu menyebabkan ketergantungan tinggi karena membuat dopamin meningkat drastis.
Salah satu efek fisik dari sabu, menurut Hari, adalah timbulnya gangguan pada gigi dan gusi yang disebut meth mouth.
Metafetamin juga menganggu fungsi eksekutif pada otak sehingga proses penilaian dan pengambilan keputusan jadi terganggu.
Ini meningkatkan risiko pengguna sabu untuk melakukan hal-hal berbahaya, seperti bergantian menggunakan jarum suntik.
Sabu juga meningkatkan dorongan seksual, yang bila digabungkan dengan gangguan proses penilaian dan pengambilan keputusan di atas, dan menyebabkan penggunanya lebih mungkin untuk melakukan perilaku seksual berisiko sehingga rentan terkena penyakit menular seksual, HIV/AIDS, serta hepatitis B dan C.
Adiksi pada sabu juga menganggu kesehatan mental karena menyebabkan berbagai gejala gangguan jiwa, seperti gangguan tidur, perilaku kekerasan, halusinasi, cemas yang berlebihan hingga paranoia. (Shierine Wangsa Wibawa)