Advertorial
Intisari-Online.com - Para ahli telah membiakkan domba yang memungkinkan manusia untuk sembuh dari penyakit otak yang berbahaya.
Beberapa orang dengan mutasi genetik tertentumemiliki penyakit Batten, kondisi yang berpotensi mematikan yang biasanya berkembang pada anak-anak.
Penyakit Batten adalah kelainan bawaan fatal dari sistem saraf yang menyerang sistem motorik tubuh.
Para ilmuwan di Roslin Institute, Edinburgh University, Skotlandia kemudian meluncurkan proyek untuk menguji perawatan untuk penyakit tersebut, seperti dilansir dari Daily Star, Minggu (25/8/2019).
Baca Juga: Duo Maling Ini Bobol Rumah Gunakan Hitungan Primbon Jawa, Namun Tertangkap Karena Langgar Pantangan
Tapi, penelitian itu bisa kontroversial karena menggunakan teknik kloning yang mirip dengan yang digunakan untuk membuat domba Dolly di tahun 90-an.
Para ahli juga mengatakan bahwa hewan-hewan itu telah diprogram untuk mati, tetapi mereka menambahkan tujuan mereka untuk mencegah penderitaan lebih lanjut pada anak-anak (karena penyakit tersebut).
Pemimpin proyek, Dr Tom Wishart mengatakan kepada The Guardian, "Kami sengaja menciptakan kembali kondisi pada mamalia besar karena domba memiliki otak dengan ukuran dan kompleksitas yang sama dengan otak seorang anak.
"Itu berarti perawatan yang kami uji pada mereka (domba) mungkin jauh lebih relevan bagi manusia daripada yang diuji hanya pada kultur sel atau tikus."
Baca Juga: Sering Naik Pesawat? Ini yang Terjadi pada Tubuh Anda Saat Berada di Pesawat
Penyakit Batten sendiri menyerang antara 100 hingga 150 anak-anak dan dewasa muda di Inggris.
Anak-anak yang membawa gen ini menderita kehilangan penglihatan, masalah mobilitas dan kapasitas untuk berpikit jernih.
Pada tahap selanjutnya, kejang mulai terjadi diikutidengan kematian.
Menjelaskan penelitian mereka, Dr Wishart mengatakan, "Kemajuan penyakit pada domba yang sangat mirip dengan perkembangannya pada anak-anak.
"Itu penting karena itu menunjukkan bahwa kita telah menciptakan model penyakit Batten yang akurat."
Para peneliti sekarang berharap mereka dapat mengganti gen yang salah dengan gen yang sehat.
Tapi, banyak teknikyang pertama-tama harus dikembangkan menggunakan percobaan pada tikus.