Advertorial
Intisari-Online.com – Ujian bertubi-tubi menimpa rumah tangga Bayu Randi Dwitara (19) dan Novi Sri Wahyuni (21).
Ujian pertama yang harus ia hadapi adalah kepergian ayah kandungnya sekitar satu tahun yang lalu.
Ayahnya meninggalkan Ibunya, dan tiga orang anak pada saat menghadap ilahi.
Sebagai anak tertua, ia langsung berperan sebagai kepala keluarga tatkala masih berusia 18 tahun waktu itu.
Lama mencari kerja, ia akhirnya diterima kerja sebagai operator sebuah perusahaan dibantu oleh teman yang sudah dianggap sebagai abang oleh dirinya.
Namun, mengingat Bayu yang hanya lulusan SMP, perusahaan tersebut tidak langsung menerima Bayu sebagai karyawan tetap.
Ia harus menjalani masa pelatihan selama tiga bulan untuk memperlihatkan kinerjanya.
Akan tetapi, masalah kembali mendatangi Bayu.
Baru sebulan bekerja, istrinya yang hamil 15 minggu mengalami kendala kesehatan.
Saat Bayu sedang bekerja, ia kerap kali ditelepon Novi karena mengeluh pusing, mual, hingga muntah sehingga ia harus izin bekerja seminggu penuh.
Belakangan, diketahui bahwa Novi mengkonsumsi obat pemberian Puskesmas yang ternyata sudah kedaluwarsa.
Novi baru tersadar setelah kontrol kandungan yang kedua kalinya.
Saat Novi mengeluh kesakitan, sang suami pun harus siap sedia mendampingi.
Bayu pun terpaksa harus bolos bekerja hingga akhirnya dia dipecat perusahaan karena bekerja tak optimal.
"Saya seminggu enggak masuk, ya kemudian perusahaan juga sudah enggak ini lagi, di pemikiran dia trainingsaja kualitas kerjanya begini bagaimana ke depannya," kata Bayu saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Kamal Muara, Selasa (20/8/2019).
Saat ini belum terpikir bagi Bayu untuk mencari pekerjaan baru.
Ia masih memikirkan kondisi kesehatan istri dan anak pertamanya yang masih dalam kandungan.
Ia pun hanya bisa mengandalkan ibu kandungnya bernama Husnawati (49) yang bekerja sebagai tukang urut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Penghasilan Husnawati juga tidak tetap. Ia tidak menetapkan tarif bagi warga yang ingin menggunakan jasanya.
"Ya saya enggak ada tarif harga sih yang penting saya terima orang kasih. Kadang bayar pakai mie pun saya terima sering kalau begitu jadi terima aja," ucapnya.
Untuk saat ini, kata Husnuwati, beruntung uang yang ia terima dari hasil mengurut masih bisa mencukupi kehidupan lima orang yang tinggal serumah tersebut.
Belum Bayar Kontrakan
Satu hal yang kini jadi pikiran mereka, uang kontrakan seharga Rp500.000 yang jatuh tempo pada tanggal 14 Agustus 2019 lalu belum terbayarkan.
Mereka lupa menyisihkan uang untung membayar kontrakan berdinding triplek tersebut karena sibuk mengurus Novi.
"Kalau enggak diingetin yang punya rumah saya enggak inget kontrakan," ujar Husnawati.
Beruntung pemilik kontrakan menyadari kondisi keluarga mereka yang sedang kesusahan sehingga diberikan dispensasi.
Rumah yang ditempati Bayu beserta keluarganya tepat berada di samping Fly Over Kamal Muara.
Rumah itu berdinding triplek yang di cat hijau terang dan beratapkan seng. Rumah kecil tersebut hanya memiliki satu kamar yang ditempati Bayu dan istrinya.
Sementara ibu dan adik-adiknya terpaksa tidur di ruang TV yang kira-kira berukuran 1x3 meter.
Selain dua ruangan tersebut, terdapat satu buah ruangan yang disekat menggunakan triplek yang difungsikan sebagai dapur dan satu buah kamar mandi.
Meski tampak tak layak ditinggali lima orang anggota keluarga, namun mereka terpaksa melapangkan dada di rumah kecil itu.
"Kalau bisa lebih besar ya Alhamdulillah, tapi mampunya ini doang," ucap Husnawati.
Ia sangat bersyukur bisa tinggal di sana karena kehidupan bertetangga di sana saling peduli satu sama lain.
Bahkan, tetangganya tak segan membantu memberi sembako berupa mie instan, nasi, dan lauk saat mereka benar-benar kesusahan.
"Kadang kala walaupun dia enggak kasih dia lihat bagaimana keadaannya, Alhamdulillah, kita kan tetangga itulah yang jadi saudara," ujar Husnawati.
Beruntung, saat ini keluarga ini sudah menerima bentuk pertanggungjawaban dari Puskesmas Kecamatan Penjaringan atas kelalaian mereka memberikan obat kedaluwarsa kepada Novi.
Mereka menjanjikan akan memberikan layanan kesehatan kepada Novi hingga ia melahirkan nanti.
Namun saat ini karena mereka telah melaporkan pihak Puskesmas ke Polsek Metro Penjaringan, proses hukumnya masih terus berlanjut.
Polisi masih memeriksa saksi-saksi terkait kasus tersebut. (Jimmy Ramadhan Azhari)
(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Derita Keluarga Korban Obat Kedaluwarsa: Istri Sakit, Suami Dipecat, hingga Belum Bayar Kontrakan”)