Advertorial
Intisari-Online.com – Anda suka makan mi instan?
Hampir semua orang menyukai mi instan. Selain mudah dibuat, mi instan juga murah meriah.
Namun walau begitu, ada bahaya kesehatan bagi mereka yang terlalu sering mengonsumsi mi instan.
Bahkan beberapa kasus ada yang mengerikan.
Contoh, apa yang terjadi pada tubuh saat kita sering mengonsumsinya Alasannya dia bisa menghemat biaya untuk berbelanja di Hari Belanja Nasional (Harbolnas).
Namun bukannya berbelanja, dia malah masuk rumah sakit. Kemungkinan besar dia sakit karena terlalu sering makan mi instan.
Kasus Hong Jia relatif ‘sederhana’. Ada yang lebih mengerikan.
Contoh, dikutip dari dari news.seehua.com via World of Buzz, seorang remaja meninggal dunia setelah makan mi instan setiap malam.
Sebelum meninggal, diketahui si remaja tersebut sudah melakukannya sejak SMA.
Hingga dia didiagnosis dokter menderita kanker perut stadium akhir.
Kasus terparah tentang terlalu sering makan mi instan terjadi di Indonesia.
Seorang bocah berusia 6 tahun bernama Hilal Aljajira harus menjalani kenyataan pahit karena ususnya dipotong pada tahun 2009 lalu.
Alasannya karena usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong.
Menurut pengakuan keluarga, ini akibat setiap hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya.
Dari situ, nenek Hilal sering memberinya mi instan. Pun dengan ibunya.
Sebenarnya, apa yang terjadi pada tubuh saat kita sering mengonsumsinya?
Dilansir dari kompas.com pada Kamis (18/7/2019), ada beberapa hal yang mendasari mengapa mi instan masuk katergori menu makanan tak sehat.
Mi instan tak memiliki nutrisi yang berguna bagi tubuh. Makanan siap saji ini justru tinggi akan kandungan garam dan karbohidrat.
Meski banyak orang yang tahu makanan ini tak baik untuk kesehatan, tak banyak yang memahami proses yang terjadi dalam tubuh sudah disantap.
Pertama, sebagian besar porsi mi instan mengandung lebih dari 1.100 miligram sodium, jumlah yang mendekati setengah dari jumlah maksimum yang harus kita makan per hari.
Ketika kita mencerna banyak natrium dalam satu kali makan, tubuh kita akan akan mempertahankan lebih banyak air.
Kondisi ini dapat menyebabkan penambahan berat air sementara, membuat kita merasa kembung dan lesu.
Ketika kita merasa kembung, kemungkinan besar kita tidak akan merasa kenyang.
Mi instan pun mengandung kalori kosong alias mengandung banyak karbohidrat olahan dan hampir tidak ada protein atau serat.
Selain itu, makan terlalu banyak karbohidrat olahan dapat menyebabkan gula darah melonjak dan kemudian membuat kita lapar dan nafsu makan meningkat.
Inilah yang menyebabkan berat badan bertambah. Makanan yang terasa nikmat ini akan dicerna lama oleh tubuh.
Fenomena ini telah dibuktikan lewat riset ilmiah. Dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital menangkap bukti visual ini pada tahun 2012.
Saat itu, dia menggunakan kamera seukuran pil untuk merekam saluran pencernaan para sukarelawan yang makan mi instan, dan mereka yang mengonsumsi mi segar.
Dengan cara itu, Dr Kuo mampu menunjukkan, setelah dua jam ketika mi segar sudah lama hilang, mi instan hampir seluruhnya utuh di usus.
Meskipun tidak jelas apa efek negatif dari temuan itu, bagaimana pun harus disadari, mengonsumsi mi instan sangat buruk untuk tubuh kita.
Periset dari Harvard School of Public Health pernah meneliti efek jangka panjang dari konsumsi ramen di Korea Selatan, di mana ramen menjadi makanan pokok utama.
Hasilnya, mereka menemukan peserta riset, terutama wanita, yang makan mi instan setidaknya dua kali seminggu memiliki risiko 68 persen lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan kombinasi gejala yang meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
Namun, sesekali makan mi instan tak akan menyebabkan masalah bagi kesehatan, sama halnya dengan makanan olahan lainnya.
Tapi, demi kesehatan perut dan jantung, sebaiknya jangan terlalu banyak mengonsumsinya. (Ariska Puspita Anggraini)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kenali, Efek Negatif Kebanyakan Makan Mi Instan")