Advertorial
Intisari-Online.com- Beredar sebuah videoberdurasi dua menit yang menampilkan seorang pria asal Korea Selatan terlihat memukuli istrinya asal Vietnam secara brutal.
Parahnya, pria itu memukuli istrinya sendiri di depan anaknya yang masih berusia 2 tahun dan dia menangis melihat ibunya dihajar habis-habisan.
Dilansir Suar.id dariWorld of Buzz(8/7/2019) pada tanggal 4 Juli sekitar jam 9 malam, berdasarkan rekaman video itu, pria itu menjadi marah setelah mengetahui bahwa istrinya telah memasak makanan Vietnam.
Dia mulai memukul dan menendangnya sambil meneriakkan kata-kata kasar, mengatakan bahwa dia tidak menyukainya.
Baca Juga: Rusia Pernah Sampai Kirim 15.000 Penasehat Militer ke Rusia untuk Tangkis Israel, Apa yang Terjadi?
Dia bahkan memukulnya dengan botol soju kosong sementara istrinya meringkuk di lantai dekat sudut dan melindungi kepadalanya dengan tangannya.
Sementara itu, anak laki-laki mereka berdiri di dekatnya dan menangis dengan keras sambil menyaksikan ayahnya memukuli ibunya dengan brutal.
Pertengkaran yang disertai kekerasan, baik fisik maupun verbal, hal ini berisiko membuatanak tumbuh dengan rasa takut dan cemas yang berlebih dalam hidupnya, bahkan hingga ia dewasa.
Secara psikis,anak menjadi terganggu karena mereka mengalami trauma yang tercipta dari lingkungan dan orang-orang terdekatnya
Dilansir dari portal domesticviolence.com.au, anakyang tinggal dalam kondisi rumah tangga yang buruk memiliki risiko untuk psikis dan fisik mereka.
Malah, trauma emosional merupakan hal yang paling utama akan dirasakan oleh anak ketika ia hidup dalam keluarga yang selalu dipenuhi dengan tindak kekerasan.
Penelitian dari Australian Institute of Criminology menyebutkan jika anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga sering kali menunjukkan masalah dalam perilaku dan emosional.
Dalam kekerasan rumah tangga, ayah dan ibunya bisa menjadi pelaku atau korban. Bahkan bukan tak mungkin anak pun terseret menjadi korban.
Contohnya, bilaanak melihat dan mendengar sang ibu diancam dan direndahkan oleh sang ayah, itu akan selalu terbayang dalam ingatananak sehingga berujung pada rasa traumatis terhadap kekerasan.
Parahnya, untukanak yang masih belia bisa saja diperalat oleh salah satu pihak orang tua untuk turut membantunya melakukan kekerasan tersebut, seperti dimanipulasi untuk menyakiti ibu mereka.
Selain psikologisanak yang akan terganggu, kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tua pun bisa mengancamanak mengalami cedera fisik.
Hal itu bisa saja terjadi secara tidak sengaja di kala orang tua sedang bertikai, misalnya salah satu pasangan akan melemparkan sesuatu benda, tapi ujungnya malah mengenai badan anak.
Atau orang tua yang sedang melindungianak saat sedang bertikai dengan cara memeluknya, tapi ternyata pelukan itu terlalu erat sehingga membuat badananak menjadi kesakitan.
Tak hanya itu, tindak kekerasan dalam rumah tangga bisa berakibat pada masa depan anak yang menjadi suram.
Menurut penelitian, seorang anak perempuan yang berasal dari keluarga yang tidak rukun, cenderung memiliki risiko yang lebih besar terkena paparan pelecehan seksual.
Sedangkan risiko untuk anak laki-laki, penelitian menunjukkan mereka akan menjadi pelaku pelecehan.
Bahkan diprediksi hidup mereka di masa depan akan lebih bebas, dalam artian mereka akan melakukan segala sesuatu tanpa mengikuti aturan yang berlaku.
Itu terjadi dikarenakan tidak mendapat kontrol yang kuat dari kedua orangtuanya, sebab akibat pertikaian orangtua akan mengurus hidupnya masing-masing.
(Finna Prima Handayani/Nakita.id)