Advertorial
Intisari-Online.com -Sosok Soekarno sebagai Presiden pertama Republik Indonesia lekat dengan perjuangan merdekanya Indonesia.
Penuh dengan kharisma, keberanian, dan kehangatan, bersama Mohammad Hatta, Soekarno memimpin Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
Namun, sosok penuh wibawa seperti Bung Karno juga manusia biasa, adakalanya air matanya tumpah saat dirinya dipenuhi emosi.
Ada beberapa momen haru yang membuat Bung Besar meneteskan air mata semasa hidupnya.
Tercatat ada empat momen yang membuat Sang Putra Fajar berderai air mata.
Berikut Kisah empat Tangisan Soekarno :
1. Tangisan Saat Membacakan Isi Pancasila Untuk Pertama Kali di Depan Ruang Sidang BPUPKI
Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah babak baru sebuah negara bernama Indonesia.
Dalam sebuah negara terdapat dasar falsafah hidup yang menjadi pijakan untuk melangkah.
Baca Juga: Ini Kata Soekarno Soal Tongkat Komando Miliknya yang Dianggap Sakti dan Keramat
Ideologi Pancasila bukanlah suatu ideologi yang keluar begitu saja, atau bukan sebuah pedoman yang biasa-biasa saja.
Pancasila adalah falsafah hidup Indonesia.
Dalam buku berjudul, "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat", terrekam jelas momen bersejarah tangisan Soekarno.
Saat di hadapan peserta sidang BPUPKI, Soekarno membacakan butir demi butir ideologi pancasila dengan berderai air mata.
Momen pembacaan pancasila sebagai sebuah ideologi berbangsa dan bernegara pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut menjadi hari lahirnya ideologi Pancasila.
Baca Juga: Geram Soal Papua Barat, Soekarno Semprotkan Kalimat Ini Hingga Menlu AS Ketar-ketir
2. Tangisan Soekarno di Bahu Daud Beureuh, Tokoh Pejuang Aceh
Momen dimana Bung Karno muhibah ke Aceh untuk bertemu tokoh pejuang dari Aceh, Daud Beureuh untuk mengajak rakyat Aceh bergabung dalam perjuangan melawan Belanda tahun 1948.
Di momen itu, Daud Beureuh bersedia untuk bergabung dengan Republik asal dengan syarat rakyat Aceh diberikan kebebasan menjalankan syariat Islam.
Walau Soekarno menyetujui permintaan tersebut, dengan tujuan untuk menjadi tanda persetujuan itu disodorkanlah secarik kertas untuk dibubuhi tanda tangan sang Presiden RI pertama.
Melihat keraguan Daud atas kesediaannya mengabulkan permintaan rakyat Aceh, Seraya menyeka air matanya, Sukarno berkata:
“Wallah, Billah, kepada rakyat Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan syariat Islam.
Baca Juga: Geram Soal Papua Barat, Soekarno Semprotkan Kalimat Ini Hingga Menlu AS Ketar-ketir
Dan Wallah, saya akan mempergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat melaksanakan syariat Islam di daerahnya," dikutip dari buku berjudul "Kisah Kembalinya Tengku Muhammad Daud Beureueh ke Pangkuan Republik Indonesia".
3. Tangisan Saat Menandatangani Hukuman Mati Terhadap Sahabatnya
Soekarno adalah salah satu tokoh nasional yang memiliki banyak sekali sahabat dekat.
Hal itu karena kehangatan Soekarno kepada siapa saja.
Salah satu kisah haru terjadi ketika Soekarno dengan berat hati harus menandatangai surat eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan kepada sahabatnya sendiri, Kartosoewirjo sebagai pimpinan DI/TII yang ingin membelot dari NKRI pada kala tahun 1962.
Sempat menunda tanda tangan nyata, dengan berderai air mata ia harus menyetujui eksekusi mati sahabat karibnya itu.
Akhirnya, sang sahabat, Kartosoewirjo pun dieksekusi mati karena konsekuensi membelot dari Republik.
4. Tangisan Bung Karno di Pusara Makam Ahmad Yani
Saat meletusnya tragedi berdarah 30 September 1965, terdapat tujuh tokoh penting kala itu yang direnggut nyawanya.
Salah satunya adalah Jenderal Ahmad Yani, orang kesayangan sang presiden kala itu, Soekarno.
Atas kematian orang yang ia rencanakan untuk menggantikan posisinya sebagai presiden dengan cara mengenaskan itu membuat hati Soekarno tak kuasa membendung kesedihan.
Di depan makam jenderal kesayangannya tersebut ia tak kuasa menangis meneteskan air mata atas kepergian Ahmad Yani.(Andreas Chris)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul4 Tangisan Soekarno yang Tercatat Sejarah, Salah Satunya Saat Pembacaan Pancasila Untuk Pertama Kali