Terpaksa ia berobat di rumah sakit. Namun, harapannya untuk bisa berjalan juga pupus setelah keluar masuk rumah sakit dan pengobatan alternatif yang tidak juga menunjukkan hasil.
Kedekatan dengan Depi, sejatinya tercipta sejak Sonah, istrinya, meninggal dunia pada tahun 2012. Depi berumur 3 tahun ketika Sonah divonis terserang kanker paru-paru.
Depi semakin lekat dengan Sakijo. Bahkan sehari-hari, ia ikut menemani Sakijo bekerja. Bila Sakijo naik pohon kelapa, Depi menunggunya di bawah.
Kedekatan itu yang membuat Depi cukup sabar menemani Sakijo dalam keterbatasan.
Depi sendiri mengaku tidak keberatan apapun disuruh ayahnya, mulai dari memasak air, membikin teh, ikut mencuci piring dan gelas.
Depi sendiri bercerita khas anak-anak, yakni singkat, kadang malu-malu. Sesekali, ia menutup mukanya dengan bantal dan bersembunyi di balik gorden.
“Pingin jadi dokter. Pingin bapak cepat mari (ingin jadi dokter. Ingin ayahnya cepat sembuh),” kata Depi.
Kaki Depi penuh debu karena tanpa alas kaki, Sabtu siang itu. Ia sebenarnya habis bermain sepanjang pagi sampai siang di rumah tetangga.
Ia langsung naik dipan tempat tidur Sakijo dan duduk di samping ayahnya itu.
Sesaat ketika berada di rumah, Depi sempat mematikan televisi tabung ukuran kecil dan menyapu lantai rumah yang terbangun dari semen kasar, sebelum kembali keluar bermain di halaman rumah tetangga, yang juga kerabatnya.
“Dia mau apa pun yang saya suruh. Anaknya baik dan mau apa saja," kata Sakijo. (Dani Julius Zebua)
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu Depi, Bocah 9 Tahun, Tegar Menemani Ayah yang Lumpuh")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR