"Berdasarkan hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan (Kajiskan), Maximum Sustainable Yield (MSY) perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari 7,3 juta ton di tahun 2015 menjadi 12,54 juta ton pada tahun 2017, atau meningkat sebesar 71,78 persen."
Peningkatan stok ikan ini juga dibarengi kenaikan jumlah dan nilai produksi perikanan tangkap. Produksi perikanan tangkap meningkat dari 6,67 juta ton senilai Rp 120,6 triliun pada 2015 menjadi 7,3 juta ton dengan nilai Rp 210,7 triliun pada 2018.
Dengan kata lain, terjadi peningkatan nilai produksi perikanan sebesar 74,7 persen.
Kenaikan produksi perikanan tangkap ini berdampak terhadap produksi Unit Pengolahan Ikan (UPI) binaan KKP dan akhirnya mendorong peningkatan ekspor komoditas perikanan.
Baca Juga: Tantang Mark Zuckerberg Lomba Paddle, Menteri Susi Minta Saham Facebook Buat Beli Kapal Patroli
Tren ekspor produk perikanan Indonesia meningkat 45,9 persen, yaitu dari 654,95 ribu ton senilai 3,87 miliar dollar AS pada 2015 menjadi 955,88 ribu ton senilai 5,17 miliar dollar AS di 2018.
“Hingga saat ini, produk perikanan kita telah diekspor ke lebih dari 157 negara di dunia. Namun, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama,” lanjut Menteri Susi.
Adapun sebanyak 394 kontainer produk perikanan akan dikirim ke 21 negara, yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, China, Spanyol, Singapura, Sri Lanka, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Austria, Malaysia, Prancis, Puerto Riko, Italia, Belanda, Australia, Inggris, Denmark, dan Yunani.
Ekspor raya hasil perikanan ini diikuti oleh 147 perusahaan perikanan binaan BKIPM yang berada di wilayah Medan, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR