Advertorial

Lapisan Es Mencair, Amazon Kebakaran, Juli Bulan Terpanas Bumi: Manusia Hidup dalam Iklim Darurat Tapi Tak Sadar?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Es Greenland mencair, api dengan rekor tertinggi menyala dari yang di Kutub Utara dan di Amazon, dan Juli adalah bulan terpanas di dunia.
Es Greenland mencair, api dengan rekor tertinggi menyala dari yang di Kutub Utara dan di Amazon, dan Juli adalah bulan terpanas di dunia.

Intisari-Online.com - Es Greenland mencair, api dengan rekor tertinggi menyala dari yang di Kutub Utara dan di Amazon, dan Juli adalah bulan terpanas di dunia.

Saat perubahan iklim terus bergulir, dunia menyaksikan catatan terkait cuaca dan bencana yang telah lama diperkirakan terjadi.

Berikut adalah kekacauan yang kita hadapi sekarang.

1. Lapisan es mencair di Greenland dan Arktik

Baca Juga: Gambar Mengerikan Anjing Seperti Kerangka Hidup Setelah Pemiliknya Alami Hal Ini

NASA menyebutnya sebagai " peristiwa peleburan besar ."

Gelombang panas Eropa pada akhir Juli menghanguskan Greenland, menurut Pusat Data Salju dan Es Nasional.

Dari 30 Juli hingga 3 Agustus, sekitar 55 miliar ton lapisan es mencair dan 90% permukaannya merasakan suhu di atas titik beku.

Baca Juga: September 2019, SIM akan Berfungsi Sebagai E-Money! Lihat, Desainnya Pun Berbeda!

Sisi positifnya, ini tidak seburuk yang terjadi tahun 2019, yakni tahun rekor total pencairan es dari Greenland dan Arktik yang lebih luas.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa es laut Kutub Utara yang menutupi lautan pada bulan Juli adalah yang terendah yang pernah terlihat dalam 29 tahun pengukuran satelit.

2. Kebakaran hutan Kutub Utara

Bersamaan dengan mencairnya es, Kutub Utara juga memecahkan rekor atas jumlah kebakaran hutannya.

Sering dibakar untuk membakar simpanan gambut, kebakaran hutan menyumbang lebih dari 50 megaton karbon ke atmosfer pada bulan Juni.

Baca Juga: Rebus Seledri dan Jus Lemon, Minum Airnya Setiap Pagi, Bisa Bantu Mengontrol Diabetes!

Jumlah ini lebih banyak daripada kebakaran hutan Arktik yang dilepaskan secara total selama delapan tahun sebelumnya.

Paling parah di Alaska dan Siberia, api berkobar luar biasa di bulan Juni.

"Kebakaran hutan Arktik sangat mengkhawatirkan karena partikel cenderung lebih banyak mengendap di daerah es," kata dinas cuaca dalam sebuah pernyataan.

3. Rekor kebakaran menghanguskan Amazon

Baca Juga: Bengis dan Ganasnya Agen Mossad dengan Regu Pembunuhnya Setelah Pembantaian Atlet Israel di Olimpiade Munich 1972

Sementara dunia bermain-main, Amazon terbakar dan Institut Nasional Penelitian Luar Angkasa Brasil melaporkan rekor hampir 73.000 kebakaran tahun ini, naik 80% dari tahun lalu.

Deforestasi untuk peternakan sapi tampaknya menjadi penyebab besar, dan NASA masih mengambil pendekatan untuk mendeklarasikan kerugian sebagai sesuatu yang bersejarah.

Kebakaran ini menjadi berita buruk dari sudut pandang perubahan iklim karena Amazon menyerap banyak karbon dioksida dan gas rumah kaca dari udara.

Baca Juga: Aura Kasih Tersinggung Cuitan ‘Pabrik Susu’, Jangan Sepelekan Payudara Bengkak saat Menyusui, Bisa Jadi Tanda Penyakit Ini

Tetapi ketika hutan hujan terbakar, ia mengirim banyak karbon dioksida ke udara.

Kebakaran cukup buruk untuk mengirim asap ke kota-kota seperti Sao Paulo dan beberapa negara bagian Brasil, seperti yang terlihat dari luar angkasa.

4. Gelombang musim panas pecahkan rekor

Meskipun 2016 nampaknya pantas disebut sebagai tahun terpanas, nyatanya musim panas kali ini lebih panas lagi.

Baca Juga: Gara-gara Tubuhnya Lebih Tinggi dari Tiang Gawang, Emen yang Baru Berusia 16 Tahun Ini 'Paksa' Ayahnya Bongkar Rumah

Musim panas kali ini membuat bulan-bulan terasa seperti di oven, bulan Juni menjadi bulan terpanas yang pernah dicatat, juga dengan Juli.

Hal ini khususnya terasa di Eropa yang digoreng dalam gelombang panas yang brutal.

Juli juga merupakan bulan ke-415 berturut-turut di mana suhunya mengalahkan rata-rata untuk semua bulan dari tahun 1900 hingga 1999.

Ilmuwan iklim meramalkan dampak perubahan iklim dalam laporan komprehensif yang diterbitkan pada 1990-an.

Apakah perubahan iklim yang sekarang terjadi akan mendapat respon serius, namun hal ini nampaknya masih tidak jelas.

Baca Juga: Terkenal Bengis dan Kejam, Ternyata Orang Mongol Takut Mandi dan Mencuci Pakaian Mereka Karena Hal Ini

Artikel Terkait