Advertorial
Intisari-online.com - Ponsel mungkin telah menjadi kebutuhan hampir semua orang di dunia ini, hampir semua orang memiliki gadget, mulai anak-anak hingga dewasa.
Namun, tahukah Anda bahwa meski saat ini kebanyakan orang telah menggunakan smaprtphone orang Afrika ternyata masih banyak yang menggunakan ponsel biasa.
Menyedihkannya lagi, mereka memiliki kesulitan untuk masalah pengisian daya ponsel.
Jika di Indonesia mungkin Anda tinggal mencolokkan charger Anda, ke colokan listrik di Afrika ternyata tidak semudah itu.
Rumah tangga di Afrika yang memiliki listrik hanya sekitar 10 persen, maka mengisi ponsel di Afrika merupakan sebuah hal yang sangat sulit dan terbilang langka.
Jadi di Afrika smartphone bukan hal populer, karena itu hanya akan membuang-buang waktu mereka untuk mengisi daya, dan bukan solusi.
Mereka lebih memilih menggunakan ponsel yang hemat daya dan tentunya bukan smartphone yang lebih boros daya, rata-rata mereka menggunakan ponsel yang menghemat waktu dalam 1 hari.
Menurut Zhongguancun Online, kesulitan listrik adalah satu hal yang membuat mereka kesulitan untuk mengisi daya.
Baca Juga: Bagai Zombie, Potongan Daging Mentah Ini Melompat dari Piring Sampai Bikin Orang Teriak
Setahun lalu, sebuah perusahaan AS meluncurkan stan pengisian bertenaga surya di Benua Afrika, seperti truk es krim bergerak.
Box ini bisa mengisia daya hingga 20 ponsel sekaligus, ditenagai dengan energi surya, total biasa pemasangan box ini adalah 600 dolar AS sekitar Rp8 juta.
Kemudian, perusahaan AS ini menawarkan jika ada orang lokal mau bergabung mereka akan mengadakan pelatihan untuk membuat listrik tenaga surya sendiri.
Namun, biaya yang ditawarkan tidak murah, karena siapapun yang ikut pelatihan harus membayar 80.000 shilling Tanzania sekitar Rp480 ribu.
Kemudian, setelah lulus biasanya mereka membuka jasa pengisian ponsel, dan itu sangat mahal, Anda akan membayar sekitar 1 dollar as hingga 1,5 dollar as (Rp13-20 ribu) untuk sekali pengisian.
Tentu saja dengan biaya itu Anda akan sangat boros untuk melakukan pengecasan ponsel apa lagi ponsel Anda smartphone yang boros daya.
Seperti contoh, Apple iPhone 5 tidak muncul di Afrika, ponsel ini menghabiskan daya 5,45 watt, berdasarkan tagihan listrik di Amerika.
Jadi jika Anda mengisi ponsel iPhone 5 di Afrika setiap hari selama 365 hari dalam setahun, total biaya yang Anda keluarkan sekitar Rp4 juta dalam setahun itupun hanya sekali cas, dan Rp4 juta itu hanya untuk mengecas ponsel.
Baca Juga: Inilah 3 Alasan Jangan Lagi Gunakan Kantong Plastik untuk Menyimpan Sayuran
Meski demikian, hal ini justru membuat orang Afrika berkreasi untuk menciptakan alat charger yang ramah kantong seperti misalnya di Lesotho.
Lesotho adalah negara kecil di Afrika, yang juga menderita masalah pengisian ponsel, sekitar 50% -60% penduduk mereka memiliki ponsel.
Namun, hanya seperempat dari rumah tangga mereka yang memiliki ponsel.
Mereka menciptakan perangkat pengisian daya dari sepeda, jadi mereka janya perlu mengayuh sepeda untuk mengisi ponsel dan mengubah energi gerak menjadi listrik.
Baca Juga: 'Guernica' Lukisan Terbaik Pablo Picasso yang Inspirasinya Tak Sebaik Karyanya
Ini adalah metode yang sederhana dan murah, biaya pemasangan untuk alat semacam ini hanya membutuhkan biaya sekitar 12-82 dollar AS Rp160 ribu sampai Rp1 juta.
Sedangkan di daerah pegunungan terpencil di Afrika, yang tertinggal dalam beberapa dekade, membuka gerai kecil untuk menyediakan pengisian daya.
Namun, keluarga yang cukup mampi akan membeli daya tenaga surya, mengetahui hal itu beruntung bagi kita yang tinggal di Indonesia, mengisi ponsel bukan sesuatu yang sulit.