Advertorial
Intisari-Online.com -Demi menyuarakan protes pada pemerintah terkait RKUHP dan Revisi UU KPK, ribuan mahasiswa turun ke jalan melakukan unjuk rasa.
Aksi protes ini juga dilakukan oleh pelajar-pelajar SMA dan STM yang datang berbondong-bondong menggelar demonstrasi.
Untuk meredam aksi unjuk rasa, aparat kepolisian menggunakan semprotan gas air mata.
Meski demonstrasi sudah usai dan suasana terkendali, hingga kini dikabarkan masih terdapat banyak sisa-sisa gas air mata di sekitar wilayah demonstrasi.
Hal ini ramai diberitakan di media sosial Twitter.
"Guys yang lewat Senayan, Palmerah, hati-hati ya. Sisaan gas air mata masih berasa. Di jalan yang naik motor sama yang jalan pada nangis wkwkwkwkwk perih banget sumpah aku ngerasain," tulis salah satu pemilik akun Twitter, pada Rabu (25/9).
Kandungan CS (chlorobenzylidenemalononitrile), CN (chloroacetophenone) dan semprotan merica dalam gas air mata dapat membuat mata perih bahkan gangguan pernapasan.
Bahkan sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The Scientific World Journal menyebutkan, sisa gas air mata yang masih aktif dapat memberikan efek jangka panjang yang cukup mengganggu kesehatan.
Mulai dari batuk kering, batuk berdahak, sesak napas, hingga paling parah yaitu bronkitis kronis.
Penyakit ini juga termasuk penyakit menular yang dapat menyebar dari cairan hidung atau mulut orang yang terinfeksi.
Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Oleh akibat itu, cara penanganan untuk menghindari penyebaran penyakit bronkitis akibat paparan gas air mata, sebaiknya selalu gunakan masker, bersihkan badan terutama tangan dan wajah, dan menghindari pemicu tersebut.
Sementara itu, korban aksi mahasiswa (24/9) Faisal Amir masih dalam perawatan intensif tim medis RS Pelni Petamburan, Jakarta.
"Dari hasil rontgen, Faisal mengalami luka retak dari jidat kiri sampai ke bagian kepala sebelah kanan. Kemudian, bahu kanannya patah dan ada luka memar di bagian dada sampai lengannya," ucap Rahmat Ahadi (27), kakak korban, Rabu (25/9/2019).
Kepala Rumah Sakit Pelni Dewi Fankhuningdyah menyatakan, melansir Kompas.com (25/09/2019, 12:10 WIB), mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia Faisal Amir saat ini dalam keadaan kritis.
Faisal saat ini dirawat di ruang intensive care unit (ICU) RS Pelni, Petamburan, Jakarta Pusat.
"Kondisi terakhir pasien cukup baik, progresnya cukup memuaskan, tapi masih dalam keadaan yang tidak stabil lah kita bilang, dalam keadaan kritis, sehingga pasien masih membutuhkan pengawasan di ICU," kata Dewi saat konferensi pers di RS Pelni, Rabu (25/9/2019).
Dewi menyampaikan, tim dokter saat ini masih mengawasi kondisi Faisal Amir secara intensif dalam waktu 1-2 hari ke depan.
"Pasien ini masih dalam pengawasan intensif di ICU, kami akan melihat sekitar 1 sampai 2x24 jam, apabila memang mengalami perbaikan, ada mungkin nanti alat-alat invasif yang bisa mulai disapih atau dilepaskan dari pasien," ujarnya.
Tapi malang nasib anak-anak putih abu-abu yang melakukan aksinya di Senayan (25/9) kemarin.
Saat aksi, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan.
Ternyata bentrokan yang terjadi hingga malam hari itu menalan korban jiwa meninggal dunia.
Pemilik akun Facebook Edwin Avianto menggugah kabar duka tentang meninggalnya seorang pelaku aksi putih abu-abu yang tewas hari Rabu kemarin (25/9).
Korban bernama Bagus Putra Mahendra adalah pelajar SMA Al Jihad Tanjung Priouk, Jakarta Utara.
Adapun penyebab meninggalnya korban bernama Bagus Putra Mahendra, hingga berita ini dipublikasikan belum bisa diketahi secara pasti.(Gazali Solahuddin)
Artikel ini telah tayang di Gridhealth.ID dengan judulBerita Kesehatan Popular: Demonstrasi Telah Usai Efek Gas Air Mata Masih Dirasakan di Palmerah, Korban 1 Orang Mahasiswa Kritis, 1 Pelajar SMA Meninggal Dunia