Advertorial
Intisari-Online.com - Para ilmuwan telah mengkonfirmasi dua spesies baru salamander raksasa China.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa sudah ada satu amfibi China itu yang memegang gelar terbesar di dunia.
Bahkan, diperkirakan bahwa salamander raksasa China (Andrias davidianus) itu merupakan spesies tunggal.
Namun dilansir dari IFL Science, Selasa (17/9/2019), sekarang para peneliti dari Zoological Society of London (ZSL) dan Museum Sejarah Alam London, telah mengungkapkan bahwa sebenarnya ada tiga spesies.
Mereka berbeda secara genetis karena terpisah secara geografis: A. davidianus, salamander raksasa China Selatan (Andrias sligoi), dan spesies yang belum disebutkan namanya dari Huangshan (Pegunungan Kuning) di Cina Timur.
Sejarah salamander raksasa China terbilang suram dan membingungkan.
Pendapat pertama telah diajukan hampir 100 tahun yang lalu.
Yakni ketika salamander yang tidak biasa dari China selatan dibawa ke Kebun Binatang London pada tahun 1920-an.
Baca Juga: Ingin Pindah Domisili? Kini Syaratnya Tak Lagi Surat Pengantar dari RT/RW, Begini Caranya
Pada 1990-an, studi genetik awal menunjukkan bahwa salamander dari berbagai bagian China berbeda dengan yang di Jepang.
Para peneliti menggunakan DNA dari 17 spesimen sejarah yang dikumpulkan pada awal abad ke -20.
Salah satunya termasuk salamander "tidak biasa" asli yang hidup di Kebun Binatang China selama 20 tahun (dan telah tinggal, dilestarikan, di Museum sejak saat itu).
Sekarang, peneliti pun berhasil mengkonfirmasi jenis baru.
Menulis dalam jurnal Ecology and Evolution, para penulis mengungkapkan bahwa ketiga spesies ini menyimpang dari leluhurnya yang hidup 3 jutaan tahun lalu.
Dengan klasifikasi baru, para peneliti menyadari bahwa mereka juga harus memperkirakan ulang mengenai pemegang posisi amfibi terbesar di dunia.
"Hewan sepanjang 1,8 meter yang ditangkap pada 1920-an adalah salamander raksasa terbesar yang dilaporkan dari China.
Secara historis, ia telah ditafsirkan sebagai spesimen A. davidianus karena semua hewan Cina dianggap mewakili spesies ini," kata Turvey.
Namun tidak setelah penelitian yang baru membuktikan jenis yang berbeda.
Tidak banyak yang diketahui tentang spesies yang belum terdeskripsi, karena hanya diidentifikasi oleh sampel jaringan.
Namun, tim tersebut menganggap sangat penting kedua spesies baru itu juga terdaftar sebagai sangat terancam punah bersama A. davidianus.
"Hasil ini diharapkan akan mengarah pada perlindungan hukum individu untuk setiap spesies dalam upaya konservasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing," kata rekan penulis Dr Melissa Marr di Natural History Museum kepada IFLScience.