Advertorial
Intisari-online.com - Selama satu abad lalu, kisah Mary Mallon sangat menarik, karena memunculkan masalah kematian meski dirinya bukan pembunuh.
Mary Mallon adalah seorang imigran Irlandia yang datang ke AS saat remaja, untuk bertahan hidup dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada tahun 1906.
Dia dipekerjakan sebagai koki oleh Charles Henry Warren dan keluarganya yang sedang melakukan liburan.
Pada awal musim gugur, enam dari 11 anggota rumah tangga Warren terinfeksi demam tifoid, namun waktu itu mereka belum mengetahui betul tetang penyakit itu.
Baca Juga: Manakah Tahi Lalat yang Mematikan? Berikut Tanda-tanda Kanker Kulit yang Perlu Anda Ketahui
Setelah melacak pengalaman kerja Mary Mallon sebelumnya, ternyata di sana orang-orang yang makan makanan buatan Mary terjangkit penyakit yang sama.
Karena itu dia dituduh meracuni penyakit itu dan sengaja menularkan penyakit ke banyak orang.
Saat itu pria bernama Soper yang pertama kali mengidentifikasi Mary sebagai pembawa penyakit, meskipun penampilannya yang tampak sehat.
Demam tifoid, disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Karena Salmonella typhi dikeluarkan dari tubuh melalui kotoran orang yang terinfeksi dapat dengan mudah menularkan penyakit itu jika menyiapkan makanan tanpa didekontaminasi dengan benar.
Gejala demam tifoid, awalnya mirip dengan flu, di mana orang yang terinfeksi mengalami sakit perut, sakit kepala, pusing dan sering kehilangan nafsu makan.
Namun, Mary pada waktu itu mengaku tidak pernah terinfeksi.
Virus itu bisa diidentifikasi melalui sampel darah dan tinja, maka pejabat dan pemerintah mengimpulkannya pada tahun 1907.
Baca Juga: Studi: Di Luar Sana Ada Planet yang Lebih Ramah dan Lebih Punya Banyak Kehidupan Daripada Bumi
Mereka juga menangkap Mary dan menempatkannya di karantina paksa di North Brother Island atas nama keselamatan publik.
Menolak untuk percaya, bahwa dia terinfeksi, Mary melawan dan menggugat departemen kesehatan pada tahun 1909.
Hasilnya, Mary selamat dari kasusnya, dan dibebaskan dari karantina, beberapa tahun kemudian dengan syarat melepaskan pekerjaannya sebagai juru masak.
Masih percaya dengan dirinya yang tidak terjangkit penyakit, Mary kembali bekerja sebagai koki, dia menginfeksi lebih banyak orang dan memaksa negara itu sekali lagi untuk mengkarantinanya.
Baca Juga: Viral Kabar Pemadaman di Wilayah Tangerang dan Bekasi, Ini Penjelasan PLN
Alhasil, Mary menghabiskan sisa hidupnya dan total lebih dari dua puluh tahun di Rumah Sakit Riverside.
Tidak seperti pasien lain, dia diberikan sebuah pondok yang jauh dari bangunan utama, sampai menderita stroke tahun 1932 dan dipindah ke tempat biasa sampai meninggal 1938.
Secara keseluruhan dikatakan, Mary telah membunuh 3 orang dan menginfeksi 50 orang dengan demam tifoid.
Meski demikian, dia bukan satu-satunya orang yang membawa penyakit mematikan, kareka Tony Labella memaparkan 122 orang dengan penyakit yang sama.
Baca Juga: Wanita dengan 'Sleep Apnea' Berisiko Lebih Tinggi Terkena Kanker, Benarkah?
Dengan lima orang berakhir meninggal, kisah Mary Mallon seakan mewakili kesehatan masayarakat di mana kita harus berhati-hati dengan makanan yang kita konsumsi.