Advertorial

Ibu Kota Akan Pindah ke Kaltim, Media Asing Soroti Kondisi Jakarta yang Mengkhawatirkan

Tatik Ariyani

Editor

Jakarta terletak di ujung barat Jawa, pulau terpadat di dunia, yang merupakan rumah bagi lebih dari setengah dari 265 juta penduduk Indonesia.
Jakarta terletak di ujung barat Jawa, pulau terpadat di dunia, yang merupakan rumah bagi lebih dari setengah dari 265 juta penduduk Indonesia.

Intisari-Online.com - Senin (26/8/2019) dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan ibu kota baru berlokasi di Kalimantan Timur, tepatnya di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pemerintah pun menyebutkan, anggaran yang dibutuhkan untuk membangun ibu kota baru mencapai Rp466 Triliun.

Rencana besar itu tentu tak luput dari sorotan media asing.

Dilansir dari The Washington Post, Senin (26/9/2019), media tersebut menyoroti ambisi pemerintah untuk mengurangi tekanan terhadap Jakarta yang semakin banyak polusi.

Baca Juga: Meski Banyak Penggemarnya, Ternyata Daging Ayam Disebut Sebagai Penyebab Wabah Penyakit Mematikan, Kok Bisa?

Ibu kota baru itu akan berdiri di situs seluas 450.000 hektar yang akan dimulai tahun depan, dan akan mulai dihuni pada awal tahun 2024.

Meskipun Indonesia telah membahas pemindahan ibu kota selama beberapa dekade, kebutuhan menjadi semakin mendesak dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun orang Indonesia selama beberapa dekade telah membahas pemindahan ibukota, kebutuhan menjadi semakin mendesak dalam beberapa tahun terakhir.

Pertumbuhan yang cepat telah mendorong populasi wilayah metropolitan Jakarta menjadi sekitar 30 juta, yang juga menciptakan conurbation (wilayah perkotaan) yang sangat padat dan tercemar.

Baca Juga: Ditemukan 5 Tahun Kemudian Sudah Jadi Kerangka, Beginilah Cara Pelaku Pembunuhan 1 Keluarga di Banyumas Menutupi Kejahatannya

Jakarta terletak di ujung barat Jawa, pulau terpadat di dunia, yang merupakan rumah bagi lebih dari setengah dari 265 juta penduduk Indonesia.

Tapi mungkin masalah terbesarnya adalah Jakarta tenggelam. Dua perlima kota terletak di bawah permukaan laut, dan beberapa daerahturun hingga 10 inci (sekitar 25,4 cm) per tahun.

Ini adalah sebuah fenomena yang disebabkan oleh penggalian akuifer (lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air) bawah tanah dan diperburuk oleh perubahan iklim.

Jokowi mengutip masalah Jakarta dalam mengumumkan kepindahan ke lokasi baru, sekitar 800 mil melintasi laut, dekat kota Balikpapan dan Samarinda.

Baca Juga: Koma Selama 3 Minggu, Bocah Laki-laki Ini Bangun Setelah Ibunya Semprotkan Deodoran Favoritnya

Tetapi dia mengatakan bahwa Jakarta akan tetap menjadi pusat bisnis dan perdagangan Indonesia.

Lokasi baru ini meliputi petak hutan yang dikenal sebagai kawasan konservasi Bukit Soeharto yang merupakan rumah bagi banyak spesies tetapi juga terganggu oleh pembalakan liar.

Menteri perencanaan negara mengatakan Senin bahwa beberapa lahan akan disisihkan untuk merehabilitasi taman dan hutan lindung.

Memindahkan ibu kota tidak akan mudah - atau murah.

Baca Juga: Pulau Kalimantan Dikaitkan dengan Tokoh Wayang Semar, 'Guru Besar Antropologi Sebut Tidak ada yang Kebetulan'

Negara-negara lain, termasuk Bolivia, Brasil, Kazakhstan dan Myanmar telah melakukannya, tentu dengan berbagai tingkat keberhasilan.

Pindah dari Jakarta “tidak semudah membalikkan tangan,” kata Arya Fernandes, seorang peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Jakarta. "Kota ini akan tetap menjadi jangkar politik nasional Indonesia."

Kritik terhadap rencanapemindahan ibu kota telah memperingatkan bahwa biaya pemindahan ibu kota tidak dapat dipertahankan.

Baca Juga: Ibu Kota Indonesia Bakal Satu Pulau dengan Malaysia dan Brunei, Begini Respon Kedua Negara Tersebut

Mereka juga telah menunjuk rencana sebelumnya yang gagal memindahkan ibukota ke tempat lain di Indonesia.

Terlebih lagi, memindahkan pegawai negeri dan keluarga mereka ke kota baru di Kalimantan tidak akan menghentikan Jakarta dari tenggelam, kata mereka.

Pemerintah “dapat berhenti dengan ekstraksi air bawah tanah, sebagai permulaan, atau memiliki sumber alternatif selain air tanah,” kata Heri Andreas, seorang peneliti di Institut Teknologi Bandung yang telah mempelajari tantangan amblesan Jakarta. "Itu akan lebih murah daripada memindahkan ibukota."

Artikel Terkait