Advertorial
Intisari-Online.com - Kabar mengejutkan datang dari salah satu pelawak Srimulat, Nunung.
Pada Jumat (19/7/2019) siang, Nunung dan suaminyaditangkap pihak berwajib atas dugaan penyalahgunaan narkoba.
Penangkapan dilakukan di kediaman Nunung di bilangan Tebet Timur, Jakarta Selatan.
Bahkan menurut polisi Nunung sudah mengonsumsi sabu selama 20 tahun lebih.
"Pengakuan tersangka NN (Nunung) dan suaminya, JJ (July Jan Sambiran), sudah disampaikan di berita acara pemeriksaan bahwa betul (20 tahun)."
"Sudah awal penggunaan 20 tahun lalu dan JJ bahkan lebih, sekitar 24 tahun yang lalu," ungkap Calvijn dalam jumpa pers di Dit Resnarkoba Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (21/7/2019).
Seiring penangkapan tersebut, hashtag #Nunung menjadi trending di media sosial Twitter dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah publik figur pun pernah ditangkap kepolisian karena kedapatan mengonsumsi barang haram ini.
Beberapa di antaranya mengaku memakai sabu guna mendongkrak stamina mereka.
Mengulik lebih jauh, sebenarnya apa yang terjadi pada tubuh pengonsumsi narkotika jenis sabu?
Dokter Adiksi dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) Jakarta Hari Nugroho menuturkan, sabu atau metafetamin dalam bentuk kristal memiliki pengaruh terhadap kinerja otak.
"Di dalam otak zat ini akan merangsang pengeluaran dopamine sekaligus memblok transporter re-uptake antar sel saraf," kata Hari saat diwawancara Kompas.com, Sabtu (20/7/2019).
Hal ini menyebabkan dopamin yang beredar dalam tubuh bertambah hingga ribuan kali dari normal dan menyebabkan tingkat ketergantungan tinggi.
Tubuh secara normal mengeluarkan dopamin saat seseorang melakukan hobi, aktivitas seksual, makan, dan lain-lain.
Bagaimana penyalahgunaan bisa terjadi?
Jangka pendek
Hari menjelaskan, jangka pendek penggunaan metafetamin merangsang fungsi tubuh menjadi lebih segar karena sifat stimulan yang dikandungnya.
Kondisi ini membuat tubuh seseorang lebih segar, sehingga aktifitas fisik, tekanan darah, denyut jantung, suhu badan meningkat, nafas lebih cepat, dan menurunkan nafsu makan.
Jangka panjang
Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan permasalahan fisik atau mental.
"Semisal terjadi gangguan di gigi dan gusi (meth mouth), gangguan pada fungsi eksekutif sehingga proses penilaian dan pengambilan keputusan jadi terganggu," ujar Hari.
Terganggunya fungsi tersebut dapat meningkatkan perilaku dengan risiko tinggi, seperti menggunakan sabu dengan cara menyuntikkan dan bergantian jarum suntik antara satu orang dengan orang lain.
"Meningkatkan perilaku seksual berisiko, karena sabu juga akan mempengaruhi sexual drive."
"Sehingga pada akhirnya rentan juga tertular virus HIV, hepatitis B dan C serta penyakit menular seksual lainnya," tutur Hari.
Penggunaan sabu menimbulkan rasa candu dan berimbas pada kesehatan mental.
Beberapa gejala gangguan jiwa yang ditemui antara lain halusinasi, gangguan tidur, perilaku kekerasan, dan cemas berlebihan hingga paranoia. Hari menegaskan, sabu merupakan zat dengan daya adiktif tinggi. (Mela Arnani)
(Artikel ini telah tayang di kompas.comdengan judul "Berkaca dari Kasus Nunung, Ini yang Terjadi di Tubuh Pengonsumsi Sabu")