Namun, secara budaya, Penajam Paser Utara sangat erat keterikatannya dengan Kutai Kartanegara.
Hal tersebut karena keberadaan wilayah Penajam paser Utara yang disebut Balikpapan Seberang sempat menjadi bagian dari Kutai Kartanegara.
Pada 1942, Penajam Paser Utara beralih menjadi bagian dari Kabupaten Paser.
Pada 10 April 2002, kabupaten ini kemudian memekarkan diri menjadi kabupaten otonomi bernama Kabupaten Penajam Paser Utara.
Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Apa yang Akan Terjadi Dengan Jakarta? Ini Jawaban Anies Baswedan
Angkatan perang masa lalu
Peninggalan masa lalu dari Penajam Paser Utara adalah keberadaan meriam, bedil, senjata, dan mesiu.
Hal tersebut tidak terlepas dari adanya angkatan laut masa lalu di Kerajaan Paser.
Dalam catatan Raja-Raja Paser, Tunan lebih dikenal sebagai Tanjung Jumlai.
Keberadaan Tunan menjadi bagian penting dari Kerajaan Paser kala itu.
Oleh karena itu, tak heran jika wilayah yang dihuni oleh Suku Tunan tersebut dilengkapi armada perang untuk mengamankan sisi utara Kerajaan Paser.
Keberadaan armada perang tersebut dilengkapi pula oleh keberadaan angkatan laut Kerajaan Paser yang tak lepas dari peran bangsawan Bugis Sulawesi Selatan, Petta Saiye.
Baca Juga: Pemuda 24 Tahun Ini Rela Nikahi Janda 50 Tahun, Rupanya Kepincut Gara-gara Hal Ini
Dalam tugasnya, Petta Saiye membuat kapal perang dengan memodernisasi kapal perang Sultan Sulaiman Alamsyah.
Ia dibantu 4 orang tenaga ahli beserta 50 orang pekerja biasa.
Kepada Petta Saiye, Sultan memerintahkan untuk mengisi kapal dengan berbagai senjata perang.
Cara mendapatkan senjata itu dilakukan dengan cara jual beli zaman dahulu, yakni menggunakan sistem barter berupa pertukaran dengan rotan, getah wingkang, getah ketiau, dan emas.
Saat pencarian senjata tersebut, Petta Saiye yang awalnya berharap akan mendapatkan senjata di Perairan Sulawesi Selatan mendapatkan informasi bahwa Kapal Portugis yang biasanya menyediakan senjata telah jarang masuk ke wilayah tersebut.
Petta Saiye selanjutnya meneruskan pencarian senjata menuju ke Pulau Timor yakni di Negeri Delly.
Baca Juga: Polisi Dibuat Ketakutan Ketika Bongkar Rumah Pedofil, Temukan Mayat dan Altar Ritual Agama Aneh Ini
Di sana, ia menjalin hubungan dagang dengan pengusaha Portugis bernama Dacosta.
Untuk mengabulkan transaksi senjata yang ia harapkan, Dacosta memberikan syarat bersedia menukar senjatanya, dengan catatan pertukaran dilakukan di Negeri Delly untuk menghindari intervensi dari pihak Belanda.
Petta Saiye setuju. Kemudian, ia membawa kapal layar berisi muatan barang yang diperlukan untuk transaksi, hingga kemudian berhasil mendapatkan meriam, bedil, senjata, dan mesiu.
Senjata-senjata tersebut kemudian ditempatkan di beberapa tempat yakni Tanjung Jumlai Jaya di Desa Tanjung yang saat ini masuk ke dalam administrasi Penajam Paser Utara.
Adapun panglima perang yang ditugaskan di sana adalah Aden Segara.
Peninggalan budaya yang bersisa di antaranya makam, masjid, serta rangka bangunan, meriam, dan bungker.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Masa Lalu Penajam Paser Utara, dari Kisah Dua Suku Paser hingga Kerajaan Adat"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR