Advertorial

Kisah Kantor Berita Dunia Ternama yang Pernah Beli 2 Potong Kepala Manusia dan Tulang Belakang, Untuk Apa?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Ade S

Tim Redaksi

Kisahnya berawal dari transaksi melalui sebuah email dengan seorang broker untuk membeli dua kepala manusia dan tulang belakang.
Kisahnya berawal dari transaksi melalui sebuah email dengan seorang broker untuk membeli dua kepala manusia dan tulang belakang.

Intisari-online.com -Nama Reuters mungkin terdengar asing di telinga Anda.

Itu adalah salah satu kantor berita terbesar di dunia.

Meski terkenal sebagai kantor berita, rupanya ada kisah menarik dari mereka.

Di mana, suatu ketika mereka pernah membeli potongan kepala manusia plus tulang belakang.

Baca Juga: Pernah Coba Susu Kunyit? 5 Khasiatnya Termasuk Sehatkan Jantung, Simak Cara Buatnya!

Seperti diwartakan Gizmodo, hal itu terjadi pada tahun 2017 silam danReuters sendiri mengonfirmasi bahwa itu memang benar adanya.

Kisahnya berawal dari transaksi melalui sebuah email dengan seorang broker untuk membeli dua kepala manusia dan tulang belakang.

Dalam pertukaran email tersebut, ada sosok wartawan Brian Grow yang melakukan transaksi tersebut dan berhasil mendapatkannya dengan harga 300 dollar AS (Rp4,2 juta) kala itu.

Meski terdengar mengerikan, rupanya mereka melakukan hal itu tak lain untuk menyelidiki "perantara tubuh" penjual yang ada di Amerika.

Baca Juga: Aliran Listrik di Jabodetabek Mati Lagi, Presiden Jokowi Datangi Kantor Pusat PLN Senin Pagi Ini

Reuters mengidentifikasi, 34 broker tubuh manusia aktif di AS, dan sebagian besar sebagai perusahaan nirlaba.

Antara tahun 2011 dan 2015, Reuters memperkirakan broker telah menerima setidaknya 50.000 mayat, dan mengrimkan 182.000 bagian ke seluruh dunia.

Hal menyedihkan dari ini, adalah biaya yang dijual untuk setiap mayat berada di kisaran 3.000 dollar AS hingga 5.000 dollar AS (Rp42-71 juta) untuk satu mayat utuh.

Sedangkan, untuk potongan tubuh manusia seperti, tangan, kepala, kaki, dll, masing-masing dibanderol ratusan dollar AS atau jutaan rupiah.

Lantas, siapa saja orang yang membeli mayat-mayat itu?

Mereka sebagian besar adalah Universitas, lembaga medis dan pelatih ahli bedah.

Di mana mereka menggunakan mayat itu untuk penelitian dalam menggunakan mayat.

Namun, darimana mereka mendapatkan mayat?

Rupanya, mereka yang menginginkan kremasi tanpa membayar tagihan di rumah duka, disitulah para pialang masuk untuk menawarkan insinerasi atau teknik pembuangan lain.

Baca Juga: Galang Rambu Anarki, Putra Iwan Fals yang Wafat di Usia Belia dengan Meninggalkan Sebuah Proyek Superaneh

Mereka menawarkan, gagasan donor tubuh untuk digunakan dalam penelitian, demi menyelamatkan kehidupan banyak orang.

Para pialang itu akan membayar uang rujukan sekitar 300 hingga 1.400 dollar AS (sekitar Rp4-19juta).

Ironisnya, mereka anggota keluarga yang mau, juga melakukan penipuan pada anggota keluarga lain.

Misalnya mengganti abu almarhum dengan pasir untuk menyerahkannya pada keluarga.

Seperti yang kita ketahui, banyak mayat ternyata berakhir di pasar broker.

Sebuah kasus misalnya, seorang pria mengaku menyumbangkan tubuh keluarganya lantaran tak sanggup membayar pemakaman atau kremasi.

Maka mereka menawarkan kremasi parsial gratis pada anggota dengan menyumbangkan tubuh jenazah yang mereka cintai.

Reuters mengonfirmasi tulang belakang yang mereka beli, digunakan untuk tes DNA, untuk mengidentifikasinya.

Para wartawan yang menerima kotak itu di kantor hanya menyiapkan penyelidikan, dan kemudian diserahkan pada ahli mayat dan mengakutnya ke program anatomi di Universitas Minnesota.

Baca Juga: Gara-gara Pernah Jadi Gembel, Pria Ini Habiskan Rp200 Juta untuk Seserahan Pernikahan Anaknya, Mulai dari Honda Vario hingga Beras 1 Kuintal

Artikel Terkait