Advertorial

Kisah Wanita yang Alami Masalah di Bekas Jahitan Sesar, Pengobatannya Tembus Hingga Rp42 Miliar

K. Tatik Wardayati
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Tidak hanya persalinan normal, bagi wanita yang menjalani operasi sesar pun bertaruh nyawa dengan bekas luka pada jahitannya.
Tidak hanya persalinan normal, bagi wanita yang menjalani operasi sesar pun bertaruh nyawa dengan bekas luka pada jahitannya.

Intisari-Online.com – Bagi seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan adalah sebuah anugerah yang terindah.

Namun, ketika menjalani proses persalinan maka taruhan nyawa bagi wanita itu pun harus dilakukannya.

Tidak hanya persalinan normal, bagi wanita yang menjalani operasi sesar pun bertaruh nyawa dengan bekas luka pada jahitannya.

Seperti yang dialami wanita asal Bogor ini beberapa tahun lalu.

Baca Juga: (Video) Tanpa Pengalaman, Wanita Ini Nekat Lakukan Operasi Sesar Demi Selamatkan Bayi Monyet

Dilansir dari Pos Kota tahun 2015, Inne Firmawati, wanita berusia 23 tahun itu mengalami hal mengerikan, jahitan bekas operasi sesar yang ia jalani mengalami infeksi.

Wanita tersebut menyebut dirinya mengalami malpraktek, pasalnya jahitan bekas sesarnya membusuk.

Hal ini tak menutup kemungkinan paling sering terjadi pada wanita yang menjalani operasi bedah.

Menurut WHO, sebuah tindakan operasi bedah rentan mengalami infeksi bakteri pada luka sayatan, dan berkontribusi pada penyebaran resistensi antibiotik.

Baca Juga: Inilah Alasan Setiap Ibu yang Melahirkan Secara Sesar Juga Pantas Diberi Gelar Pahlawan yang Hebat

Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, 11% pasien yang menjalani operasi terinfeksi.

Di Afrika, hingga 20% wanita yang menjalani operasi sesar terkena infeksi luka bekas operasi.

Wanita yang mengalami infeksi setelah operasi sesar, tentu membahayakan kesehatannya, juga kehidupannya, dan kemampuan untuk merawat bayi mereka.

Beberapa kasus infeski setelah operasi atau surgical site infection (SSI) ini relatif ringan, dapat langsung diobati dengan cepat.

Baca Juga: Melahirkan Normal atau Sesar Sama Saja, Sama-sama Pahlawannya: Ini Kelebihan dan Risiko Masing-masing

Namun, jika dibiarkan atau tidak ditangani dengan benar, maka infeksi yang terjadi dapat memburuk sehingga membutuhkan operasi ulang dan bahkan dapat berujung pada kematian.

Menurut Prof David John Leaper, DSc, MD, ChM, FRCS, FACS, FLS yang merupakan salah satu pendiri dan mantan Presiden dari Surgical Infection Society di Eropa serta Ketua dari NICE Guideline Development Group of SSI menyebutkan bahwa pengobatanatau perawatan untuk menyembuhkan infeksi setelah operasi ini memakan waktu 40 triliun dollar per tahun atau sekitar 3 juta dollar yang setara dengan Rp 42 miliar.

Akibat biaya yang cukup tinggi inilah,World Health Organization(WHO),Centres for Disease Control(CDC) danAmerican College of Surgeons(ACS) memberikan beberapa rekomendasi pencegahan SSI.

Global Guidelines for the Prevention of Surgical Site Infection dikeluarkan oleh WHO pada bulan November 2016 dan terdiri dari 29 jenis rekomendasi yang meliputi 23 topik pencegahan SSI sebelum, selama dan setelah operasi.

Baca Juga: Penuh Pertaruhan Nyawa, Inilah Kenapa Setiap Ibu yang Melahirkan secara Sesar Pantas Diberi Gelar Pahlawan

Sedangkan di Indonesia sendiri, pencegahan dan pengendalian infeksi sudah diatur di Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), nomor 27.

Salah satunya dengan merekomendasikan surgical bundle sebagai pedoman untuk dikerjakan di setiap prosedur pembedahan yang harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan.

"Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya SSI berdasarkan guidelines WHO dan NICE adalah mempersiapkan kulit sebelum melakukan prosedur operasi pada lokasi bedah menggunakan preparat alkohol yang mengandung klorheksidin.

"Guideline yang sama juga merekomendasikan untuk menggunakan benang antimikroba yang dilapisi oleh triclosan antiseptic.

Baca Juga: Pasien Bedah Sesar akan Ikut Dibebankan Biaya Operasi Jika BPJS Kesehatan Temukan Ini

"Sudah ada bukti Level 1 A bahwa benang antimikroba secara signifikan dapat mengurangi risiko SSI," jelas Prof Leaper.

Melihat hal ini,PT Johnson & Johnson telah melakukan berbagai inisiatif untuk mengurangi risiko terjadinya SSI di sejak tahun 2017.

"Kami berharap bahwa edukasi yang telah kami lakukan secara berkelanjutan terkait dengan pencegahan SSI dapat dilakukan secara merata di Indonesia dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait pencegahan SSI terhadap masyarakat umum maupun para tenaga kesehatan.

"Dengan begitu, SSI diharapkan tidak lagi menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan dan persentase terjadinya SSI dapat menurun di Indonesia," ujarDevy Yheanne, Country Leader of Communications and Public AffairsPT Johnson & Johnson. (Nikita Yulia Ferdiaz)

Baca Juga: Meski Harus Meningal Dunia, Ibu Ini Lebih Memilih Melahirkan Bayinya dengan Sesar Dibanding Melalukan Kemoterapi

Artikel ini telah tayang di GridHealth.id dengan judul “Pengobatannya Bisa Tembus Rp 42 Miliar, Begini Kisah Wanita Setelah Jahitan Bekas Sesar Alami Masalah”

Artikel Terkait