Advertorial
Intisari-Online.com - Ketika Celestine Wenardy, seorang remaja berusia 16 tahun dari Jakarta, Indonesia, mengetahui bahwa diabetes adalah "pembunuh diam-diam" di negaranya, ia bertanya-tanya bagaimana cara mudah bagi orang-orang untuk menguji kadar glukosa darah mereka.
Celestine lalu memasukkan idenya ke dalam Google Science Fair.
Ini adalah sebuah kompetisi tahunan yang menarik para remaja dari seluruh dunia.
Celestine akhirnya memenangkan Virgin Pioneer Galactic Award untuk proyeknya.
Dia melibatkan penggunaan panas pada kulit untuk menguji kadar glukosa.
Sehingga untuk mendeteksi kadar gula darah tidak perlu menggunakan sampel darah.
"Anda hanya perlu geser jari Anda sedikit supaya cahaya bisa masuk lewat jari Anda, lalu tunggu 10 detik hingga kulit Anda memanas," jelasnya dalam sebuah video pendek VOA Indonesia.
Begitulah cara kerja alat mengukur panas akhir dari Anda dan mendeteksi kadar gula darah.
Baca Juga: Denda Rp30 Miliar Plus Penjara 3 Tahun Menanti Bagi Pedagang yang Menjual Bensin Eceran
Dua puluh tim siswa berada di kampus Google minggu ini untuk pameran sains tahunan raksasa tersebut.
Mereka datang dari 14 negara, membawa pendekatan baru untuk menyelesaikan masalah di bidang kesehatan, lingkungan dan keberlanjutan.
Celestine berencana untuk melanjutkan penelitiannya.
"Aku harus memastikan itu benar-benar akurat, karena kesehatan orang-orang ada di tanganmu," katanya.
Glukometer buatan Celestine ini cukup akurat dan hanya memerlukan biaya Rp 900 ribu, lebih murah dibanding biaya umum dipasaran yang capai Rp 14,2 juta.
Perlu diketahui bahwa 10 juta orang Indonesia menderita diabetes, bahkan sekitar 70% kasus diabetes juga tidak terdeteksi.
Hadiah kemenangannya sebesar Rp213 juta pun akan digunakan Celestine sebagai dana pendidikannya.
Lebih jauh, Celestine juga mengharapkan di bidang apapun supaya anak-anak Indonesia tidak takut gagal karena gagal adalah sebuah pembelajaran.
Wah, menginspirasi sekali, bukan?